Pada
kesempatan ini saya akan mengajak anda ber-threesome.
Eh, jangan berpikir yang nggak-nggak dulu. Bukan threesome yang itu, beneran bukan. Ini adalah
tentang sebuah buku, yang judulnya ‘3-Some’. Saya tidak akan nyalahin kalau tadi anda sempat berpikir
sedikit ‘nakal’, karena saya pun tadinya begitu. Saat melihat buku ini di rak
toko, fantasi saya sempat terpancing. Saya tidak munafik, saya lelaki normal.
Pintar juga penulis buku ini memilih judul, pikir saya waktu itu.
Singkat
cerita, saya bawa buku ini ke kasir. Saya bayar dan saya bawa pulang. Begitu terbebas
dari plastik pembungkus, saya langsung mengecek kondisi buku secara fisik. Sebuah
kebiasaan lama begitu dapat buku baru. Sampul depan dan belakang dominan
berwarna coklat tua. Terdiri atas 229 halaman. Diterbitkan oleh PT. Elex Media
Komputindo, Kompas Gramedia, di tahun 2012.
Pada sampul
depan, tertulis pula sub judul: “2 Lelaki dan 1 Perempuan berkolaborasi, demi
21 kisah ini.” Sesuai dengan sub judul tersebut, buku ini memang sebuah kompilasi
cerita pendek (cerpen). Ditulis oleh tiga penulis, yaitu: @hendriyulius,
@joeandrianus, dan @nunkiehanda. Satu lagi keunikan dari buku ini. Penulisnya
memakai sosial media mereka. Lumayan kan buat nambah followers. Demikian pula ketika mereka menggambarkan diri sendiri di
belakang buku. Mereka memakai kata-kata yang memancing senyum.
Setelah saya cek, ternyata di dalam buku ini memang ada 21
judul cerpen. Seluruh tulisan cerpen ini terbagi ke dalam 9 kamar, begitu
istilah yang dipakai penulisnya. Masing-masing mengangkat sub judul yang
berbeda-beda. Misalnya, kamar #0 diberi sub judul “Ocehan Tiga Insan Setengah
Waras”, kamar #1 -“Cerita di Balik Hujan, kamar #2 -“Kawin Bukan Berarti
Menikah, Menikah Bukan Berarti Kawin, dan sub-sub judul lainnya yang
menggelitik. Cukup menarik dari penilaian saya pribadi, sebagai pembaca ala
kadarnya.
Lebih
menarik lagi saat membaca resensi singkat penulis di sampul belakang. “21 kisah berlatar urban di buku ini, selama ini
tertimbun dalam hiruk-pikuk dan kesibukan kota. Cerita-cerita yang selalu
dianggap tabu, lantaran berkisah tentang hubungan cinta yang sembunyi-sembunyi,
pertanyaan mengenai pernikahan, hubungan one
night stand, perselingkuhan menggelora, rahasia para perempuan kota, dan
kisah-kisah lain yang selama ini hanya tersimpan di balik ranjang.”
Pada paragraf
berikutnya. “Diperlukan keberanian tersendiri untuk menuliskannya. Hubungan
cinta yang kadang berakhir dengan tawa dan tangis, juga keberanian untuk
menelanjangi diri sendiri.”
Uuhh, sungguh deretan
kata penuh ‘provokasi’ dan memancing ‘imajinasi’ bukan? Bagaimana tidak bikin pengen membawanya ke kasir coba? Itu
baru resensi singkat saja. Setelah membaca satu per satu cerpen di dalam buku
ini, ‘imajinasi’ anda akan makin terpancing. Cara penyajian tulisan dan
bertutur yang cerdas menurut saya.
Misal kita
ambil satu cerpen sebagai referensi. Sebuah cerpen yang berjudul Cerita Suatu
Pagi, di halaman 57. Cerpen ini dibuka dengan paragraf: “Pagi ini aku terdiam.
Diam karena tersiksa gelisah yang menguak hatiku yang kosong lalu meradang
ngilu, menyerang, dan menjalar di seluruh tubuh. Ketika semuanya berakhir,
hanya rasa hampar tersisa dari sebuah cerita lalu. Cerita yang membawaku pada
suatu pagi yang suram di Pulau Bali.”
Sesuai
paragraf pembukanya, cerpen ini memang mengambil latar pulau Bali. Ubud,
Jimbaran dan Kuta, tepatnya. Tokoh utamanya sendiri bukanlah orang Bali. Dia
adalah perempuan dari Ibukota, yang datang ke Bali dengan sebuah luka di
hatinya. Entah kebetulan atau takdir, dia bertemu lelaki Bali, bernama Oka. Di
Pulau Dewata cinta keduanya lalu bersemi. Bukan sebuah kisah cinta yang mudah.
Cinta yang terbentur budaya, tradisi dan kasta. Sebuah fenomena cinta yang umum
terjadi di Indonesia. Sebuah negara yang terdiri atas beragam suku dan agama. Akankah
cinta mereka bersatu di akhir cerita?
Kita
ambil satu lagi cerpen sebagai referensi. Sebuah cerpen yang berjudul XXX, di
halaman 73. Cerpen ini dibuka dengan paragraf: “Setelah sekian lama tubuh mereka merapat. Setelah sekian lama nafas
mereka berbenturan satu sama lain. Setelah sekian lama lidah mereka saling
bersilangan mengirim sinyal-sinyal yang membuat keringat bergulir. Setelah
sekian lama hati mereka bertautan menikmati malam yang dingin. Setelah mereka
berdua tersadar dari mabuk kepayang yang menyelimuti otak, akhirnya mereka
harus menyelesaikannya. Harus melepaskan pelukan sebelum pelukan itu akan
semakin bertambah erat. Harus segera beranjak dari atas ranjang. Harus
merasakan perihnya kehilangan. Harus segera berpisah sekarang juga.”
Uuhh, bikin pengen baca lanjutannya kan? Cerpen XXX
ini berkisah tentang tiga orang manusia. Mereka adalah: Xeno, Xelly dan
Xanisse. Dikisahkan Xeno dan Xelly adalah dua orang yang terikat tali
pernikahan. Bagaimana dengan Xanisse? Dalam kisah ini dia berperan sebagai
orang ketiga. Tiga orang dalam satu perkawinan? Oh, pasti rumit dong jadinya. Akan jadi makin rumit saat muncul
orang keempat. Setiap orang akan mulai saling menyimpan rahasia. Rahasia satu yang
menutupi rahasia lainnya. Demikian seterusnya. Sebuah fenomena di dunia
perkawinan dewasa ini, bukan? Entah anda akui, atau tidak.
Kembali
ke penilaian awal, bagi saya kumpulan cerpen di buku ini memang cukup menarik
dan unik. Menggelitik fenomena kekinian, yang sedikit orang berani mengulik. Sedikit
nakal, tapi tetap masuk di akal. Buka-bukaan, tapi tetap sopan. Membahas juga cinta
dari sudut pandang yang berbeda. Sebagai sebuah bahan bacaan ringan, namun
berbobot, tentu buku ini sangat bisa saya rekomendasikan.
Bagi anda
yang pernah membaca buku ini, mungkin anda sependapat dengan saya atau mungkin
berbeda. Tidak apa-apa, itu hak anda. Bagi anda yang belum membaca buku ini,
silakan dibaca dan rasakan sendiri bagaimana sensasi dari 3-Some.
Denpasar, 6 Juni 2017
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar