"I am maybe super, but I am no
hero."
Deadpool |
Dia ini pahlawan
super paling konyol sedunia, demikian pikir saya selama di bioskop. Saya tidak
punya ekspetasi apa-apa saat akan menonton film ini. Beberapa resensi memang sempat
saya baca, dan hampir semuanya menilai Deadpool itu konyol. Namun sumpah, saya
tidak pernah menyangka akan sekonyol ini. Ini sih super duper konyol namanya, pikir saya.
Saya memang
menyukai film-film super hero. Bahkan
sejak saya kecil. Konsep ‘menyelamatkan dunia’ benar-benar menarik perhatian
saya. Pahlawan super, dalam benak saya pastilah memiliki sifat-sifat yang patut
digugu dan ditiru. Hanya saja, Deadpool benar-benar memutar-balikkan konsep
tersebut. Tidak ada satu pun sifat dari Deadpool yang dapat dijadikan panutan. Deadpool
juga jauh sekali dari konsep ‘menyelamatkan dunia’. Benar-benar jauh, jauh
sekali. Tujuannya hanya satu. Membalas mereka yang telah merusak wajah, dan
juga tubuhnya. Iya, memang sesederhana itu. Hei, tapi bukankah Deadpool
mengakui sendiri hal itu. Dia mengakui kalau dia memang super, tapi dia
bukanlah seorang pahlawan.
Kekonyolan sudah
dimulai sejak detik pertama. Berbeda dengan film-film super hero lainnya. Film Deadpool dimulai dalam slow motion, dengan iringan soundtrack “Angel in the Morning” dari Juice Newton.
Jika film lain serius memperkenalkan nama-nama pemeran dalam film, tidak
demikian dengan Deadpool. Mereka memperkenalkan pemeran film dengan ‘nick name’
unik, seperti: God’s Perfect Idiot, A Hot Chick, A British Villain, The Comic
Relief, A Moody Teen, dan
lain-lain. Membaca ini saja saya sudah dibuat tertawa. Demikian pula penonton
lainnya.
Saat film dimulai,
kekonyolan lain menyusul. Dimulai dari adegan Deadpool di jok belakang sebuah
taxi. Saya langsung berkomentar: “Dia naik taxi? Super hero macam apa ini?” Dahi saya berkerut. Belum lagi
tingkahnya di dalam taxi. Bagaimana dia bermasalah dengan bekas permen karet,
mengajak ngobrol sang sopir tentang cinta, dan memakai jam anak-anak. Terutama saat
dia berbicara tentang cinta dengan si sopir taxi. Sopir taxi yang bernama Dopinder.
Diceritakan kalau Dopinder mengalami cinta segitiga. Antara dirinya, sang
sepupu Bandhu, dan seorang gadis bernama Gita. Alih-alih memberi masukan cinta yang
baik, Deadpool malah memberikan tips aneh-aneh. Pembicaraan cinta nan ‘unik’ ini
terjadi pula menjelang akhir film. Pastikan anda memperhatikan tokoh Dopinder
ini. Kepolosannya benar-benar mengocok perut.
Geleng-geleng
kepala saya dibuat oleh film Deadpool ini. Hampir sepanjang film ada-ada saja kekonyolan
yang dilakukan Deadpool. Tingkah konyol yang jauh dari image seorang pahlawan super. Seperti misalnya: buang angin alias
(maaf) kentut, mengeluarkan umpatan-umpatan kasar, mengerjai penjahat dan juga
sesama rekan pahlawan super, serta lain sebagainya. Hanya saja, satu yang sama
salut dari film ini. Kekonyolan yang ada sangat jauh dari kesan ngebanyol. Maksudnya kekonyolan itu
dibuat secara cerdas, tidak sekedar berusaha melucu. Tawa penonton dipancing keluar
secara alamiah. Termasuk saya, tentunya.
Hanya saja, ada
sedikit yang perlu dikritisi. Ada beberapa joke
dalam film ini yang kurang bersifat universal. Penonton di Amerika sana atau
belahan dunia lain mungkin mengerti, namun tidak bagi saya. Terutama saat
percakapan antara Wade Wilson (alter ego
dari Deadpool) dengan sahabatnya Weasel (T.J. Miller). Demikian pula antara
Wade dengan Blind Al (Leslie Uggams), rekan serumah Deadpool. Saya sempat
bingung, apakah percakapan itu harus saya tertawakan atau tidak. Diluar itu,
dua jempol deh buat kekonyolan Deadpool.
Selain kekonyolannya,
cerewet adalah sifat lain yang identik dengan Deadpool. Sepanjang film pahlawan
super satu ini tidak pernah berhenti mengoceh. Bahkan, para penjahat pun sebal
dengan sifat Deadpool yang satu ini. Tidak heran tagline ‘merc with a mouth’
cocok disematkan untuknya. Ryan Reynolds, saya nilai sangat baik dalam
menonjolkan sifat Deadpool yang satu ini. Sebenarnya Ryan, sudah pernah
memerankan tokoh Deadpool ini. Hanya saja, kala itu Deadpool ditokohkan jauh
dari kesan yang dibangun saat ini. Dulu Deadpool hanya sebatas ‘figuran’ dalam spin off film Wolverine Origin. Selain
itu, Ryan juga pernah berperan sebagai super
hero dalam fim Green Lantern. Namun, keduanya bisa dibilang belum cukup
sukses. Kali ini Ryan Reynold terlihat begitu menyatu dengan karakter Deadpool.
Seperti Ryan Reynold adalah Deadpool dan begitu pula sebaliknya. Untuk urusan casting aktor dan artis, saya
benar-benar salut dengan Marvel. Aktor yang dipilih seperti menyatu dengan
karakter super hero yang diperankannya.
Misalnya seperti, Robert Downey Jr. sebagai Iron Man atau Chris Evans sebagai
Captain America.
Apa sebenarnya
kehebatan dari Deadpool ini? Ada beberapa kehebatan supernya. Antara lain:
kemampuan menyembuhkan diri secara cepat. Mirip seperti Wolverine, hanya saja
ada kelebihan extra yang dimiliki
Deadpool. Selain menyembuhkan diri, dia juga mampu menumbuhkan bagian tubuh
mana pun yang terputus. Deadpool juga dilengkapi kemampuan menggunakan senjata,
berupa dua bilah pedang. Begitu pula kemampuan menggunakan berbagai bentuk
senjata api. Dalam film ini kedua kemampuan ini total terekspos. Seperti salah
satunya, diawal film. Digambarkan bagaimana Deadpool memaksimalkan 12 peluru
yang dimilikinya. Diluar semua kekonyolan yang ada, adegan duel dalam film ini
digarap dengan sangat serius. Visual efeksnya persis seperti film-film Marvel
lain. Bahkan untuk ukuran Lembaga Sensor Indonesia, adegan duel tersebut masuk
kategori ‘sadis’. Dan layak sensor, tentunya. Sebagaimana film yang saya tonton
di bioskop. Beberapa adegan perkelahian dihilangkan. Sampai saya harus men-download film versi aslinya dari sebuah
situs. Hanya untuk melihat adegan filmnya utuh tanpa sensor. Oke kalau bicara
hak cipta, perbuatan saya ini memang masuk kategori pidana. Tapi mau bagaimana lagi,
sensor memang terkadang menyebalkan.
Deadool memang
mendapat kategori ‘R’ (remaja) untuk cerita, dan ‘D’ (dewasa) untuk beberapa
adegan. Adegan perkelahian dan juga beberapa adegan dewasa lainnya. Selain
beberapa kata-kata umpatan dan makian, yang belum cocok dikonsumsi tingkatan
remaja kebawah. Maka dapat dikatakan film ini bukanlah untuk anak dibawah umur.
Sebagai catatan saja sih.
Sebagai penutup,
saya akan kutip satu quote favorit
saya dalam film ini, yaitu: “You don’t
need to be a super hero to get the girl, a right girl will bring up the hero in
you.” BAAM! Mario Teguh pun pasti akan menyebut quote ini SUPER SEKALI! Sedangkan Bondan Winarno akan memberi nilai quote ini ‘Makyuuss’. Begitu pun dengan
saya. Paling tidak, qoute ini
mengangkat kepercayaan diri cowok jelek seperti saya. Walaupun tidak memiliki
wajah yang diidolakan cewek-cewek, tapi suatu saat nanti pasti akan ada satu cewek
yang akan menerimanya juga. Oke, mungkin saya memang terlalu mendramatisir quote ini. Lagi pula persetanlah dengan
cinta, dan mari tulisan asal ini kita sudahi saja HAHAHA…
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar