Bahas event sudah, buku sudah, objek wisata sudah.
Sekarang saya akan ngajak anda membahas tentang film. Sebuah film yang tidak
sengaja saya tonton, di HBO Family. Sebuah film lama, keluaran tahun 2008. Dibintangi
oleh Ryan Renolds, sang Deadpool. Nah,
tahu sendiri dong film-film Ryan Renolds kayak apa. Pastinya jarang banget ada
yang serius. Termasuk film ini, yang bergendre drama komedi. Judulnya
‘Definitely, Maybe’. Pernah nonton filmnya? Pasti diantara anda ada yang sudah
menontonnya.
Film ini
dimulai dengan cara yang unik, menurut saya. Ada ilustrasi narator mirip
Deadpool. Diawali oleh Will Hayes, tokoh utama yang diperankan oleh Ryan
Renolds, menerima berkas perceraian dari sang istri. Akibatnya, mereka kini tinggal
terpisah. Dari hasil pernikahan mereka, lahir seorang gadis cantik, bernama
Maya. Setiap hari Selasa dan Jumat, adalah tugas Will untuk mengasuh Maya. Kebetulan
hari itu adalah hari Jumat. Pulang kerja, Will pun menjemput Maya dari sekolah.
Dan cerita pun dimulai...
Will
kaget. “Tidakkah kamu terlalu muda untuk itu?” Mengingat umur Maya baru 10
tahun.
Maya cuek saja atas pernyataan
ayahnya itu. “Jadi aku juga lahir karena penis ayah dimasukkan ke vagina ibu?
Kemudian sperma ayah membuahi sel telur ibu?”
Makin
kagetlah Will. Ya ampun, serius mereka mengajarkan hal-hal seperti ini pada
anak-anak di sekolah? Mereka masih sekolah dasar. Will membatin, mengumpat
tepatnya.
Maya tetap nyeroscos. “Ayah temanku bilang, kalau temanku itu lahir karena
‘kecelakaan’, tidak sengaja. Bagaimana bisa sih kok sebuah penis bisa nggak
sengaja masuk ke vagina? Aku nggak habis pikir loh Yah...”
Will
semakin bingung. Ini anak kok bisa sekritis ini sih? Perasaan aku nggak
gitu-gitu amat dulu. Apa nurun dari sifat ibunya ya? Sumpah, Abigail Breslin,
yang meranin Maya ini, ngegemesin banget kecilnya. Akting dia itu natural
banget untuk ukuran anak-anak. Polos, lugu, dan manis. Terutama matanya itu loh. Berbinar... Sekarang sih Abigail
ini sudah menjelma menjadi gadis remaja. Masih tetep cantik kok.
“Apa aku ini
juga lahir karena ‘kecelakaan’ Yah?” Kali ini Maya menatap Will dengan serius.
Sementara Will sendiri hanya bisa melongo. Bingung mencari jawaban yang pas. “Nggak,
nggak kamu lahir bukan ‘kecelakaan’, kamu lahir memang direncanakan dengan
matang.”
Ingin
Will menepok jidatnya sendiri. Jawaban macam apa itu. Sama sekali tidak
mendidik.
Untung
Maya segera mengganti pertanyaannya. “Bagaimana ibu dan ayah bisa ketemu?”
Will
menghela nafas panjang. Paling tidak pertanyaan Maya kali ini lebih mudah,
walau tetap sulit untuk menjawabnya. “Kalau itu sih ceritanya panjang sekali...”
Singkat
cerita, Will dan Maya tiba di rumah, namun Maya tidak kunjung berhenti
melontarkan pertanyaan demi pertanyaan. “Selain ibu, ada nggak sih wanita-wanita
lain di hidup ayah?”
“Ada dua
yang serius, sisanya tidak begitu serius.” Jawab Will diplomatis.
Sampai
menjelang tidur pun Maya tidak berhenti bertanya. Gigih banget ini anak ya...
Maya
berdehem. “Siapa aja sih cewek-cewek itu Yah? Ceritain dong...”
Awalnya
Will menolak untuk bercerita. Namun setelah didesak Maya, akhirnya Will
mengalah. Dia akan bercerita. Anggap saja cerita pengantar tidur, alias bed time story. Namun, dengan satu
syarat. Semua tokoh di cerita tersebut akan dia ganti nama-namanya. Maya
sendiri yang harus menebak, siapa diantara wanita-wanita itu adalah ibunya. Semacam
‘mistery love story’, kalau memakai
istilah Maya. Syarat itu disanggupi Maya dengan antusisas.
Dan will
pun mulai bercerita... Flash back
kehidupan cinta Will inilah yang kemudian menjadi inti cerita, dari film
Definitely, Maybe.
Saya
sampai senyum-senyum sendiri menonton film ini. Seandainya anak saya nanti
seanalisis dan sekritis Maya ini, bisa bahaya. Suatu hari anak saya bertanya,
“Yah, selain ibu, siapa aja sih cewek-cewek yang pernah ada di hidup Ayah?”
Betapa mengenaskannya kalau itu terjadi. Anak saya akan tahu, betapa ‘nggak
laku’-nya ayahnya dulu hahaha...
Oke skip, balik ke alur cerita.
Dalam kehidupan Will Hayes, diceritakan ada tiga wanita cantik yang pernah mengisi
hidupnya. Mereka adalah Emily Jones (Elizabeth Banks), Summer Hartley (Rachel
Weisz), dan April Hoffman (Isla Fisher). Sungguh bukan nama aktris sembarangan
di dunia perfilman kan?
Emily
Jones adalah pacar pertama Will, yang dia kenal sejak kuliah. Demi mengejar
karier di bidang politik, Will harus meninggalkan Emily ke New York. Mereka
harus rela menjalani hubungan jarak jauh, atau istilah kerennya LDR (long distance relationsh*t). Selama Will
merantau, Emily mengalami gejolak batin dalam dirinya. Antara harus setia, atau
memutuskan hubungannya bersama Will. Putus, nggak, putus, nggak, putus?
Summer
Hartley adalah sabahat lama Emily. Will dan Summer akhirnya bisa bertemu,
karena Emily menitipkan sebuah paket untuk diserahkan ke sahabatnya itu. Summer
sendiri adalah seorang penulis artikel di sebuah majalah. Dia juga dikisahkan
sedang menjalani affair dengan sang
dosen pembimbing thesis-nya. Lama-lama
eh Will dan Summer malah saling jatuh
cinta. Sebuah cinta yang menarik, tetapi agak rumit.
April
Hoffman adalah anak magang di kantor Will bekerja. Tugasnya mem-fotocopy
dokumen. Pertemuan April dan Will diawali dengan sebuah perdebatan. Berdebat
tentang calon Presiden, Bill Clinton, yang kampanyenya sedang digarap Will. April
sendiri tidak terlalu hobby dengan politik.
Bagi dia dunia politik itu kotor dan penuh tipu muslihat. Berbeda dengan Will,
yang memang sejak dulu bercita-cita menjadi seorang Presiden.
Ketiga
wanita ini datang dan pergi dari kehidupan Will. Cara penuturan alur ceritanya
pun menarik. Membuat kita sebagai penonton ikutan menebak-nebak. Siapa diantara
ketiga wanita ini yang akhirnya menjadi ibunya Maya. Istilah ‘mistery love story’, memang cocok
disematkan untuk film ini. Saya tidak akan memberitahu anda, siapakan ibunya
Maya sebenarnya. Anda harus menonton film ini sendiri, dan larut sendiri dalam kisah
cinta seorang Will Hayes. Bagus banget kok, sangat direkomendasikan, sebagai
sebuah hiburan.
Dari film
ini ada satu dialog yang menurut saya sangat keren. Dialog antara Will dan
April di sebuah cafe. Begini dialognya:
Will : “I want a real deal.”
April : “Forget about the real deal. You don’t find it, it finds you.”
Will : “What does that mean? I don’t know what that means.”
April : “It means that you get to a certain age and then you’re ready. You know,
you’re ready for kids or a commitment or, you know... You know what I mean? And
the person that you’re with then, they become the one.”
Will : “So you’re saying it’s not who, but it’s when.”
April : “Exactly.”
Dialog ini menurut saya dalem banget. Serius. Ngerti nggak sih maksud
dialognya? Kalau nggak ngerti ditonton sendiri deh filmnya. Saya males menterjemahkannya.
Pokoknya dialog tersebut dalem banget menurut saya. Perihal mencari siapa ‘the one’ di dalam hidup anda...
Ada satu lagi dialog yang berkesan menurut saya. Saat Will, Maya dan
sang istri ada di sebuah kebun binatang. Di depan kandang penguin, tepatnya. Begini
dialognya:
Maya : “I love penguins.”
Ibu : “Me, too.”
Will : “Me, three.”
Maya : “Did you know that penguins mate for life? Although, Mr. Monell told us
that sometimes the husband and wife penguins get separated, ‘cause of their
migraine patterns...”
Ibu : “Migratory...” (berbarengan dengan Will)
Maya : “Well, sometimes they’re apart for years, but the almost always find
each other. Do you know what the husband dan wife do after they find each other
all that time? Throw back their heads, flap their flippers, and sing as loud as
they can! Wak, wak, wak, wak...”
Sebuah dialog yang penuh nilai filosofis, untuk mereka yang sudah berpasangan.
Menggelitik, karena pesan ini disampaikan oleh anak berusia 10 tahun, yang
orang tuanya akan bercerai.
Pokoknya film ini bagus deh. Bikin anda senyum-senyum melihat tingkah
Maya. Lucu banget. Cerewet, tapi bikin gemes. Mau dong bikin anak kayak Maya
ini, caranya gimana ya? Hahaha...
Siapakah sebenarnya ibu dari Maya? Bagaimana kelanjutan kisah cinta
Will? Cari tahu sendiri dengan menonton filmnya. Kalau sudah menonton, mari
kita bahas film ini bersama-sama. Saya akan dengan senang hati melakukannya.
Jarang-jarang loh saya nonton
film drama kayak gini. Apalagi film-film bernuansa cinta-cintaan menye-menye, sok romantis. Nggak banget,
bikin muntah. Namun, film ‘Definitely, Maybe’ ini berbeda dari film drama
lainnya. Kisah cintanya pun sangat terasa realitanya. Alurnya sederhana, namun
kesannya mengena. Paling nggak, mengena di hati saya. Selamat menonton...
Denpasar,
29 Juni 2017
#NulisRandom2017 #NulisBuku
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar