Minggu, 04 Juni 2017

And The Trophy Goes To ...


Liga Champion musim 2016/2017 akhirnya tiba di titik akhir. Dua tim terbaik bertemu di partai puncak. Mereka adalah Real Madrid dari Spanyol, dan Juventus dari Italia. Millenium Stadium, Cardiff, Wales, menjadi saksi bisu dahsyatnya laga ini. Sebuah laga, yang apapun hasilnya, akan menciptakan rekor baru di dunia sepak bola.
Real Madrid (Madrid) datang ke Cardiff dengan status sebagai juara Liga Spanyol, dan sekaligus juara bertahan. Bila tampil sebagai juara, maka Madrid akan jadi klub pertama yang memenangi ‘si kuping besar’ secara back to back (dua kali berturut-turut). Sebuah rekor yang belum pernah dicetak klub manapun di dunia, sejak kompetisi ini berganti format. Juventus (Juve) pun datang dengan tidak kalah mentereng. Mereka datang dengan status sebagai juara Liga Italia, dan juga Coppa Italia. Kalau Juve menang, maka untuk pertama kalinya mereka akan mencetak treble (memenangi tiga kompetisi), dalam satu musim. Pencapaian yang luar biasa tentu bagi Juve, karena tercatat hanya 8 klub dunia yang bisa melakukan itu. Maka banyak pihak menyebut ini sebagai pertarungan para pemenang. The true Final.
Para pecinta bola beramai-ramai memberikan prediksi mereka. Madrid akan juara, karena punya lini serang yang mumpuni. Juve akan juara, karena punya lini pertahanan solid. Kedua pendapat itu tidak salah. Statistik memang membuktikan demikian. Madrid sejak penyisihan grup sudah mencetak 26 gol. Terbanyak dari seluruh klub peserta Liga Champion, musim ini. Di lain sisi, Juve sejak penyisihan grup baru kebobolan 3 gol saja. Terminim dari seluruh klub perserta. Kini menjadi pertanyaan adalah, “Klub mana yang akan keluar sebagai juara? Klub dengan serangan terbaik? Atau klub dengan pertahanan terbaik?”
Saya pun memiki pertanyaan yang sama dalam hati. Saya memang bukanlah fans dari kedua klub tersebut. Saya adalah fans dari Manchester United (MU), tapi nggak fanatik-fanatik banget sih. Tetap saja saya menonton klub-klub lain bertanding. Intinya saya adalah fans dari sepak bola indah dan seru. Sesuatu yang tidak saya dapat dari menonton MU, beberapa musim terakhir. Nah wajar dong kalau saya nungguin laga final di Cardiff ini. Jaminan bakal seru, pikir saya.
Ternyata pikiran saya tidak salah. Baru 8 menit pertandingan berjalan, Juve sudah melepas dua tendangan on target. Keylor Navas, kiper nomor 1 Madrid, harus berjibaku sangat dini. Walau terus diserang, ternyata Madrid-lah yang mencetak gol pertama. Tendangan Cristiano Ronaldo, yang jadi sedikit berbelok karena terkena kaki Leonardo Bonucci, menghujam keras ke gawang Gianluigi Buffon. Gol ini terjadi di menit ke-20. Gol yang diawali oleh sentuhan satu dua yang cantik, antara Ronaldo dan Dani Carvajal.
Juve pun langsung merespon cepat dengan menyerang balik. Hasilnya di menit ke-26, sebuah gol balasan Juve tercipta. Tentangan setengah salto Mario Mandzukic, gagal dihalau oleh Navas. Gol yang merupakan umpan dari Gonzalo Higuain. Gol yang sangat indah menurut penilaian saya. Berdecak kagum saya dibuatnya. Keren!
Babak pertama pun ditutup dengan skor sama kuat 1-1. Wih, ada peluang menang nih si Juve, pikir saya. Sesuai prediksi awal. Terlihat soalnya kekuatan keduanya berimbang. Ambil camilan, kriuk-kriuk... Ambil kopi, sruuupp...
Memasuki babak kedua, saling serang masih terjadi. Hanya saja, di awal-awal Juve terlihat lebih melambatkan tempo. Sedikit bermain bertahan, dan sesekali menyerang balik. Ya ciri khas tim italia-lah. Strategi ini cukup berhasil sampai di menit ke-60. Sebuah tentangan dari luar kotak penalti oleh Casemiro, berbelok arah terkena kaki Sami Khedira. Bola jadi meluncur deras di pojok kanan bawah gawang Buffon. Suasana di dalam lapangan langsung berubah seketika. Juve keluar menyerang, berusaha mengejar defisit gol. Naasnya justru Madrid yang menambah gol. Terjadi di menit ke-64. Dari sebuah skema serangan balik cepat, Luka Modric memberi umpan silang dari sisi kanan lapangan. Umpan matang ini langsung disambar oleh Ronaldo, yang ada di tiang dekat. Ronaldo pun kembali mencetak namanya di papan skor, untuk kali kedua.
Pasca gol kedua Ronaldo ini, skema permainan Juve terlihat berantakan. Paling tidak dari sudut pandang saya, sebagai penonton awam. Mereka terlihat panik, dan alur bola mereka jadi kacau. Derita Juve semakin bertambah, saat kartu kuning kedua dilayangkan untuk Juan Cuardado. Hukuman kartu diberikan karena Cuardado melanggar Sergio Ramos. Sebuah kesalahan wasit yang fatal, menurut saya. Dari tayangan ulang terlihat Ramos terjatuh tanpa ada sentuhan berarti dari Cuardado. Oke ada sedikit dorongan, tapi apa musti terjatuh sedramatis itu? Apa mau dikata, drama Ramos berhasil, Juve bermain dengan 10 orang mulai menit ke-84.
Insiden antara Ramos dan Cuardado, umumnya sih terjadi di laga El Clasico, di Spanyol. Insiden berbau ‘kenakalan’ pemain matang. Salah satu strategi, guna mengurangi kekuatan lawan. Juve rupanya terpancing dengan strategi ini. Entah harus saya puji atau caci. Ibarat politik, cara ini adalah sebuah cara yang kotor. Sebuah ‘kejahatan’ yang ‘brilian’. Namun, di sisi lain kejahatan tetap adalah sebuah kejahatan. Demikianlah hidup, yang jahat kadang bukanlah yang dihukum. Terjadi pula di sepak bola. Kadang kita hanya bisa menghela nafas, dan menerima kenyataan ini.
Pengen nge-lempar mug kopi rasanya, tapi kok sayang. Habis mahal sih. Ya sudah lanjut nonton, sambil ngedumel...
Melawan klub superior macam Madrid, dengan hanya 10 pemain, bisa ditebak hasilnya. Gawang Juve harus bobol (lagi), untuk keempat kalinya. Pelakunya adalah Marco Asensio. Umpan tarik Marcelo pada menit ke-90, berhasil ia konversi menjadi gol. Sakit nggak sih? - sambil megangin jantung. Saya yang bukan fans aja sakit. Nah sakitnya lagi, Asensio ini belum lama ada di dalam lapangan. Dia baru masuk sekitar menit ke-86. Komplit deh.
Babak kedua ditutup dengan kemenangan Madrid, dengan skor 4-1. Sebuah kemenangan yang ada diluar espektasi saya. Andai saja Juve bisa bermain dengan sedikit lebih sabar, seperti ketika melawan Barcelona, mungkin hasilnya tidak akan semencolok itu. Tapi yah nasi sudah menjadi lontong. Di akhir sebuah kompetisi pasti akan ada yang menang, ada yang kalah. Musti diterima, apapun hasilnya.
Pemenang sudah ditetapkan. Madrid mengangkat ‘si kuping besar’ untuk ke-12 kalinya. Sebuah rekor baru tercipta. Rekor yang mungkin tidak akan bisa disamai oleh klub manapun di dunia. Paling tidak selama satu dekade ke depan. Salut.
Sekali lagi selamat untuk Madrid. Sampai bertemu MU di Piala Super Eropa, tanggal 9 Agustus 2017. Rencananya sih akan digelar di Philip Il Arena, Skopje, Makedonia. Pukul 01.45 WIB. Bakal seru nih kayaknya. Bakal ada yang ketemuan sama mantan soalnya. Cieee…

Denpasar, 4 Juni 2017
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar