Nulis Random 2017 |
Tiga hari
lalu saya melihat twit dari akun nulisbuku, dengan hashtag #NulisRandom2017.
Isinya tentang tantangan menulis dalam rentan waktu 30 hari. Singkatnya, kalau dulu
pernah ada film 30 hari mencari cinta, nah yang ini 30 hari mencari cerita. Bahan
cerita tepatnya. Seru juga nih, pikir saya. Mumpung ada waktu lebih, kenapa
tidak coba menjawab tantangan ini?
Nulisbuku
dalam blognya memberi pengantar tentang kegiatan ini. Dalam sebuah paragrafnya saya
tertarik pada satu kalimat, “…semua orang bisa menjadi ‘pabrik’ ceritanya
sendiri”. Betul juga sih kalau dipikir-pikir. Di era milenia ini, sebut sajalah
demikian, teknologi sudah sangat berkembang. Konsep menulis kini tidak lagi
sebatas tinta di atas kertas. Kini kita bisa menulis dengan berbagai media.
Mulai dari blog, media sosial, atau jejaring sosial sejenis. Alat menulis pun kini
makin beragam. Dari komputer, laptop, tablet, bahkan smartphone. Sekarang ini setiap orang punya smartphone, artinya setiap orang bisa menulis. Dimana pun, kapan pun,
dan tentang apa pun.
Kemajuan
teknologi menulis ini membawa dampak positif dan negatif. Positifnya, kita bisa
bebas mengekspresikan diri dalam menulis. Suka tulisan panjang, tulislah di
blog. Suka tulisan pendek, tulislah dengan Facebook/Instagram. Suka tulisan
super pendek, tulislah dengan Twitter. Suka cerpen, tulislah cerpen. Suka
puisi, tulislah puisi. Suka artikel, tulislah artikel. Intinya tulis, kemudian upload. Semudah itu, iya semudah itu. Dengan
catatan, kouta internet anda masih ada.
Di lain
sisi, kemudahan menulis ini ada dampak negatifnya. Dengan segala kemudahan,
kita jadi merasa bisa menulis apa saja. “Sosial media, sosial media gue, ya
terserah gue dong mau nulis apa aja...” Pernah dengar omongan macam gini? Pasti
pernah, atau mungkin sering. Kemudahan dalam menulis dan meng-upload tulisan, kini jadi rawan
disalah-gunakan. Menulis suka-suka. Media sosial itu bukanlah buku diary, yang sifatnya pribadi. Apa yang
kita tulis, meskipun kita ‘gembok’, tetap ada kemungkinan bisa diakses. Aksi
retas meretas bukan hal yang tabu di dunia maya.
Maka berhati-hatilah dalam
menulis. Dulu ada istilah ‘mulutmu harimau-mu’, kini istilah itu ber-metamorfosa
menjadi ‘jarimu harimau-mu’.
Beberapa
tahun kebelakang, fenomena tulisan/berita hoax
semakin merajarela. Tahu kan artinya hoax
itu apa? Secara harfiah, hoax itu
bisa diartikan tipuan, bohong atau palsu. Mungkin anda berpikir, “Nggak ada
kerjaan banget sih nulis berita boong,” tapi itu benar terjadi loh. Umumnya digunakan
untuk mem-propaganda sesuatu atau seseorang. Fenomena ini tidak hanya terjadi
di Indonesia, bahkan sudah mendunia. Berbagai negara menaruh perhatian khusus
terhadap hal ini. Menyebarkan tulisan/berita hoax adalah tindakan pidana. Namun, meskipun sudah ada ancaman
pidana-nya, penyebaran hoax ini tetap
saja marak. Sungguh sangat memprihatinkan.
Nah
berdasarkan keprihatinan ini nulisbuku mengajak kita, para penulis, untuk ikut
memerangi berita/tulisan hoax. Caranya
bagaimana? Caranya dengan belajar untuk menulis positif. Belajar untuk menulis hal
yang mendidik, melalui kegiatan #NulisRandom2017. Semua orang memang bisa jadi
penulis, namun apakah semua bisa jadi penulis yang baik? Yang bertanggung-jawab
terhadap apa yang ditulisnya? Pertanyaan yang hanya bisa dijawab oleh
masing-masing dari kita.
Maka dari
itu, sesuai paragraf penutup di blog nulisbuku, mari kita bersenang-senang selama
30 hari ke depan. Mari kita belajar menulis, dan berbagi hal-hal yang positif
kepada sesama. Takut dianggap tidak inspiratif, bodoh, dan lain sebagainya? Itu
sih urusan nanti. Yang penting tulisan kita dapat kita pertanggung-jawabkan
dengan baik. Yang penting kita menikmati proses menulis tersebut. Paling tidak
itu tujuan saya ikutan tantangan
menulis ini. Tercapai atau tidak, silakan nanti anda yang menilainya.
Ini adalah
sebuah prakata sederhana. Awal dari perjalanan ikutan tantangan #NulisRandom2017. Anggap saja sebuah garis start. Masih ada 29 hari lagi menuju garis
finish. Semoga nanti tidak kehabisan
tenaga. Ibarat kata peribahasa, “alon-alon
waton kelakon.” Menulis memang tidaklah mudah, namun bukan alasan untuk menyerah
sedemikian mudah.
Denpasar, 1 Juni 2017
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar