Kamis, 01 Juni 2017

Nulis Random 2017: Sebuah Prakata Sederhana


Nulis Random 2017
Tiga hari lalu saya melihat twit dari akun nulisbuku, dengan hashtag #NulisRandom2017. Isinya tentang tantangan menulis dalam rentan waktu 30 hari. Singkatnya, kalau dulu pernah ada film 30 hari mencari cinta, nah yang ini 30 hari mencari cerita. Bahan cerita tepatnya. Seru juga nih, pikir saya. Mumpung ada waktu lebih, kenapa tidak coba menjawab tantangan ini?
Nulisbuku dalam blognya memberi pengantar tentang kegiatan ini. Dalam sebuah paragrafnya saya tertarik pada satu kalimat, “…semua orang bisa menjadi ‘pabrik’ ceritanya sendiri”. Betul juga sih kalau dipikir-pikir. Di era milenia ini, sebut sajalah demikian, teknologi sudah sangat berkembang. Konsep menulis kini tidak lagi sebatas tinta di atas kertas. Kini kita bisa menulis dengan berbagai media. Mulai dari blog, media sosial, atau jejaring sosial sejenis. Alat menulis pun kini makin beragam. Dari komputer, laptop, tablet, bahkan smartphone. Sekarang ini setiap orang punya smartphone, artinya setiap orang bisa menulis. Dimana pun, kapan pun, dan tentang apa pun.
Kemajuan teknologi menulis ini membawa dampak positif dan negatif. Positifnya, kita bisa bebas mengekspresikan diri dalam menulis. Suka tulisan panjang, tulislah di blog. Suka tulisan pendek, tulislah dengan Facebook/Instagram. Suka tulisan super pendek, tulislah dengan Twitter. Suka cerpen, tulislah cerpen. Suka puisi, tulislah puisi. Suka artikel, tulislah artikel. Intinya tulis, kemudian upload. Semudah itu, iya semudah itu. Dengan catatan, kouta internet anda masih ada.
Di lain sisi, kemudahan menulis ini ada dampak negatifnya. Dengan segala kemudahan, kita jadi merasa bisa menulis apa saja. “Sosial media, sosial media gue, ya terserah gue dong mau nulis apa aja...” Pernah dengar omongan macam gini? Pasti pernah, atau mungkin sering. Kemudahan dalam menulis dan meng-upload tulisan, kini jadi rawan disalah-gunakan. Menulis suka-suka. Media sosial itu bukanlah buku diary, yang sifatnya pribadi. Apa yang kita tulis, meskipun kita ‘gembok’, tetap ada kemungkinan bisa diakses. Aksi retas meretas bukan hal yang tabu di dunia maya.
Maka berhati-hatilah dalam menulis. Dulu ada istilah ‘mulutmu harimau-mu’, kini istilah itu ber-metamorfosa menjadi ‘jarimu harimau-mu’.
Beberapa tahun kebelakang, fenomena tulisan/berita hoax semakin merajarela. Tahu kan artinya hoax itu apa? Secara harfiah, hoax itu bisa diartikan tipuan, bohong atau palsu. Mungkin anda berpikir, “Nggak ada kerjaan banget sih nulis berita boong,” tapi itu benar terjadi loh. Umumnya digunakan untuk mem-propaganda sesuatu atau seseorang. Fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia, bahkan sudah mendunia. Berbagai negara menaruh perhatian khusus terhadap hal ini. Menyebarkan tulisan/berita hoax adalah tindakan pidana. Namun, meskipun sudah ada ancaman pidana-nya, penyebaran hoax ini tetap saja marak. Sungguh sangat memprihatinkan.
Nah berdasarkan keprihatinan ini nulisbuku mengajak kita, para penulis, untuk ikut memerangi berita/tulisan hoax. Caranya bagaimana? Caranya dengan belajar untuk menulis positif. Belajar untuk menulis hal yang mendidik, melalui kegiatan #NulisRandom2017. Semua orang memang bisa jadi penulis, namun apakah semua bisa jadi penulis yang baik? Yang bertanggung-jawab terhadap apa yang ditulisnya? Pertanyaan yang hanya bisa dijawab oleh masing-masing dari kita.
Maka dari itu, sesuai paragraf penutup di blog nulisbuku, mari kita bersenang-senang selama 30 hari ke depan. Mari kita belajar menulis, dan berbagi hal-hal yang positif kepada sesama. Takut dianggap tidak inspiratif, bodoh, dan lain sebagainya? Itu sih urusan nanti. Yang penting tulisan kita dapat kita pertanggung-jawabkan dengan baik. Yang penting kita menikmati proses menulis tersebut. Paling tidak itu tujuan saya ikutan tantangan menulis ini. Tercapai atau tidak, silakan nanti anda yang menilainya.
Ini adalah sebuah prakata sederhana. Awal dari perjalanan ikutan tantangan #NulisRandom2017. Anggap saja sebuah garis start. Masih ada 29 hari lagi menuju garis finish. Semoga nanti tidak kehabisan tenaga. Ibarat kata peribahasa, “alon-alon waton kelakon.” Menulis memang tidaklah mudah, namun bukan alasan untuk menyerah sedemikian mudah.

Denpasar, 1 Juni 2017
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar