Rabu, 22 Februari 2017

SPLIT : Perang Kepribadian Satu Badan


SPLIT, judul film yang terakhir saya tonton. Satu-satunya pilihan ketika iseng datang ke bioskop, karena film ini jadwal terakhir diputar. Sebelumnya saya pernah membaca beberapa sinopsis tentang ‘Split’. Rata-rata memberi nilai cukup lumayan. Tagline dari film ini yang sebenarnya membuat penasaran. “Kevin has 23 distinct personalities. The 24th is about to be unleashed.” Oke, kepribadian ganda sih sudah biasa saya dengar, lah ini 23 kepribadian? Dan yang ke-24 akan segera terlepas? Nggak kebanyakan tuh? Itu pertanyaan yang muncul di otak saya.


Film bertema triller-psikologis, sudah banyak diangkat ke layar lebar. Sebut saja beberapa film yang pernah saya tonton, seperti: The Silence of the Lambs, Black Swan, Gone Girl, dan The Uninvited. Semuanya bergenre triller, dengan nuansa psikologis yang kuat. Saya cukup suka film dengan tema-tema seperti ini. Membuat kita tegang, sekaligus menebak-nebak kemana alur film akan bergerak. Dimana kira-kira ‘twist’ akan terjadi. Begitu pula dengan film Split. Walaupun secara jujur, alur film ini kurang begitu greget menurut penilaian saya pribadi, penikmat film awam. Hanya kekuatan akting dari James McAvoy saja yang menolong alur dari film ini. Tahu James McAvoy kan? Itu loh si Profesor-X versi muda di alur ‘maju-mundur cantik’-nya serial X-Men. Jadi yah gitu, nilai film ini nggak jelek-jelek amat, tapi nggak bagus-bagus amat juga. Seven of Ten-lah kira-kira.

Bali United, United For Bali


Saya adalah pencinta sepak bola. Suka menonton saja sih, soalnya main langsung saya kurang bisa. Saya lebih jago bermain tepok bulu, alias bulutangkis. Kalau sekedar menendang bola sih bisa, lebih dari itu... ya sudahlah, tidak usah dibahas.
Sebagai pencinta sepak bola, tentu kiblat tontonan yang asyik adalah liga-liga Eropa. Diantara liga-liga dunia yang ada, Liga Inggris (English Primer League) adalah favorit saya. Persaingan yang ketat, dan berlimpahnya pemain-pemain bola papan atas, membuat liga ini asyik diikuti. Selain karena adanya Manchester United (MU) disana, klub sepak bola jagoan saya. Sebenarnya ada satu lagi liga dunia yang asyik diikuti, yaitu Liga Champion. Hanya saja, sejak dua tahun kebelakang MU absen dalam ajang ini, saya jadi agak malas mengikuti perkembangannya.
Liga dunia memang menarik, namun tetap kita tidak boleh lupa pada liga negeri sendiri. Sebagai orang Indonesia, khususnya orang Bali, klub domestik yang saya dukung adalah Bali United. Sebuah klub sepak bola yang bermarkas di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Bali. Kali terakhir saya menonton langsung di stadion ini tepat tiga hari yang lalu. Saat itu dipentaskan pertandingan terakhir penyisihan Grup 4 Piala Presiden 2017. Dari dua kali hasil seri pada laga sebelumnya, Bali United dituntut menang di laga terakhir ini, agar bisa lolos ke 8 besar. Lawan kali ini adalah Barito Putra, Banjarmasin. Hal ini yang mendasari saya untuk menonton langsung ke stadion. Bahkan saya menonton dari Tribun Timur, Gate 8 Reguler, agar bisa bergabung dengan ratusan suporter lainnya. Merasakan langsung atmosfer stadion, dan keramaian yang ada disana. Biasanya saya menonton dari Tribun VIP, yang menurut saya suporternya agak sedikit jaim.

Jumat, 17 Februari 2017

Pendamping Hidup


Mumpung kita lagi ada di bulan (yang katanya) penuh cinta, saya akan menulis tentang cinta. Tentang pendamping hidup (jodoh) sih tepatnya. Sebuah tulisan singkat. Ide tulisan ini muncul dari hasil menonton tiga buah film, yaitu A Beautiful Mind, A Beautiful Life dan The Theory of Everything. Ketiga film ini menampilkan tiga orang sosok wanita yang luar biasa. Wanita luar biasa yang mendampingi si tokoh utama pria, dengan segala kekurangannya.
Film A Beautiful Mind dibintangi oleh Russell Crowe dan Jennifer Connelly. Mengisahkan tentang seorang matematikawan John Nash, peraih nobel dalam bidang ilmu ekonomi pada tahun 1994. Dia adalah seorang matematikawan jenius tetapi tak simpatik dan agak apatis. Dimulai ketika dia bersekolah di Princeton dengan mendapat beasiswa Carniege. John Nash merupakan mahasiswa yang unik, tidak menyukai perkuliahan dan suka membolos. Menurutnya berkuliah hanya membuang waktu, mengekang kreativitas seseorang, dan membuat otak menjadi tumpul. Nash lebih suka berada di luar kelas demi mendapatkan ide orisinil untuk gelar doktornya. Di lain sisi Nash mengidap penyakit gangguan jiwa skizofrenia, yaitu suatu gangguan jiwa yang penderitanya tidak bisa membedakan antara halusinasi dan kenyataan. Penyakit ini terus saja membayangi kehidupan Nash, sampai dia bertemu dengan Alicia Larde, mahasiswinya, dan kemudian menikah. Bukannya sembuh, penyakit Nash ini justru semakin memburuk. Disinilah peran Alicia Larde, sebagai pendamping hidup Nash diuji. Benar-benar diuji.

Rabu, 15 Februari 2017

Melelahkan Tetapi Menyenangkan


Nung-Nung Waterfall
Petualangan kali ini membawa saya ke Kabupaten Bandung. Desa Plaga, Kecamatan Petang, tepatnya. Akhir-akhir ini saya memang lagi suka banget berpetualang. Paling tidak ke objek-objek wisata di Bali. Malu juga sih sebagai orang Bali, kalau tidak tahu keindahan Bali. Kebetulan saya juga sedang keranjingan hobi baru, yaitu fotografi. Maklum kamera baru sih, membuat tangan jadi gatal mengutak-atik hehehe...
Nah, di Desa Plaga ini ada sebuah air terjun yang indah. Informasi ini saya dapat dari teman yang berprofesi sebagai pemandu wisata. Dia merekomendasi air terjun ini untuk saya datangi. Maka berangkatlah saya dari Denpasar, menjelang tengah hari. Ternyata letaknya cukup jauh. Menghabiskan waktu selama hampir dua jam perjalanan. Panjangnya perjalanan sebagian besar disebabkan adanya jalan yang putus di daerah Petang. Jalan alternatif yang harus ditempuh jadi memutar jauh. Namun, tidak saya sesali sih, karena alam hijau disepanjang perjalanan benar-benar memanjakan mata. Suasana asri dan alami pedesaan benar-benar terasa. Cocok bagi anda yang ingin sejenak melepas lelah dari hiruk-pikuknya perkotaan.
Sampai di pintu masuk, ada sebuah pos karcis di sebelah kanan. Saya langsung disambut oleh seorang bapak paruh baya yang ramah. Sebelum turun ke areal parkir saya coba tanya-tanya sedikit informasi ke bapak itu. Maklum ini pertama kali saya datang ke tempat tersebut. Ternyata penjelasan si bapak sama dengan gambaran dari teman saya. Saya harus bersiap diri latihan fisik menuruni ratusan anak tangga, terutama lutut dan paha. Setelah membayar karcis masuk objek wisata, sebesar 7.500 rupiah, saya parkir kendaraan. Di sudut areal parkir ada sebuah warung sederhana. Warung itu dijaga oleh seorang nenek yang ramah. Nenek itu menunjuk ke sebuah gapura berukiran bali, yang merupakan jalan masuk menuju air terjun Nung-Nung.