Kalau dilihat-lihat
ternyata belum ada tulisan saya mengenai musik. Maka pada tulisan kali ini saya
ingin membahas sedikit tentang lagu. Sebuah lagu lama yang dinyanyikan oleh
Iwan Fals, berjudul Entah. Sebelum anda komentar, saya akan komentar duluan.
Iya, lagu itu memang lawas, sangat lawas malah. Wajar dong, saya kan sudah tua
hahaha...
Kenapa
dan ada apa dengan lagu Entah? Saya menyukainya karena liriknya yang jujur.
Menurut saya lagu ini adalah lagu romantis yang realistis, tidak puitis namun
terkesan manis. Mari kita kutip sedikit lirik dari lagu Entah :
“Seperti
biasa aku tak sanggup berjanji, hanya mampu katakan aku cinta kau saat ini. Entah
esok hari, entah lusa nanti, entah...”
“Sungguh
mati perempuanku, aku tak mampu beri sayang yang cantik seperti kisah cinta di
dalam komik.”
“Lanjutkan
saja langkah kita, rasalah... rasalah... apa yang terasa... apa yang terasa...
apa yang terasa...”
Ketiga
lirik diatas yang paling berkesan buat saya. Benar-benar menggambarkan cinta
secara jujur, dan apa adanya. Lirik pertama, siapa pun di dunia ini pasti tidak
akan bisa berjanji akan cintanya. Tidak bisa berjanji apakah cinta itu bertahan
untuk selamanya atau tidak. Kalau ada yang bilang akan mencintai
selama-lamanya, maka pernyataan itu justru patut dipertanyakan. Cinta itu
seperti halnya emosi manusia. Berekuivalen dengan marah, sedih, kecewa, dan
lainnya. Apakah ada manusia yang bisa selamanya marah? Apakah ada manusia yang
bisa selamanya sedih? Begitupun dengan cinta. Cinta pun datang dan pergi,
sesuai dengan keadaan emosional manusia. Sesuai dengan situasi dan keadaaan
kehidupan.
Lalu
bagaimana dengan konsep hidup bahagia selamanya? Sepasang manusia memang bisa
hidup bersama selamanya. Itu bukanlah sebuah keniscayaan, tapi benar-benar ada.
Hanya saja, menurut saya itu bukanlah karena cinta. Mereka hidup bahagia
selamanya, karena masing-masing memiliki cita-cita hidup yang sama. Disana juga
ada tanggung jawab yang sama. Apabila kedua itu sudah tidak lagi sama, maka
hidup bersama selamanya hanya sebatas cita-cita. “Aku cinta kau saat ini, entah
esok hari, entah lusa nanti, entah...” Bukan lirik yang puitis, namun sangat
realistis.
Lirik
kedua. Kisah cinta di dalam komik, novel, film, drama, ataupun sinetron adalah
cinta yang mengada-ada, menurut saya. Namun, disisi lain saya mengakui kalau
Tuhan adalah sutradara yang sangat hebat. Maka dari itu saya sangat setuju
dengan konsep, “hidup ini adalah panggung sandiwara.” Masing-masing dari kita
memiliki peran masing-masing. Dalam kisah hidup kita, Tuhan menyelipinya dengan
sedikit bumbu romansa. Hanya saja, jangan berharap selalu bahagia diakhir
cerita. Konsep hidup bahagia selamanya, tidak berlaku di dunia nyata. Ending bahagia sengaja dibuat
semata-mata untuk memuaskan ego manusia. “Aku tak mampu beri sayang yang
cantik, seperti kisah cinta di dalam komik.” Bukan lirik yang puitis, namun
sangat realistis.
Lirik
ketiga. Hidup berpasangan adalah pilihan. Saat anda sudah memilih maka
konsisten-lah dengan pilihan itu. Tujuan hidup berpasangan bukanlah untuk hidup
bahagia selamanya, namun untuk tetap hidup bersama selamanya. Selama anda
bersama, rasakanlah bersama bumbu-bumbu kehidupan yang ada. Manis, asin, pahit,
hambar, kecut, dan lainnya. Itulah arti dari hidup sebagai manusia berpasangan.
“Rasalah, rasalah... apa yang terasa, apa yang terasa...” Bukan lirik yang
puitis, namun sangat realistis.
Sebagai
penutup, mari ambil gitar dan mulai bernyanyi. “Seperti biasa aku tak sanggup
berjanji. Hanya mampu katakan, aku cinta kau saat ini, entah esok hari, entah
lusa nanti, oh entah...”
My room, 12 Maret 2017
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar