Senin, 24 Desember 2018

Raja Laut, Manusia Laba-Laba, dan Lebah Besi


Bulan Desember ini saya lagi menggila. Terlalu banyak film bagus di bioskop untuk dilewatkan. Ada Aquaman, Spiderman: Into The Spider-Verse, dan Bumblebee. Susah mau pilih yang mana, akhirnya saya tonton saja semuanya. Meski itu berarti harus ‘muka tebal’, karena penonton film-film ini kebanyakan adalah anak-anak kecil. Anggap saja masa kecil kurang bahagia. Mumpung dana anggaran sampai akhir tahun masih banyak. Terutama, pos anggaran ‘pacaran’ yang sama sekali tidak terjamah. Iya, sampai akhir tahun 2018 belum juga laku ‘jual diri’ nih hehehe... Jadi untuk mengirit tenaga, disatukan saja ketiga ulasan film tadi ke dalam satu tulisan.
Aquaman
Kita mulai dari film Raja Laut, AQUAMAN. Dari masih sebatas gosip belaka, saya memang sudah niat untuk menonton film ini. Ditambah tahu kalau sutradaranya adalah James Wan, si ahli horor. Sudah pasti Aquaman tidak akan jadi film biasa-biasa saja. Dan benar saja. Film Aquaman jadi jauh dari kesan biasa-biasa saja. Malahan luar biasa. Sangat jauh di atas ekspektasi. Filmnya mba Gal Gadot, akhirnya punya pesaing juga. Paling tidak dari sisi visual. Kalau dari sisi cerita ya standar film superhero, yang temanya kerajaan. Kalau dicari sandingan, tak jauh beda dengan Thor dan Black Panther-nya Marvel.
Dimulai dari Tuan Puteri Atlantis, Atlanna (Nicole Kidman), yang kabur dari kerajaan, karena tidak mau dijodohkan. Cukup Siti Nurbaya yang menjalani pahitnya dunia... Mungkin lirik lagu Dewa 19 ini, yang jadi ilham sang Puteri kabur. Di tengah pelarian, dia bertemu dengan seorang penjaga mercu suar (Temuera Morrison), dan jatuh cinta. Mereka menikah dan punya satu anak laki-laki, Arthur Curry, a.k.a Aquaman. Sang calon penguasa Atlantis. Memang ada gitu ya kisah cinta dunia nyata, yang sesederhana ini? Kalau ada, artinya saya kurang beruntung, karena belum pernah menemukannya.

Sabtu, 22 Desember 2018

Suratku Untukmu, Ibu


Apa yang harus aku berikan untuk Ibu di Hari Ibu, tahun ini?

Membelikan bunga, kue, atau hadiah lainnya sudah sangat mainstream, dan sifatnya serimonial belaka. Upload foto bersama Ibu di media sosial, dengan caption puitis, nah itu apa lagi... sudah terlalu umum. Butuh sesuatu yang baru tahun ini.
Terpikirlah ide untuk menulis surat untuk ibu. Sebuah ide, yang muncul dari sebuah linimasa.
Ide ini memunculkan permasalahan lain. Aku tidak pernah lagi menulis surat. Surat terakhir yang aku tulis adalah surat lamaran pekerjaan. Dan itupun sudah lama sekali. Setelah itu, tak ada lagi satu lembar surat pun yang pernah aku tulis. Sungguh kemajuan teknologi telah merusak budaya surat-menyurat.
Maafkan wahai ibu/bapak guru bahasa Indonesia. Seandainya surat ini nanti tidak sesuai dengan kaidah yang pernah kalian ajarkan kepadaku dulu, di bangku sekolah.

IBU,
Mengawali surat ini, aku ingin mengucapkan permohonan maaf.
Maaf, karena belum bisa mempunyai karier yang bagus.
Maaf, karena belum bisa membelikan rumah yang ada kolam renangnya.
Maaf, karena belum juga bisa memberimu menantu.
Dan maaf, atas semua perbuatanku yang lain, yang mungkin menjadi penyebab dirimu kecewa...

Berikutnya, aku ingin mengucapkan terima kasih.

Sabtu, 17 November 2018

Tengkorak: Arah Baru Perfilman Indonesia


Tengkorak
Seperti biasa, nonton filmnya kapan, eh nulis review-nya kapan. Harap dimaklumi saja, namanya juga penulis suka-suka hehehe...
Film Indonesia terakhir yang saya tonton ini, berjudul ‘Tengkorak’. Pertanyaan ketika menonton sebuah film, kenapa film ini musti saya tonton? Tengkorak berbeda dengan film-film Indonesia lainnya. Pertama, film ini bukanlah karya sutradara kenamaan. Film ini hanya hasil sebuah kerja sama antara dosen dan mahasiswa Sekolah Vokasi Universitas Gajah Mada (UGM), Yogyakarta. Kedua, film ini mengambil gendre yang anti-mainstream. Di tengah gandrungnya gendre horor atau percintaan, film Tengkorak mengangkat gendre science fiction. Sebuah gendre yang sangat jarang terjamah film-film Indonesia.
Sebelum menonton, sempat saya googling sedikit tentang film ini. Sebuah kewajiban, sebelum saya datang ke bioskop. Ada hal-hal menarik tentang film Tengkorak, yang saya dapat dari hasil pencarian informasi. Film Tengkorak ini ternyata selama proses pembuatan didukung oleh pihak-pihak yang tidak punya latar belakang perfilman, meski di beberapa scene memakai efek visual 3D ataupun blue screen. Sang Sutradara, Yusron Fuadi, profesinya adalah sebagai dosen. Di film ini selain jadi Sutradara, Yusron juga sekaligus sebagai Editor, Co Produser, juga Aktor (paket lengkap dah pokoknya hehehe..). Biaya produksinya sangat minim untuk kategori film bergendre fiksi ilmiah, yang hanya sekitaran 400-500 juta saja. Proses produksi sebenarnya sudah dimulai tahun 2014, namun baru bisa selesai November 2017.
Dengan segala ‘kekurangan’ tersebut, film ini ternyata mampu berkiprah di dunia internasional. Film Tengkorak meraih nominasi film sains terbaik kategori fantasi fiksi dan thriller dalam festival film Cinequest di Sanjose, California. Sangat membanggakan pastinya.

Jumat, 16 November 2018

Beautiful Pain: Terperangkap Cinta Segitiga


Silakan saja menyebut Keira perempuan serakah karena mencintai Landon dan Damon, sama besarnya. Dia tidak peduli meski Landon sakit dan Damon suka memukulinya. Masa lalu yang dimilikinya membuat Keira bertekad untuk mempertahankan mereka berdua.
Berulang kali Damon meminta Keira untuk memilih dan jelas sekali lelaki itu tidak suka menjadi pihak yang kalah. Dia akan melakukan segala cara untuk membuat Keira meninggalkan Landon. Akhirnya Keira tidak mampu menolak dan hanya bisa bernegosiasi agar Damon memberinya waktu satu bulan untuk mengucapkan selamat tinggal pada Landon.
Padahal, kondisi Landon tidak kunjung membaik. Dengan detik-detik yang semakin mendekati batas waktu pemberian Damon, Keira hanya berharap semua yang dia lakukan akan berhasil. Semoga.

Beautiful Pain
Ketiga paragraf di atas adalah penyebab saya membeli novel ‘Beautiful Pain’. Meski novel ini bertemakan cinta, namun saya tahu pasti cinta ini adalah cinta yang tidak biasa. Bagaimana bisa seorang wanita mencintai dua laki-laki, dan bertekad untuk mempertahankan keduanya? Apakah wanita ini gila? Kalaupun tidak gila, pasti ada alasan kuat kenapa dia bersikap seperti itu. Alasan inilah yang bikin saya penasaran.

Minggu, 09 September 2018

Searching: Sayang Anak, Sayang Anak...


Searching
Nontonnya kapan, bikin tulisannya kapan. Maaf, baru sempet nulis…
Sayang anak, sayang anak. Tulisan ini bukan akan membahas tentang penjual mainan kaki lima. Tulisan ini tentang sebuah film yang judulnya ‘Searching’. Tanpa diundang film ini mendadak berseliweran di lini masa sosial media saya. Dan anehnya, untuk film yang baru kali itu saya tahu judulnya, Searching punya berjibun komentar positif. Panen pujian deh pokoknya. Tahu sendiri kalau sudah nemu yang ‘aneh-aneh’ macam gini, insting keingin-tahuan saya langsung tergerak. Browsing, browsing, browsing... Searching pun seperti kian kuat melakukan flirting kepada saya.
“Tonton gue, tonton gue...” begitu bisiknya mesra.
Layar browser berganti, mengecek Searching di bioskop-bioskop Denpasar. Semua bioskop ternyata membuka layar untuk film ini, meski hanya dua atau tiga pilihan waktu. Aman, kebetulan hari itu dan besoknya saya ada acara. Eh, lusa coba dicek lagi, Searching menghilang dari dua bioskop. Loh, loh, kok bisa? Film ini segitu nggak lakunya?

Minggu, 26 Agustus 2018

Happiness: Saat Anak Tidak Menjadi Dirinya


Happiness
Satu lagi buku yang selesai saya baca. Sebuah novel, yang berjudul Happines. Saya menemukan novel ini ditengah belantara novel-novel di Gramedia. Kenapa saya tertarik dengan novel ini? Karena harganya, iya harganya. Di antara ratusan, mungkin ribuan novel-novel seharga 55.000,- rupiah ke atas, Happiness dilabeli harga 20.000,- rupiah. Iya, dua puluh ribu rupiah. Anda tidak salah baca. Padahal waktu itu lagi tidak ada diskon. Saya sendiri tidak percaya. Sampai-sampai saya konfirmasi ulang kepada salah satu penjaga. Saya tidak salah baca, memang dua puluh ribu rupiah. Happiness berarti kebahagian. Tentu tak ada salahnya, membeli kebahagian seharga dua puluh ribuan, kan?

Jumat, 24 Agustus 2018

Memori (lain) di Ketinggian 1717


Gunung Batur
Sudah lama tidak berpetualang, akhirnya kesempatan itu datang. Gunung Batur, yang berlokasi di daerah Kintamani, Bangli, pun jadi pilihan. Gunung yang memiliki tinggi 1.717 meter dari permukaan laut ini, bagi saya punya banyak sekali memori. Ini asalah kali kesekian saya mendaki Gunung Batur. Setiap pendakian selalu punya memorinya tersendiri. Biasanya kan saya berpetualang sendirian tuh. Kali ini saya bertemu dengan empat teman, yang punya hobi yang sama. Berpetualang. Maka, berlima kami ciptakan memori (lain) di ketinggian 1717.
Berawal dari obrolan ringan di lapangan, Maya mengajak saya untuk mendaki. Salah satu teman di grup badminton. Ada teman dia, yang berprofesi guide, punya schedule mendaki bersama bule Jepang. Kebetulan Maya juga mau bayar kaul, akan mendaki kalau proyeknya lancar. Namanya diajakin berpetualang ke alam, kalau memang punya waktu, nggak mungkin saya tolak. Apalagi dari dulu saya memang ingin mencoba untuk mendaki lagi. Sekedar menguji kebugaran tubuh. Apakah di umur kepala tiga ini, saya masih sanggup untuk mencapai puncak. Dan garis dimensi kami bertiga pun beririsan di Gunung Batur. Ngobrol, ngobrol, ngobrol, diputuskan lalu tanggal 17 Agustus malam, menjadi hari H pendakian.

Kamis, 02 Agustus 2018

MI 6 : Fallout – Seri Terbaik Mission Impossible


MI 6 : Fallout
It’s Mission Impossible time! Francise film action mata-mata ini sampai juga di serinya yang keenam. Di seri keenam ini, Mission Impossible (MI 6) mengangkat sub judul ‘Fallout’. Sebuah titik krusial yang bisa menjadi beban tersendiri. Bagaimana cara membuat seri ini lebih baik dari seri-seri sebelumnya. Setelah menonton film ini, saya bisa bilang kalau Christopher McQuarrie sangat sukses. Sukses membuat seri keenam ini naik tingkat. Bahkan jauh melebihi seri kelima yang dia sutradarai pula.
MI 6 - Fallout adalah sambungan dari MI 5 - Rogue Nation. Maka ada baiknya, sebelum nonton Fallout, anda nonton dulu Rogue Nation. Tokoh-tokohnya tetap sama, termasuk si tokoh jahat, Solomon Lane (Sean Harris). Ilsa Faust (Rebecca Ferguson) pun muncul lagi. Salah satu alasan kenapa saya menunggu seri keenam ini. Saya terlanjur terpesona dengan image misterius wanita cantik yang satu ini. Meski saya musti dibuat sedikit kecewa. Ilsa ternyata tidak menjadi ‘pusat’ cerita, sebagaimana perannya di seri kelima. Meski begitu, dia tidak kehilangan pesona misterius dan kelincahan dalam bertarung. Bahkan, hubungan ‘love and hate’ antara dirinya dan Ethan Hunt (Tom Cruise) juga belum hilang.

Senin, 25 Juni 2018

The Lady Escort: Kontrak Kerja Yang Berakhir Asmara


Mau bahas soal buku aahh... Buku yang kali ini berjudul ‘The Lady Escort’. Entah apa yang ada di benak anda mendengar istilah ‘lady escort’, apakah positif atau negatif? Saat ini, istilah ‘lady escort’ telah mengalami pergeseran makna. Dari hasil browsing-browsing ringan, kata ‘escort’ ini berasal dari bahasa Inggris, yang berarti pendamping. Pekerjaan ‘escort’ berawal muncul di Italia, dimana pengusaha wanita butuh pendamping (a.k.a pengawal) ketika harus melakukan transaksi bisnis di malam hari. Iya, dahulu pekerjaan ‘escort’ lebih banyak dilakukan pria.
Lady Escort
Berkembang, berkembang, berkembang, pengusaha pria ikut-ikutan menggunakan jasa ‘escort’. Bedanya, tugas ‘escort’ wanita ini adalah mendampingi klien dari si pengusaha. Itu pun hanya sebatas menemani jalan atau makan. Dan kini konsep ‘escort’ menjadi terkesan negatif, dimana digunakan untuk menggambarkan pria/wanita penghibur (a.k.a kupu-kupu malam). Entah kapan istilah ‘escort’ ini mengalami pergeseran ‘rasa bahasa’.

Sabtu, 16 Juni 2018

Simona Halep – Juara Yang Tak Kenal Menyerah


Ajang tenis dunia Perancis Terbuka 2018, atau lebih dikenal dengan nama Roland Garros, telah berakhir tanggal 10 Juni 2018. Simona Halep, petenis asal Rumania, resmi jadi juara di cabang tunggal putri. Melalui pertandingan selama dua jam lebih, Simona menang atas Sloane Stephens. Pertandingan berlangsung tiga set, dengan skor 3-6, 6-4, dan 6-1.
Simona Halep
Saya sendiri dari awal menjagokan Simona Halep. Saya akan sangat sedih, seandainya petenis 26 tahun ini gagal lagi di Final. Sudah terlalu sering dia dikecewakan oleh pertandingan bertajuk final Grand Slam. Tiga kali dia gagal di final, iya tiga kali. Itu sedihnya ibarat naksir cewek, tapi selalu ditolak tiap kali nembak. Simona pernah lolos ke Final Perancis Terbuka tahun 2014 dan 2017, serta Australia Terbuka 2018, yang semuanya berakhir kekalahan. Bahkan dua kekalahan terakhirnya, saya tonton lewat siaran langsung. Saya seperti ikut merasakan kesedihan yang dia alami. Gagal maning, gagal maning, Mon...

Sabtu, 19 Mei 2018

Deadpool 2 – Sekuel Yang Biasa Saja


Deadpool 2
Sesuai judul yang saya pilih, itulah rasa yang muncul usai nonton Deadpool 2. Biasa saja, tidak ada yang spesial (telornya dua). Mungkin karena harga telor lagi mahal? Atau mungkin karena film pertama Deadpool ninggalin kesan terlalu dalam. Padahal saya sudah bela-belain melanggar aturan, yang dibikin sendiri. Satu bulan cuma boleh nonton satu film di bioskop. Sebelumnya kan sudah nonton Infinity War tuh. Iya, sebegitu penasarannya saya pada sekuel film ini. Kalau anda punya pendapat yang beda? Silakan saja, kan kita hidup di negara demokrasi.
Mari kita mulai bedah film ini. Pertama, dari ‘joke-joke’ film perdananya yang bikin saya ngakak parah. Deadpool 2 terkesan hanya ‘mengulang’ ‘joke-joke’ tersebut, dengan minor perubahan. Misalnya saja: joke pindah dari jok belakang taxi ke depan, superhero landing, tangan ‘mini’ yang kini pindah ke kaki, dan beberapa lainnya. Kalau anda menonton film pertama, akan sangat bisa menebak adegan-adegan ini. Istilah standup comedy, “You can’t ‘kill’ audience with same bullet, twice.” Tawa butuh dipancing dengan joke yang segar. Kreatifitas yang baru dan orisinil.

Kamis, 10 Mei 2018

Aroma Karsa - Kolaborasi Duniawi dan Imajinasi


Satu lagi novel baru karya Dee Lestari di rilis. Kali ini berjudul ‘Aroma Karsa’. Sebelum bentuk fisiknya dijual secara konvesional, novel ini sempat dirilis secara digital. Dari dulu sebenarnya saya ini membeli novel ini, cuma selalu tertunda. Ah nanti saja, ah nanti saja. Begitu seterusnya, sampai akhirnya ‘Aroma Karsa’ ada di tangan saya dengan sendirinya. Hadir dalam bentuk kado hadiah ulang tahun. Mungkin ini yang dimaksud dengan ‘kalau sudah jodoh, tidak akan lari kemana’. Terima kasih kepada adik saya, Ramayoga, sehingga novel ini bisa saya miliki.
Aroma Karsa
Novel ‘Aroma Karsa’ memiliki 696 halaman. Iya, novel ini tebal sekali. 696 halaman itu sendiri, di luar halaman daftar isi, dari penulis, tentang penulis, dan halaman tambahan lainnya. Novel versinya cetak diterbitkan oleh PT. Bentang Pustaka. Sedangkan versi digitalnya dirilis melalui Bookslife. Novel yang ada di tangan saya adalah terbitan pertama, Maret 2018.

Sabtu, 05 Mei 2018

Avengers: Infinity War - Bharatayudha Ala Marvel


Infinity War
Kalau anda mengaku penggemar film-film superhero Marvel, pastinya tidak akan melewatkan Avengers: Infinity War. Sebuah film yang ‘menumpuk’ semua jagoan dalam satu frame. Tidak semuanya sih, karena saya catat ada beberapa yang absen. Sebut saja Hawkeye dan Ant-Man. Entah kenapa keduanya tidak hadir dalam perang. Mungkin karena ijin istri melahirkan, acara keluarga, sakit flu, atau ambil sisa cuti tahunan? Entahlah, kurang dijelaskan sebab pastinya. Di luar absennya dua superhero tadi, Infinity War adalah film yang keren. Beneran, sumpah.
Memberi predikat keren bukan karena saya fans Marvel. Ada pula film Marvel yang saya kurang sukai. Misalnya Guardian of Galaxy Vol. 2 dan Thor Ragnarok. Kedua film ini menurut saya terlalu childish. Lelucon-leluconnya juga terlalu receh. Untungnya kemudian rilis Black Panther. Film ini mengembalikan muruah Marvel ke jalan yang benar.
Sempat saya turunkan ekspektasi sebelum menonton. Berpikir bagaimana Marvel akan mengatur alur dengan sedemikian banyak ‘nama besar’. Penambahan durasi, itu sih sudah pasti. Mengingat kini Infinity War menjadi film Marvel dengan durasi terpanjang. Panjangnya durasi juga jadi faktor penurunan ekspektasi. Apa nanti tidak bosan duduk di bioskop selama itu? Dan pemikiran lainnya. Seperti naksir cewek cantik, tetapi nggak yakin kita ada di level yang sama. Ya sudah, turunin ekspektasi, biar nggak kecewa-kecewa amat.

Rabu, 04 April 2018

Lia Lia Lia


Aku tergila-gila gaya bicaranya
Lia Lia Lia
Apa kau memikirkan semua yang kuimpikan
Lia Lia Lia
Kau percayakan masa depan hidupmu di kedua kakimu
Takkan gentar dari semua yang menentangmu
Lia Lia Lia
.
Aku tergila-tergila jalan pikirannya
Lia Lia Lia
Apa kau memikirkan semua yang kutawarkan
Lia Lia Lia
.

Senin, 02 April 2018

Belajar Jarak Jauh Bersama Ibu Suri


Entah kenapa, tanggal 1 April yang lalu saya iseng membuka Instagram. Padahal jarang banget akun yang satu ini saya buka. Lagian buat apa coba. Punya tampang pas-pasan, kalau tidak boleh dibilang jelek. Nggak pernah nongkrong di tempat-tempat mahal. Nggak pernah gaul sama artis atau orang terkenal. Nggak punya pakaian ber-merk buat dipamerin. Pokoknya nggak memenuhi syarat buat jadi Instagram-ers deh. Eh, eh, fokus, ini mau cerita apaan sih sebenernya???
Sumber: StorialCo IG
Maaf, maaf, ayo kita kembali ke topik. Waktu buka Instagram, saya dapati akun StorialCo, yang saya ikuti, sedang melakukan ‘siaran langsung’. Istilah kerennya, Instalive. Bukan sekedar siaran langsung biasa saja loh, karena menampilkan Kelas Menulis: Creative Writing 101 with Dee Lestari. Sang Ibu Suri, kalau pinjam istilah StorialCo dan NulisBuku. Saya tahu kalau diadakan sayembara menulis khusus, untuk bisa terpilih mengikuti kelas ini. Hanya saja, saya tidak ikut karena belum siap anggaran buat keluar kota. Kan tadi di awal sudah ngaku miskin hehehe...
Awalnya saya pikir siaran langsung ini akan berlangsung singkat. Kirain admin StorialCo cuma mau pamer doang, atau mau bikin iri kita-kita yang tidak ikutan. Eh, usut punya usut, kok siaran langsungnya nggak berhenti-berhenti. Baik banget loh admin StorialCo ini, sumpah. Saya bisa bayangin, bagaimana pegelnya itu tangan pegang HP seharian. Nggak goyang-goyang loh, stabil sampai akhir. Keren deh pokoknya! Maka pada kesempatan ini, saya sebagai salah satu penikmat ‘siaran langsung’ hari itu, mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya buat semua admin StorialCo. Terima kasih, terima kasih, dan terima kasih...

Kamis, 22 Maret 2018

Sekala Niskala : Interaksi Dunia Nyata Dan Maya


Akhirnya ada film yang bikin tergerak untuk datang ke bioskop. Judulnya Sekala Niskala (The Seen and Unseen). Kenapa saya tertarik? Karena setting-nya mengambil tempat di Bali. Merasa berdosa rasanya sebagai orang Bali kalau tidak menonton. Pemainnya pun sebagian besar adalah orang-orang Bali. Ditambah film karya sutradara Kamila Andini ini meraih penghargaan sebagai “Film Terbaik” dalam Berlin Film Festival atau Berlinale. Semakin yakin saya untuk menonton.

Dari membaca beberapa review, film Sekala Niskala ini seperti bertipe ‘film festival’. Yah tahu sendirilah, film festival itu seperti apa. Pasti jalan ceritanya tidak seperti film-film ‘populer’ pada umumnya. Biasanya memakai format teater, dengan alur cerita memakai simbol-simbol. Minim dialog, lebih mengutamakan kekuatan akting dan ekpresi. Dan memang benar saja dugaan saya tersebut. Film Sekala Niskala, memiliki format mirip seperti film Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak. Film Indonesia terakhir yang saya tonton. Mirip sekali.

Rabu, 21 Maret 2018

Kisah Cinta Bisma Dan Amba


Hari ini, saya duduk di ruang tunggu RSUP Sanglah Denpasar. Di Instalasi Bedah Sentral (IBS), tepatnya. Kesana saya mengantar ibu yang menjalani operasi ringan. Seperti biasanya, tidak ada istilah sebentar mengantre di Sanglah. Pasti lama, kalau tidak boleh disebut seharian. Sambil menunggu, di televisi ditayangkan channel MNCTV. Dimulai dari Ipin Upin, Shaun the Sheep, dan berakhir dengan Mahabharata. Tayangan terakhir inilah yang menarik perhatian saya.
Siapa sih yang tidak suka cerita Mahabharata? Berapa kali pun ditayang ulang, serial ini pasti tetap saja menarik. Baik dari segi alurnya, ataupun artis-artis pemerannya. Hari itu kebetulan seri yang ditayangkan adalah kisah cinta Pangeran Bisma dan Putri Amba. Mengikuti alurnya, baru saya sadar kalau kisah cinta dua insan ini sangatlah menarik. Istilah cinta dan benci itu beda tipis, sangat diartikan secara harfiah oleh keduanya.
Tayangan hari itu diawali oleh Bisma yang datang ke kerajaan Kasi. Tujuannya adalah untuk mempertanyakan sayembara yang diadakan di sana. Sudah tradisi putri kerajaan Kasi dinikahkan dengan pangeran keturunan Kuru. Lah, ini sang raja kok malah bikin sayembara untuk ketiga putrinya. Mereka adalah Amba, Ambika, dan Ambalika. Marah dong Bisma mendengarnya.
“Aku akan membawa semua putrimu ke Hastinapura!” Begitu Bisma bersabda. “Barang siapa yang tidak setuju silakan maju untuk melawanku!”