Nung-Nung Waterfall |
Petualangan
kali ini membawa saya ke Kabupaten Bandung. Desa Plaga, Kecamatan Petang,
tepatnya. Akhir-akhir ini saya memang lagi suka banget berpetualang. Paling
tidak ke objek-objek wisata di Bali. Malu juga sih sebagai orang Bali, kalau
tidak tahu keindahan Bali. Kebetulan saya juga sedang keranjingan hobi baru,
yaitu fotografi. Maklum kamera baru sih, membuat tangan jadi gatal
mengutak-atik hehehe...
Nah, di Desa
Plaga ini ada sebuah air terjun yang indah. Informasi ini saya dapat dari teman
yang berprofesi sebagai pemandu wisata. Dia merekomendasi air terjun ini untuk
saya datangi. Maka berangkatlah saya dari Denpasar, menjelang tengah hari. Ternyata
letaknya cukup jauh. Menghabiskan waktu selama hampir dua jam perjalanan. Panjangnya
perjalanan sebagian besar disebabkan adanya jalan yang putus di daerah Petang. Jalan
alternatif yang harus ditempuh jadi memutar jauh. Namun, tidak saya sesali sih,
karena alam hijau disepanjang perjalanan benar-benar memanjakan mata. Suasana
asri dan alami pedesaan benar-benar terasa. Cocok bagi anda yang ingin sejenak
melepas lelah dari hiruk-pikuknya perkotaan.
Sampai di pintu masuk, ada sebuah pos karcis di sebelah kanan. Saya
langsung disambut oleh seorang bapak paruh baya yang ramah. Sebelum turun ke
areal parkir saya coba tanya-tanya sedikit informasi ke bapak itu. Maklum ini
pertama kali saya datang ke tempat tersebut. Ternyata penjelasan si bapak sama
dengan gambaran dari teman saya. Saya harus bersiap diri latihan fisik menuruni
ratusan anak tangga, terutama lutut dan paha. Setelah membayar karcis masuk
objek wisata, sebesar 7.500 rupiah, saya parkir kendaraan. Di sudut areal
parkir ada sebuah warung sederhana. Warung itu dijaga oleh seorang nenek yang
ramah. Nenek itu menunjuk ke sebuah gapura berukiran bali, yang merupakan jalan
masuk menuju air terjun Nung-Nung.
Gapura |
Begitu sampai di depan gapura, pintu masuk, deretan anak tangga langsung menyambut saya. Shock juga melihat sebegitu banyak anak tangga sampai di ujung bawah. Kepalang tanggung kaki pun mulai melangkah. Sepanjang jalan yang terus menurun, mata saya kembali dimanjakan. Sekeliling saya waktu itu terhampar hijaunya pepohonan. Pemandangan alam itu mengingatkan saya ketika mendaki Gunung Abang dan Gunung Agung, di masa sekolah dan kuliah. Bahkan suara-suara kicauan pun ikut memeriahkan suasana. Belum lagi ditambah udara bersih yang jauh dari suasana kota. Benar-benar indah, paling tidak menurut saya yang menyukai petualangan alam.
Bagi anda yang kekelahan sepanjang penjalanan turun dan naik, dan itu
mungkin saja terjadi, disediakan tiga buah gazebo untuk beristirahat. Satu
gazebo setiap lima puluh tangga, kurang lebih. Jadi buat anda yang mungkin
tidak terbiasa turun naik tangga, sepertinya berkunjung ke tempat ini tidaklah
menjadi masalah.
Gazebo |
Setelah menempuh ratusan anak tangga, di ujung perjalanan setelah melewati jembatan, saya melihat sebuah air terjun kecil di sebelah kiri. Cukup tinggi, namun debit airnya tidak terlalu keras. Terus berjalan, saya sampai pada turunan tangga terakhir. Sungai yang beraliran arus cukup deras mulai terlihat. Deru air terjun besar juga sudah terdengar sayup-sayup. Begitu sampai di tangga terakhir, saya dibuat takjub dengan apa yang saya lihat. Air terjun Nung-Nung ternyata memang luar biasa indah. Paling indah, dan paling tinggi diantara air terjun lain yang pernah saya datangi langsung. Debit airnya pun sangat deras, sehingga percikan air terasa sampai di tenpat saya berdiri. Hanya saja, pemandangan indah ini agak sedikit terganggu karena faktor cuaca. Akibat hujan yang terus turun mendera Bali selama seminggu, membuat air menjadi keruh dan berwarna coklat. Menurut informasi sih kalau air tidak keruh, air terjun Nung-Nung bisa jauh lebih indah. Jernih dan lebih menyegarkan. Selain itu, hujan dan angin kencang juga membuat sedikit longsoran tanah dan sebuah batang pohon kecil patah menutupi tangga. Namun semua itu tidaklah berbahaya, dan tetap pemandangan yang ada cukup memuaskan saya. Rasa lelah sepanjang perjalanan turun terbayar lunas dengan keindahan tersebut.
Nung-Nung Waterfall |
Saat saya datang bukanlah hari libur. Maka dari itu pengunjung yang datang juga tidak terlalu banyak. Hanya terlihat satu rombongan domestik, dan tiga pasang turis asing. Katanya sih kalau hari libur objek wisata ini bisa lebih ramai lagi. Cukup lama saya berada di air terjun tersebut. Menikmati dingin dan segarnya air, serta indahnya pemandangan. Selain saya juga harus mengembalikan stamina yang sempat terkuras selama perjalanan turun. Tidak lupa saya juga mengabadikan keindahan itu dalam bentuk foto dan video. Seandainya nanti saya punya teman traveling, saya tidak akan ragu mengajaknya mengunjungi air terjun Nung-Nung.
Setelah puas menikmati keindahan disana, saya memulai perjalanan naik
kembali ke areal parkir. Perjalanan naik ternyata jauh lebih melelahkan dari
yang saya sangka. Saran saya sih kalau anda datang ke objek wisata ini, bawalah
air minum sebagai bekal. Makanan ringan dan camilan baik juga apabila anda
datang bersama keluarga atau kawan. Saya sempat beristirahat di satu gazebo
guna mengistirahatkan kaki dan lutut. Selain berusaha mengatur nafas yang
ngos-ngosan. Dari keringat yang keluar sedemikian banyak, saya yakin tempat ini
bisa dijadikan sarana olah raga alami dan menyenangkan. Saya pun mendadak
merasa kurusan dalam waktu singkat hehehe...
Menurut saya pribadi, objek wisata air terjun Nung-Nung sangat saya
rekomendasikan. Bagi anda pencinta petualangan dan keindahan alam, air terjun
ini wajib anda kunjungi. Demikian pun bagi anda pencinta forografi. Keindahan
alamnya sangat fotogenik untuk anda abadikan.
.
Petang, 8
Februari 2017
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar