Jumat, 30 Juni 2017

Barbitch: Melihat Wanita Dari Sisi Berbeda


Sampai juga kita di akhir bulan Juni. Dalam rangka menutup bulan, saya akan mengajak anda kembali membahas sebuah buku. Judul bukunya, ‘Barbitch’. Buku ini membahas tentang wanita, dalam berbagai karakter dan masalah mereka. Banyak yang bilang saya kurang paham tentang wanita. Saya tidak memungkiri itu. Makanya saya membeli buku ini. Selain, karena penulisnya lahir di Denpasar, dan dia cewek Sagitarius. Nggak nyambung memang. Sengaja, hehehe...
Barbitch, whether you love her so much... Or hate her so much... Sekumpulan cerita di dalam Barbicth karya Sagita Suryoputri menampilkan kisah para perempuan dari sisi abu-abu kehidupan. Para tokohnya bercerita tentang pengkhianatan sahabat, cinta segitiga, manipulasi kekuasaan, perempuan dengan kecantikan bagai boneka, perpecahan keluarga... dan semua hal yang kadang disembunyikan masyarakat demi terjaganya stabilitas sosial dan moral. Mereka ada di sekitar kita, namun sering kita menutup mata bagi mereka. Mereka berpesta dalam entakan musik yang keras hingga tenggelam di bawah kerlip lampu warna-warni berkilauan. Di balik perjuangan demi kehidupan yang lebih baik, mereka tampil rupawan dan elok dipandang mata sekana dunia berjalan tanpa masalah. Hingga yang tersisa tinggallah pilihan: membenci atau mencintai mereka.”

Kamis, 29 Juni 2017

Definitely, Maybe: Ketika Anak Bertanya Tentang Cinta


Bahas event sudah, buku sudah, objek wisata sudah. Sekarang saya akan ngajak anda membahas tentang film. Sebuah film yang tidak sengaja saya tonton, di HBO Family. Sebuah film lama, keluaran tahun 2008. Dibintangi oleh Ryan Renolds, sang Deadpool. Nah, tahu sendiri dong film-film Ryan Renolds kayak apa. Pastinya jarang banget ada yang serius. Termasuk film ini, yang bergendre drama komedi. Judulnya ‘Definitely, Maybe’. Pernah nonton filmnya? Pasti diantara anda ada yang sudah menontonnya.
Film ini dimulai dengan cara yang unik, menurut saya. Ada ilustrasi narator mirip Deadpool. Diawali oleh Will Hayes, tokoh utama yang diperankan oleh Ryan Renolds, menerima berkas perceraian dari sang istri. Akibatnya, mereka kini tinggal terpisah. Dari hasil pernikahan mereka, lahir seorang gadis cantik, bernama Maya. Setiap hari Selasa dan Jumat, adalah tugas Will untuk mengasuh Maya. Kebetulan hari itu adalah hari Jumat. Pulang kerja, Will pun menjemput Maya dari sekolah. Dan cerita pun dimulai...
“Hari ini aku dapat pendidikan seks di sekolah Yah,” celetuk Maya.

Rabu, 28 Juni 2017

Ngebolang: Satu Hari, Dua Destinasi


Minggu lalu kegiatan ‘ngebolang’ (baca: jalan-jalan, sekalian cuci mata), saya jadwalkan menuju kabupaten Bangli. Satu-satunya kabupaten di Bali, yang tidak memiliki pantai. Dengar-dengar di sana ada sebuah air terjun keren. Namanya air terjun Kuning. Nama Kuning, berasal dari nama desa dimana lokasi air terjun itu berada. Kenapa air terjun lagi? Kan sudah bilang saya suka mainan air. Nggak ada pantai, air terjun (lagi) pun jadi.
Sedikit anekdot sebelum memulai. Kecintaan saya pada air ini pernah menjadi guyonan teman. Katanya, “Kamu ini Aries, kambing gunung kok suka main air?” Saya jawab, “Aku ini Pisces yang terjebak di tubuh Aries.” Balik dia berujar, “Oh pantesan nggak agresif.” Loh, pernyataan macam apa itu? Maksudnya apa? Oke garing, skip...
Perjalanan pun dimulai. Saya memilih lewat Batubulan, ketimbang Bypass Ida Bagus Mantra. Tidak ada sebab khusus sih, cuma lagi pengen aja. Tiba di Desa Blahbatuh, saya melihat sebuah plang bertuliskan: “Blangsiang Waterfall”. Sebagai pencinta air yang jatuh dari ketinggian, tentu saya penasaran. Apalagi di plang itu bertuliskan hanya 500 meter, masuk dari Pasar Yadnya, Blahbatuh. Boleh juga nih kalau mampir sebentar, pikir saya. Maka saya ikuti panah penunjuk jalan, dan petualangan saya pun dimulai.

Selasa, 27 Juni 2017

Mencari Cinta Untuk Cinta


“Bangun Do, bangun...”
Sayup-sayup diantara lelapnya tidur aku mendengar suara. Pelan-pelan kesadaranku pulih. Aku merasakan tubuhku terguncang-guncang. Kurasakan panasnya matahari menyentuh kakiku. Pasti korden kamarku sudah terbuka.
“Bangun nggak? Aku siram air nih!” Mengganggu banget sih ni orang, begitu pikirku. Masih ngantuk tahu, umpatku dalam hati.
Suara itu tetap berteriak-teriak, sampai kesadaranku benar-benar pulih. Ya ampun, aku mengenal suara itu. Suara seorang wanita. Kenapa dia bisa ada di kamarku? Pasti ibuku yang memberi dia ijin masuk. Ibuku memang sangat menyukai dirinya. Ibarat sosok anak gadis yang tidak pernah dia miliki, mengingat anak-anaknya semua lelaki.
“Iya, iya bentar lagi,” ucapku enggan. Kutarik lagi selimut menutupi tubuhku.
Tidak lama selimut itu kembali tergeser. Pergi menjauh dari tubuhku. Akhirnya aku menyerah. Dengan penuh keengganan aku bangkit. Dengan berat hati aku buka mataku. Ternyata dugaanku tidak salah. Dia memang Marisha. Teman, sahabat, pacar? Duh nggak ngerti deh sama hubungan kami. Nyaman jalan berdua, kami tidak pernah memperjelas status hubungan kami. Nanti juga kalian akan mengerti. Semoga, karena aku sendiri tidak mengerti.

Senin, 26 Juni 2017

Problematika Bidadari Angkasa


Saya baru saja selesai membaca sebuah buku. Sebuah novel tepatnya. Buku yang sebenarnya sudah lama saya miliki, namun baru sempat dibaca. Sebuah kebiasaan jelek saya sejak lama. Suka beli tapi lupa dibaca. Akhirnya jadi penghuni rak buku tanpa tersentuh. Bahkan diantaranya ada yang masih ‘perawan’, dengan pembungkus plastik masih terpasang. Judul buku ini Diary Pramugari: Seks, Cinta & Kehidupan. Diantara anda mungkin sudah ada yang membacanya. Secara garis besar, judul buku ini sudah cukup menggambarkan isi buku. Ceritanya memang menggambarkan problematika ‘bidadari angkasa’.

Kenapa saya tertarik dengan buku ini? Sebelum menjawab itu, mari kita lihat novel ini secara fisik. Novel ini terbit pertama kali bulan November 2011. Kemudian dicetak ulang beberapa kali, sampai akhirnya mendapat stempel ‘Best Seller’. Ditulis oleh Agung Webe, seorang penulis asal Yogyakarta. Sampul depan dominan berwarna hitam, dengan gambar betis dan sepatu hak tinggi, khas pramugari. Di sampul belakang didominasi warna merah. Total memiliki 352 halaman, yang terbagi atas 36 bab. Secara harfiah, novel ini nyaman dibaca, karena memiliki font yang besar dan spasi yang cukup lebar. Nggak bikin sakit matalah, intinya.

Minggu, 25 Juni 2017

39 Tahun PKB: Makin Tua, Makin (Tidak) Istimewa


Pesta Kesenian Bali (PKB) kini sudah berumur 39 tahun. Sebuah usia yang cukup stabil, untuk sebuah ajang tahunan. Ajang kesenian terbesar di Bali ini, selalu rutin diadakan setiap bulan Juni dan Juli. Sudah menjadi hukum alam, kalau sesuatu yang rutin lama-lama bikin jenuh. Hal ini sepertinya dialami pula oleh PKB. Menurut pendapat saya pribadi sih. Kalau disuruh menulis tentang PKB saya suka bingung. Ini apalagi yang musti ditulis? Apalagi yang unik buat di kulik?
Tahun ini PKB ke-39 mengangkat tema Ulun Danu: Melestarikan Air Sumber Kehidupan. Saya suka banget nih temanya. Soalnya saya suka main air, suka basah-basahan. Wajar saya antusias menunggu ajang PKB tahun ini. Sayangnya, hampir dua minggu pelaksanaan PKB, tidak ada nuansa air yang tersaji. Mungkin ada beberapa pementasan yang mengangkat tentang air, namun itu tidak terlalu signifikan. Keluar dari tema? Silakan anda menilainya sendiri.
Kembali ke soal kejenuhan. Ajang PKB ini ibarat orang pacaran selama 10 tahunan. Sudah tahu luar dalem, sampai ke dalem-dalemnya. Sudah tahu bapak-ibu dia, paman-bibi dia, nenek-kakek dia, sampai ke tetangga-tetangga dia. Mau menikah, tapi kok belum siap. Mau terus pacaran, tapi kok bosen. Mau putus, tapi kok masih sayang. Kebayang kan rasanya?

Rabu, 07 Juni 2017

Wanita Perkasa Yang Mempesona


Bulan Juni ini bioskop Indonesia sedang dibanjiri film-film berkualitas. Paling tidak itu menurut pendapat saya. Salah satunya adalah film Wonder Woman. Sebuah film yang sudah saya tunggu sejak lama. Kenapa? Karena ada sosok Gal Gadot disana. Satu dari sekian wanita yang mampu membuat saya terpesona. Harus saya akui itu. Wanita kuat tapi tidak kehilangan sisi feminimnya, selalu membuat saya kagum. Jadi kalau pemeran utamanya bukan Gal Gadot saya tidak akan nonton gitu? Mungkin saja sih.
Kita tahulah kalau film super hero dunia saat ini terbagi menjadi dua kubu. Kubu Marvel dan kubu Warner Bros (DC). Keduanya bergiliran mengeluarkan jagoan mereka ke layar lebar. Jujur selama ini saya lebih suka super hero keluaran Marvel. Baik itu dari alur cerita maupun kualitas gambar. Bagi saya film-film DC selama ini terlalu terkesan ‘suram’. Alur ceritanya pun mengalir terlalu serius, tanpa ada selipan unsur jenaka. Entah apa yang menyebabkan seperti itu. Kurang piknik mungkin?
Hanya satu film DC yang masuk ke daftar favorit saya. Film itu adalah trilogi Batman (Batman Begins, The Dark Knight dan The Dark Knight Rises), yang disutradai oleh Christoper Nolan. Menurut saya film ini sangat fenomenal. Tidak pernah saya bosan menontonnya, berulang-ulang.

Selasa, 06 Juni 2017

3-Some: Dua Lelaki, Satu Perempuan


Pada kesempatan ini saya akan mengajak anda ber-threesome. Eh, jangan berpikir yang nggak-nggak dulu. Bukan threesome yang itu, beneran bukan. Ini adalah tentang sebuah buku, yang judulnya ‘3-Some’. Saya tidak akan nyalahin kalau tadi anda sempat berpikir sedikit ‘nakal’, karena saya pun tadinya begitu. Saat melihat buku ini di rak toko, fantasi saya sempat terpancing. Saya tidak munafik, saya lelaki normal. Pintar juga penulis buku ini memilih judul, pikir saya waktu itu.
Singkat cerita, saya bawa buku ini ke kasir. Saya bayar dan saya bawa pulang. Begitu terbebas dari plastik pembungkus, saya langsung mengecek kondisi buku secara fisik. Sebuah kebiasaan lama begitu dapat buku baru. Sampul depan dan belakang dominan berwarna coklat tua. Terdiri atas 229 halaman. Diterbitkan oleh PT. Elex Media Komputindo, Kompas Gramedia, di tahun 2012.
Pada sampul depan, tertulis pula sub judul: “2 Lelaki dan 1 Perempuan berkolaborasi, demi 21 kisah ini.” Sesuai dengan sub judul tersebut, buku ini memang sebuah kompilasi cerita pendek (cerpen). Ditulis oleh tiga penulis, yaitu: @hendriyulius, @joeandrianus, dan @nunkiehanda. Satu lagi keunikan dari buku ini. Penulisnya memakai sosial media mereka. Lumayan kan buat nambah followers. Demikian pula ketika mereka menggambarkan diri sendiri di belakang buku. Mereka memakai kata-kata yang memancing senyum.

Senin, 05 Juni 2017

Pesona Jatiluwih Yang Tersembunyi


Jatiluwih, adalah nama salah satu desa di Kabupaten Tabanan, Propinsi Bali. Berbicara mengenai Desa Jatiluwih, kita pasti akan langsung terbayang hamparan sawah yang berundak (terasering). Begitu pula saat kita mencari informasi tentang Jatiluwih di internet. Daerah Jatiluwih memang terkenal dengan hamparan sawahnya yang masih asri. Sistem pertanian tradisional Bali, Subak, masih terjaga dengan baik di daerah ini. Keindahan alam persawahan ini menarik minat turis asing untuk berkunjung. Terutama wisata ‘trekking rice fields’-nya.
Pun demikian saat saya datang ke sana. Mata saya dimanjakan dengan hamparan padi yang menguning, siap panen. Sungguh luar biasa. Mungkin anda pernah dengar daerah Tegalalang di Kabupaten Gianyar? Disana juga ada wisata persawahan yang indah. Namun menurut pendapat saya pribadi, daerah Jatiluwih dua kali lebih indah.
Datang ke Jatiwulih, saya justru jadi minoritas di sana. Hanya terlihat segelintir orang domestik yang ada. Itu pun sebagian besar adalah pramuwisata lokal yang datang mengantar turis. Agak aneh juga sih rasanya. Namun, tidak terasa aneh-aneh banget sih. Hal yang sama juga kerap saya rasakan, saat datang ke objek-objek wisata alam di Bali. Malah pernah di satu momen, saya jadi satu-satunya orang lokal yang datang.

Minggu, 04 Juni 2017

And The Trophy Goes To ...


Liga Champion musim 2016/2017 akhirnya tiba di titik akhir. Dua tim terbaik bertemu di partai puncak. Mereka adalah Real Madrid dari Spanyol, dan Juventus dari Italia. Millenium Stadium, Cardiff, Wales, menjadi saksi bisu dahsyatnya laga ini. Sebuah laga, yang apapun hasilnya, akan menciptakan rekor baru di dunia sepak bola.
Real Madrid (Madrid) datang ke Cardiff dengan status sebagai juara Liga Spanyol, dan sekaligus juara bertahan. Bila tampil sebagai juara, maka Madrid akan jadi klub pertama yang memenangi ‘si kuping besar’ secara back to back (dua kali berturut-turut). Sebuah rekor yang belum pernah dicetak klub manapun di dunia, sejak kompetisi ini berganti format. Juventus (Juve) pun datang dengan tidak kalah mentereng. Mereka datang dengan status sebagai juara Liga Italia, dan juga Coppa Italia. Kalau Juve menang, maka untuk pertama kalinya mereka akan mencetak treble (memenangi tiga kompetisi), dalam satu musim. Pencapaian yang luar biasa tentu bagi Juve, karena tercatat hanya 8 klub dunia yang bisa melakukan itu. Maka banyak pihak menyebut ini sebagai pertarungan para pemenang. The true Final.

Sabtu, 03 Juni 2017

Petualangan Jack Sparrow Jilid Lima



Tahun 2017 ini, film Pirates of The Caribbean sampai pada serinya yang kelima. Jack Sparrow (Johnny Depp) masih menjadi tokoh utama. Seri kelima ini punya dua sub judul yang berbeda, yaitu: “Dead Men Tell No Tales” dan “Salazar’s Revenge”, tergantung di negara dimana film ini diputar. Entah apa yang mendasari hal tersebut. Belum saya temukan jawabannya. Di Indonesia sendiri film ini menggunakan sub judul kedua.
Sebelum anda membaca lebih lanjut, ada baiknya saya memberi sedikit peringatan. Tulisan ini mengandung spoiler tingkat tinggi. Jadi kalau tidak mau kenikmatan anda menonton terganggu, lebih baik tulisan ini tidak usah dibaca. Kalau anda tetap membaca, maka resiko sepenuhnya ada di tangan anda. Toh saya sudah memperingati anda dari awal.
Kesan pertama saya selesai menonton? Film ini kembali pada benang merahnya, setelah terkesan kalau di seri keempat, film ini sedikit ‘keluar jalur’. Saya terbiasa dengan hadirnya Will Turner (Orlando Bloom) dan Elizabeth Swann (Keira Knightley). Saat di seri keempat keduanya tidak hadir lagi, ada sesuatu yang hilang dari film ini. Apakah ini berarti di seri kelima mereka berdua balik lagi? Hhmm, kasih tahu nggak ya? Iya mereka balik lagi, tapi tentang kapan dan bagaimana caranya? Mungkin anda harus menontonnya sendiri.

Jumat, 02 Juni 2017

Selamat Ulang Tahun, Pancasila


Tanggal 1 Juni 2017, Pancasila kita genap berusia 72 tahun. Kalau diibaratkan manusia, usia ini sudah memasuki usia renta. Namun untuk ukuran sebuah dasar negara, usia ini masih tergolong sangat muda. Walaupun relatif muda, Pancasila bisa dibilang sudah kebal menghadapi ancaman, baik dari dalam maupun luar. Pancasila kita sudah terbukti, sudah teruji.

Di hari yang baik ini, mari kita sedikit bernostalgia dengan Pancasila. Bagaimana sih sejarahnya Pancasila bisa lahir? Tolong jangan dibecandain dengan bertanya, “Pancasila itu lahirnya normal apa caesar?” Tolong jangan, beneran jangan. Pancasila lahir dari sebuah proses yang bersejarah. Mari kita putar balik waktu, kembali ke tanggal 29 Mei 1945.
Kenapa tanggal 29 Mei 1945? Karena pada tanggal tersebut dimulainya sidang BPUPKI, alias Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Yang dalam bahasa Jepang disebut “Dokuritsu Junbi Cosakai”. Kenapa dalam bahasa Jepang? Karena badan ini memang hasil bentukan Jepang. Jepang yang saat itu sedang berperang melawan Sekutu, butuh bantuan dari Indonesia. Nah, atas kesediaan membantu ini Indonesia dijanjikan kemerdekaan. Janji ini diucapkan oleh Perdana Menteri Kaiso, pada tanggal 7 September 1944. Tahu-tahunya di tahun 1945, Jepang kalah tuh melawan sekutu. Namanya janji ya tetaplah janji dong, mau menang kek, mau kalah kek. Indonesia menuntut kemerdekaan yang telah dijanjikan. Ternyata orang Jepang adalah orang setia pada janjinya. Keluarlah kemudian Maklumat Gunseikan (Pembesar Tertinggi Pemerintah Militer Jepang di Jawa dan Madura). Maklumat inilah kemudian yang menjadi dasar terbentuknya BPUPKI.

Kamis, 01 Juni 2017

Nulis Random 2017: Sebuah Prakata Sederhana


Nulis Random 2017
Tiga hari lalu saya melihat twit dari akun nulisbuku, dengan hashtag #NulisRandom2017. Isinya tentang tantangan menulis dalam rentan waktu 30 hari. Singkatnya, kalau dulu pernah ada film 30 hari mencari cinta, nah yang ini 30 hari mencari cerita. Bahan cerita tepatnya. Seru juga nih, pikir saya. Mumpung ada waktu lebih, kenapa tidak coba menjawab tantangan ini?
Nulisbuku dalam blognya memberi pengantar tentang kegiatan ini. Dalam sebuah paragrafnya saya tertarik pada satu kalimat, “…semua orang bisa menjadi ‘pabrik’ ceritanya sendiri”. Betul juga sih kalau dipikir-pikir. Di era milenia ini, sebut sajalah demikian, teknologi sudah sangat berkembang. Konsep menulis kini tidak lagi sebatas tinta di atas kertas. Kini kita bisa menulis dengan berbagai media. Mulai dari blog, media sosial, atau jejaring sosial sejenis. Alat menulis pun kini makin beragam. Dari komputer, laptop, tablet, bahkan smartphone. Sekarang ini setiap orang punya smartphone, artinya setiap orang bisa menulis. Dimana pun, kapan pun, dan tentang apa pun.
Kemajuan teknologi menulis ini membawa dampak positif dan negatif. Positifnya, kita bisa bebas mengekspresikan diri dalam menulis. Suka tulisan panjang, tulislah di blog. Suka tulisan pendek, tulislah dengan Facebook/Instagram. Suka tulisan super pendek, tulislah dengan Twitter. Suka cerpen, tulislah cerpen. Suka puisi, tulislah puisi. Suka artikel, tulislah artikel. Intinya tulis, kemudian upload. Semudah itu, iya semudah itu. Dengan catatan, kouta internet anda masih ada.