Ini adalah sebuah cerita
bertema cinta dan mengambil latar kedai kopi. Sudah tergambar begitu jelas dari
judulnya. Tulisan ini adalah murni tentang romansa. Tidak ada misteri tersembunyi
di dalamnya. Mungkin pernah terjadi, sebuah kisah cinta di kedai kopi yang
berakhir tragedi. Namun tidaklah dengan ceritaku yang satu ini.
*****
“Masih layar
kosong juga?”
Tepukan pada bahu
mengagetkanku. Rupanya itu Bli Gde, membawakan gelas kopi keduaku. Kualihkan pandangan
dari layar laptop.
“Iya,
begitulah.” Kuhela nafas panjang.
“Kubilang juga
apa. Kamu haruslah merasakan cinta, untuk bisa menulis sebuah cerita cinta.”
Entah berapa
kali sudah Bli Gde mengucapkan kalimat itu. Awalnya kuanggap sekedar angin
lalu. Sekedar ledekan untuk kemampuan menulisku. Namun, beberapa hari ini
kurasakan kalau kalimat itu mulai masuk akal. Hampir dua minggu sudah layar
laptopku kosong. Tidak ada satupun kalimat tertulis disana. Sedangkan deadline penumpulan tulisan sudah
semakin dekat.
“Apa Bli nggak ada kesibukan lain, selain gangguin
aku?”
Kucoba
mengalihkan pembicaraan. Tema cinta tidaklah begitu menarik untuk kubahas.
Terutama dalam mood hati seperti saat
ini.
Bli Gde nyengir
kuda. “Kenapa aku musti sibuk? Kan disini aku bosnya.”