SPLIT,
judul film yang terakhir saya tonton. Satu-satunya pilihan ketika iseng datang
ke bioskop, karena film ini jadwal terakhir diputar. Sebelumnya saya pernah
membaca beberapa sinopsis tentang ‘Split’. Rata-rata memberi nilai cukup
lumayan. Tagline dari film ini yang
sebenarnya membuat penasaran. “Kevin has
23 distinct personalities. The 24th is about to be unleashed.” Oke,
kepribadian ganda sih sudah biasa saya dengar, lah ini 23 kepribadian? Dan yang
ke-24 akan segera terlepas? Nggak
kebanyakan tuh? Itu pertanyaan yang muncul di otak saya.
Film
bertema triller-psikologis, sudah banyak diangkat ke layar lebar. Sebut saja
beberapa film yang pernah saya tonton, seperti: The Silence of the Lambs, Black
Swan, Gone Girl, dan The Uninvited. Semuanya bergenre triller,
dengan nuansa psikologis yang kuat. Saya cukup suka film dengan tema-tema
seperti ini. Membuat kita tegang, sekaligus menebak-nebak kemana alur film akan
bergerak. Dimana kira-kira ‘twist’
akan terjadi. Begitu pula dengan film Split. Walaupun secara jujur, alur film
ini kurang begitu greget menurut penilaian saya pribadi, penikmat film awam. Hanya
kekuatan akting dari James McAvoy saja yang menolong alur dari film ini. Tahu
James McAvoy kan? Itu loh si Profesor-X versi muda di alur ‘maju-mundur
cantik’-nya serial X-Men. Jadi yah gitu, nilai film ini nggak jelek-jelek amat,
tapi nggak bagus-bagus amat juga. Seven
of Ten-lah kira-kira.
Alur
cerita ‘Split’ dimulai dari penculikan tiga orang gadis. Mereka adalah Casey
Cooke (Anya Taylor-Joy), Claire Benoit (Haley Lu Richardson), dan Marcia
(Juessica Sula). Ketiganya dibius dan terbangun di sebuah ruangan misterius. Penculik
dari ketiga gadis ini, tidak lain dan tidak bukan adalah James McAvoy. Dalam
film ini James McAvoy memerankan banyak karakter, dengan banyak nama. Iya, dialah
sang tokoh utama, Kevin Wendell Crumb. Ini sekaligus juga menjawab pertanyaan
saya yang lain. Bagaimana sang sutradara bisa memasukkan 24 karakter dalam
durasi hanya 117 menit? Dan jawabannya, memang tidak semua karakter tergambar
dengan lengkap. Sepanjang film hanya muncul lima karakter (alter-ego) dari tokoh Kevin, yaitu: Barry tokoh desainer kemayu, Dennis tokoh yang tegas dan
dingin, Hedwig seorang bocah usia sembilan tahun, serta Patricia sosok wanita
religius. Ditambah karakter ke-24, sebagai karakter pamungkas, ‘The Beast’. Menurut
saya, James McAvoy sangat lihai dalam memerankan semua karakter ini secara
bergantian. Dalam film ada juga satu tokoh yang muncul cukup sering, yaitu dr.
Karen Fletcher (Betty Buckley), seorang wanita paruh baya, psikiater dari tokoh
Kevin.
Alur cerita ‘Split; sebagian
besar didominasi dengan pergantian karakter Kevin. Ditambah juga usaha
meloloskan diri dari Casey dan kawan-kawan. Serta bagaimana usaha dr. Karen
Fletcher mempelajari berbagai karakter alter-ego
dari Kevin, yang dilihat olehnya sebagai sosok unik dan menarik. Ditambah
mungkin sedikit flashback kisah hidup
dari Casey, semasa kecil. Empat hal itulah inti cerita dari film Split, yang
dapat saya tangkap secara garis besar. Sampai klimaks film terjadi saat munculnya sosok ‘The Beast’, sosok yang
mendekati manusia berkekuatan super. Kuat, gesit, namun teramat sangat ganas. Sosok
yang awalnya hanya diduga sebatas fantasi oleh dr. Fletcher. Sosok ‘The Beast’ ini
terkesan dimunculkan sebagai evolusi dari kemampuan otak manusia. Bagian otak
manusia, yang sampai saat ini belum mampu dipetakan.
Plot twist yang sedikit
menarik, mungkin hanya saat munculnya tokoh Bruce Willis. Awalnya saya sempat
bingung dengan kemunculan aktor senior ini. Padahal dari awal sosoknya tidak
pernah muncul sama sekali. Maka saya browsing
ulang beberapa sinopsis film Split. Ternyata film Split ini terkorelasi dengan
film yang berjudul ‘Unbreakable”. Dalam film Unbreakable, Bruce Willis
memerankan tokoh David Dunn. Film yang diarahkan oleh sutradara yang sama, M.
Night Shyamalan. Entah apakah ini berarti nantinya ‘Split’ akan memiliki
sekuel? Yang pasti sih Bruce Willis terlalu ‘mahal’ untuk sekedar muncul lima
detik, dengan hanya satu baris dialog saja. Selain itu, masih ada alur
menggantung, dan belum terjawab dari masa lalu si tokoh Casey. Bagaimana
hubungan dirinya dengan si Paman. Ini sepertinya akan turut memancing pula
sekuel dari ‘Split’. Sambil menunggu, saya sepertinya tertarik untuk menonton
film Unbreakable.
Itulah
kesan singkat saya sehabis menonton ‘Split’. Cukup lumayan untuk menambah
referensi film, terutama yang bergendre triller-psikologis. Soal batasan umur,
saya sih jelas menilai film ini untuk kalangan Dewasa (ada adegan buka-bukaannya
loh, bro sis), bukan untuk dikonsumsi
anak-anak. Halah dikonsumsi, emangnya camilan hehehe...
.
Teuku
Umar, 21 Februari 2017
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar