Sabtu, 05 Maret 2016

Deadpool: Konyol Tapi Nggak Ngebanyol


"I am maybe super, but I am no hero."

Deadpool

Dia ini pahlawan super paling konyol sedunia, demikian pikir saya selama di bioskop. Saya tidak punya ekspetasi apa-apa saat akan menonton film ini. Beberapa resensi memang sempat saya baca, dan hampir semuanya menilai Deadpool itu konyol. Namun sumpah, saya tidak pernah menyangka akan sekonyol ini. Ini sih super duper konyol namanya, pikir saya.
Saya memang menyukai film-film super hero. Bahkan sejak saya kecil. Konsep ‘menyelamatkan dunia’ benar-benar menarik perhatian saya. Pahlawan super, dalam benak saya pastilah memiliki sifat-sifat yang patut digugu dan ditiru. Hanya saja, Deadpool benar-benar memutar-balikkan konsep tersebut. Tidak ada satu pun sifat dari Deadpool yang dapat dijadikan panutan. Deadpool juga jauh sekali dari konsep ‘menyelamatkan dunia’. Benar-benar jauh, jauh sekali. Tujuannya hanya satu. Membalas mereka yang telah merusak wajah, dan juga tubuhnya. Iya, memang sesederhana itu. Hei, tapi bukankah Deadpool mengakui sendiri hal itu. Dia mengakui kalau dia memang super, tapi dia bukanlah seorang pahlawan.
Kekonyolan sudah dimulai sejak detik pertama. Berbeda dengan film-film super hero lainnya. Film Deadpool dimulai dalam slow motion, dengan iringan soundtrack “Angel in the Morning” dari Juice Newton. Jika film lain serius memperkenalkan nama-nama pemeran dalam film, tidak demikian dengan Deadpool. Mereka memperkenalkan pemeran film dengan ‘nick name’ unik, seperti: God’s Perfect Idiot, A Hot Chick, A British Villain, The Comic Relief, A Moody Teen, dan lain-lain. Membaca ini saja saya sudah dibuat tertawa. Demikian pula penonton lainnya.
Saat film dimulai, kekonyolan lain menyusul. Dimulai dari adegan Deadpool di jok belakang sebuah taxi. Saya langsung berkomentar: “Dia naik taxi? Super hero macam apa ini?” Dahi saya berkerut. Belum lagi tingkahnya di dalam taxi. Bagaimana dia bermasalah dengan bekas permen karet, mengajak ngobrol sang sopir tentang cinta, dan memakai jam anak-anak. Terutama saat dia berbicara tentang cinta dengan si sopir taxi. Sopir taxi yang bernama Dopinder. Diceritakan kalau Dopinder mengalami cinta segitiga. Antara dirinya, sang sepupu Bandhu, dan seorang gadis bernama Gita. Alih-alih memberi masukan cinta yang baik, Deadpool malah memberikan tips aneh-aneh. Pembicaraan cinta nan ‘unik’ ini terjadi pula menjelang akhir film. Pastikan anda memperhatikan tokoh Dopinder ini. Kepolosannya benar-benar mengocok perut.
Geleng-geleng kepala saya dibuat oleh film Deadpool ini. Hampir sepanjang film ada-ada saja kekonyolan yang dilakukan Deadpool. Tingkah konyol yang jauh dari image seorang pahlawan super. Seperti misalnya: buang angin alias (maaf) kentut, mengeluarkan umpatan-umpatan kasar, mengerjai penjahat dan juga sesama rekan pahlawan super, serta lain sebagainya. Hanya saja, satu yang sama salut dari film ini. Kekonyolan yang ada sangat jauh dari kesan ngebanyol. Maksudnya kekonyolan itu dibuat secara cerdas, tidak sekedar berusaha melucu. Tawa penonton dipancing keluar secara alamiah. Termasuk saya, tentunya.
Hanya saja, ada sedikit yang perlu dikritisi. Ada beberapa joke dalam film ini yang kurang bersifat universal. Penonton di Amerika sana atau belahan dunia lain mungkin mengerti, namun tidak bagi saya. Terutama saat percakapan antara Wade Wilson (alter ego dari Deadpool) dengan sahabatnya Weasel (T.J. Miller). Demikian pula antara Wade dengan Blind Al (Leslie Uggams), rekan serumah Deadpool. Saya sempat bingung, apakah percakapan itu harus saya tertawakan atau tidak. Diluar itu, dua jempol deh buat kekonyolan Deadpool.
Selain kekonyolannya, cerewet adalah sifat lain yang identik dengan Deadpool. Sepanjang film pahlawan super satu ini tidak pernah berhenti mengoceh. Bahkan, para penjahat pun sebal dengan sifat Deadpool yang satu ini. Tidak heran taglinemerc with a mouth’ cocok disematkan untuknya. Ryan Reynolds, saya nilai sangat baik dalam menonjolkan sifat Deadpool yang satu ini. Sebenarnya Ryan, sudah pernah memerankan tokoh Deadpool ini. Hanya saja, kala itu Deadpool ditokohkan jauh dari kesan yang dibangun saat ini. Dulu Deadpool hanya sebatas ‘figuran’ dalam spin off film Wolverine Origin. Selain itu, Ryan juga pernah berperan sebagai super hero dalam fim Green Lantern. Namun, keduanya bisa dibilang belum cukup sukses. Kali ini Ryan Reynold terlihat begitu menyatu dengan karakter Deadpool. Seperti Ryan Reynold adalah Deadpool dan begitu pula sebaliknya. Untuk urusan casting aktor dan artis, saya benar-benar salut dengan Marvel. Aktor yang dipilih seperti menyatu dengan karakter super hero yang diperankannya. Misalnya seperti, Robert Downey Jr. sebagai Iron Man atau Chris Evans sebagai Captain America.
Apa sebenarnya kehebatan dari Deadpool ini? Ada beberapa kehebatan supernya. Antara lain: kemampuan menyembuhkan diri secara cepat. Mirip seperti Wolverine, hanya saja ada kelebihan extra yang dimiliki Deadpool. Selain menyembuhkan diri, dia juga mampu menumbuhkan bagian tubuh mana pun yang terputus. Deadpool juga dilengkapi kemampuan menggunakan senjata, berupa dua bilah pedang. Begitu pula kemampuan menggunakan berbagai bentuk senjata api. Dalam film ini kedua kemampuan ini total terekspos. Seperti salah satunya, diawal film. Digambarkan bagaimana Deadpool memaksimalkan 12 peluru yang dimilikinya. Diluar semua kekonyolan yang ada, adegan duel dalam film ini digarap dengan sangat serius. Visual efeksnya persis seperti film-film Marvel lain. Bahkan untuk ukuran Lembaga Sensor Indonesia, adegan duel tersebut masuk kategori ‘sadis’. Dan layak sensor, tentunya. Sebagaimana film yang saya tonton di bioskop. Beberapa adegan perkelahian dihilangkan. Sampai saya harus men-download film versi aslinya dari sebuah situs. Hanya untuk melihat adegan filmnya utuh tanpa sensor. Oke kalau bicara hak cipta, perbuatan saya ini memang masuk kategori pidana. Tapi mau bagaimana lagi, sensor  memang terkadang menyebalkan.
Deadool memang mendapat kategori ‘R’ (remaja) untuk cerita, dan ‘D’ (dewasa) untuk beberapa adegan. Adegan perkelahian dan juga beberapa adegan dewasa lainnya. Selain beberapa kata-kata umpatan dan makian, yang belum cocok dikonsumsi tingkatan remaja kebawah. Maka dapat dikatakan film ini bukanlah untuk anak dibawah umur. Sebagai catatan saja sih.
Sebagai penutup, saya akan kutip satu quote favorit saya dalam film ini, yaitu: “You don’t need to be a super hero to get the girl, a right girl will bring up the hero in you.” BAAM! Mario Teguh pun pasti akan menyebut quote ini SUPER SEKALI! Sedangkan Bondan Winarno akan memberi nilai quote ini ‘Makyuuss’. Begitu pun dengan saya. Paling tidak, qoute ini mengangkat kepercayaan diri cowok jelek seperti saya. Walaupun tidak memiliki wajah yang diidolakan cewek-cewek, tapi suatu saat nanti pasti akan ada satu cewek yang akan menerimanya juga. Oke, mungkin saya memang terlalu mendramatisir quote ini. Lagi pula persetanlah dengan cinta, dan mari tulisan asal ini kita sudahi saja HAHAHA…
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar