Kita tidak akan pernah tahu kapan dan dimana akan menemukan cinta. Kalau saja hari itu aku tidak menuruti paksaan temanku, mungkin aku tidak akan bertemu denganmu. Menghadiri ulang tahun teman dari temanku, yang juga merupakan temanmu. Mungkin saat itu akan terlalu dini mengatakan kalau itu adalah cinta. Mungkin akan lebih tepat jika disebut dengan terpesona. Kuperhatikan dirimu di tengah keramaian. Mungkin kamu tidak menyadarinya, karena saat itu aku belum ada keberanian untuk menyapa. Kamu terlihat berbeda diantara wanita-wanita lainnya. Sebuah pesona tanpa nama.
Percaya
atau tidak, delapan hari setelah hari itu, aku melihatmu lagi. Aku pun tidak
percaya. Sedikit pun aku tidak menyangka hal itu akan bisa terjadi. Di sana
kamu duduk, ditemani segelas green tea dan sebuah novel. Kamu terlihat serius
sekali membaca. Dari tempatku duduk, aku nikmati lagi pesonamu. Kamu mungkin
tetap tidak menyadarinya, karena aku masih belum berani menyapa. Tahu tidak,
aku sampai memesan dua gelas kopi dan dua rainbow cake, hanya agar bisa ada di
sana lebih lama.
“Daripada
diliatin aja, mending coba disapa,” begitu goda seorang pelayan wanita, saat
aku memesan gelas kopi ketiga. Aku tertawa, dia juga. Bersyukur dia tidak
menyangka aku ini pria mesum, yang sedang mencari mangsa.