Rabu, 22 Februari 2017

SPLIT : Perang Kepribadian Satu Badan


SPLIT, judul film yang terakhir saya tonton. Satu-satunya pilihan ketika iseng datang ke bioskop, karena film ini jadwal terakhir diputar. Sebelumnya saya pernah membaca beberapa sinopsis tentang ‘Split’. Rata-rata memberi nilai cukup lumayan. Tagline dari film ini yang sebenarnya membuat penasaran. “Kevin has 23 distinct personalities. The 24th is about to be unleashed.” Oke, kepribadian ganda sih sudah biasa saya dengar, lah ini 23 kepribadian? Dan yang ke-24 akan segera terlepas? Nggak kebanyakan tuh? Itu pertanyaan yang muncul di otak saya.


Film bertema triller-psikologis, sudah banyak diangkat ke layar lebar. Sebut saja beberapa film yang pernah saya tonton, seperti: The Silence of the Lambs, Black Swan, Gone Girl, dan The Uninvited. Semuanya bergenre triller, dengan nuansa psikologis yang kuat. Saya cukup suka film dengan tema-tema seperti ini. Membuat kita tegang, sekaligus menebak-nebak kemana alur film akan bergerak. Dimana kira-kira ‘twist’ akan terjadi. Begitu pula dengan film Split. Walaupun secara jujur, alur film ini kurang begitu greget menurut penilaian saya pribadi, penikmat film awam. Hanya kekuatan akting dari James McAvoy saja yang menolong alur dari film ini. Tahu James McAvoy kan? Itu loh si Profesor-X versi muda di alur ‘maju-mundur cantik’-nya serial X-Men. Jadi yah gitu, nilai film ini nggak jelek-jelek amat, tapi nggak bagus-bagus amat juga. Seven of Ten-lah kira-kira.
Alur cerita ‘Split’ dimulai dari penculikan tiga orang gadis. Mereka adalah Casey Cooke (Anya Taylor-Joy), Claire Benoit (Haley Lu Richardson), dan Marcia (Juessica Sula). Ketiganya dibius dan terbangun di sebuah ruangan misterius. Penculik dari ketiga gadis ini, tidak lain dan tidak bukan adalah James McAvoy. Dalam film ini James McAvoy memerankan banyak karakter, dengan banyak nama. Iya, dialah sang tokoh utama, Kevin Wendell Crumb. Ini sekaligus juga menjawab pertanyaan saya yang lain. Bagaimana sang sutradara bisa memasukkan 24 karakter dalam durasi hanya 117 menit? Dan jawabannya, memang tidak semua karakter tergambar dengan lengkap. Sepanjang film hanya muncul lima karakter (alter-ego) dari tokoh Kevin, yaitu: Barry tokoh desainer kemayu, Dennis tokoh yang tegas dan dingin, Hedwig seorang bocah usia sembilan tahun, serta Patricia sosok wanita religius. Ditambah karakter ke-24, sebagai karakter pamungkas, ‘The Beast’. Menurut saya, James McAvoy sangat lihai dalam memerankan semua karakter ini secara bergantian. Dalam film ada juga satu tokoh yang muncul cukup sering, yaitu dr. Karen Fletcher (Betty Buckley), seorang wanita paruh baya, psikiater dari tokoh Kevin.
Alur cerita ‘Split; sebagian besar didominasi dengan pergantian karakter Kevin. Ditambah juga usaha meloloskan diri dari Casey dan kawan-kawan. Serta bagaimana usaha dr. Karen Fletcher mempelajari berbagai karakter alter-ego dari Kevin, yang dilihat olehnya sebagai sosok unik dan menarik. Ditambah mungkin sedikit flashback kisah hidup dari Casey, semasa kecil. Empat hal itulah inti cerita dari film Split, yang dapat saya tangkap secara garis besar. Sampai klimaks film terjadi saat munculnya sosok ‘The Beast’, sosok yang mendekati manusia berkekuatan super. Kuat, gesit, namun teramat sangat ganas. Sosok yang awalnya hanya diduga sebatas fantasi oleh dr. Fletcher. Sosok ‘The Beast’ ini terkesan dimunculkan sebagai evolusi dari kemampuan otak manusia. Bagian otak manusia, yang sampai saat ini belum mampu dipetakan.
Plot twist yang sedikit menarik, mungkin hanya saat munculnya tokoh Bruce Willis. Awalnya saya sempat bingung dengan kemunculan aktor senior ini. Padahal dari awal sosoknya tidak pernah muncul sama sekali. Maka saya browsing ulang beberapa sinopsis film Split. Ternyata film Split ini terkorelasi dengan film yang berjudul ‘Unbreakable”. Dalam film Unbreakable, Bruce Willis memerankan tokoh David Dunn. Film yang diarahkan oleh sutradara yang sama, M. Night Shyamalan. Entah apakah ini berarti nantinya ‘Split’ akan memiliki sekuel? Yang pasti sih Bruce Willis terlalu ‘mahal’ untuk sekedar muncul lima detik, dengan hanya satu baris dialog saja. Selain itu, masih ada alur menggantung, dan belum terjawab dari masa lalu si tokoh Casey. Bagaimana hubungan dirinya dengan si Paman. Ini sepertinya akan turut memancing pula sekuel dari ‘Split’. Sambil menunggu, saya sepertinya tertarik untuk menonton film Unbreakable.
Itulah kesan singkat saya sehabis menonton ‘Split’. Cukup lumayan untuk menambah referensi film, terutama yang bergendre triller-psikologis. Soal batasan umur, saya sih jelas menilai film ini untuk kalangan Dewasa (ada adegan buka-bukaannya loh, bro sis), bukan untuk dikonsumsi anak-anak. Halah dikonsumsi, emangnya camilan hehehe...
.
Teuku Umar, 21 Februari 2017
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar