Kamis, 29 Juni 2017

Definitely, Maybe: Ketika Anak Bertanya Tentang Cinta


Bahas event sudah, buku sudah, objek wisata sudah. Sekarang saya akan ngajak anda membahas tentang film. Sebuah film yang tidak sengaja saya tonton, di HBO Family. Sebuah film lama, keluaran tahun 2008. Dibintangi oleh Ryan Renolds, sang Deadpool. Nah, tahu sendiri dong film-film Ryan Renolds kayak apa. Pastinya jarang banget ada yang serius. Termasuk film ini, yang bergendre drama komedi. Judulnya ‘Definitely, Maybe’. Pernah nonton filmnya? Pasti diantara anda ada yang sudah menontonnya.
Film ini dimulai dengan cara yang unik, menurut saya. Ada ilustrasi narator mirip Deadpool. Diawali oleh Will Hayes, tokoh utama yang diperankan oleh Ryan Renolds, menerima berkas perceraian dari sang istri. Akibatnya, mereka kini tinggal terpisah. Dari hasil pernikahan mereka, lahir seorang gadis cantik, bernama Maya. Setiap hari Selasa dan Jumat, adalah tugas Will untuk mengasuh Maya. Kebetulan hari itu adalah hari Jumat. Pulang kerja, Will pun menjemput Maya dari sekolah. Dan cerita pun dimulai...
“Hari ini aku dapat pendidikan seks di sekolah Yah,” celetuk Maya.
Will kaget. “Tidakkah kamu terlalu muda untuk itu?” Mengingat umur Maya baru 10 tahun.
Maya cuek saja atas pernyataan ayahnya itu. “Jadi aku juga lahir karena penis ayah dimasukkan ke vagina ibu? Kemudian sperma ayah membuahi sel telur ibu?”
Makin kagetlah Will. Ya ampun, serius mereka mengajarkan hal-hal seperti ini pada anak-anak di sekolah? Mereka masih sekolah dasar. Will membatin, mengumpat tepatnya.
Maya tetap nyeroscos. “Ayah temanku bilang, kalau temanku itu lahir karena ‘kecelakaan’, tidak sengaja. Bagaimana bisa sih kok sebuah penis bisa nggak sengaja masuk ke vagina? Aku nggak habis pikir loh Yah...”
Will semakin bingung. Ini anak kok bisa sekritis ini sih? Perasaan aku nggak gitu-gitu amat dulu. Apa nurun dari sifat ibunya ya? Sumpah, Abigail Breslin, yang meranin Maya ini, ngegemesin banget kecilnya. Akting dia itu natural banget untuk ukuran anak-anak. Polos, lugu, dan manis. Terutama matanya itu loh. Berbinar... Sekarang sih Abigail ini sudah menjelma menjadi gadis remaja. Masih tetep cantik kok.
“Apa aku ini juga lahir karena ‘kecelakaan’ Yah?” Kali ini Maya menatap Will dengan serius. Sementara Will sendiri hanya bisa melongo. Bingung mencari jawaban yang pas. “Nggak, nggak kamu lahir bukan ‘kecelakaan’, kamu lahir memang direncanakan dengan matang.”
Ingin Will menepok jidatnya sendiri. Jawaban macam apa itu. Sama sekali tidak mendidik.
Untung Maya segera mengganti pertanyaannya. “Bagaimana ibu dan ayah bisa ketemu?”
Will menghela nafas panjang. Paling tidak pertanyaan Maya kali ini lebih mudah, walau tetap sulit untuk menjawabnya. “Kalau itu sih ceritanya panjang sekali...”
Singkat cerita, Will dan Maya tiba di rumah, namun Maya tidak kunjung berhenti melontarkan pertanyaan demi pertanyaan. “Selain ibu, ada nggak sih wanita-wanita lain di hidup ayah?”
“Ada dua yang serius, sisanya tidak begitu serius.” Jawab Will diplomatis.
Sampai menjelang tidur pun Maya tidak berhenti bertanya. Gigih banget ini anak ya...
Maya berdehem. “Siapa aja sih cewek-cewek itu Yah? Ceritain dong...”
Awalnya Will menolak untuk bercerita. Namun setelah didesak Maya, akhirnya Will mengalah. Dia akan bercerita. Anggap saja cerita pengantar tidur, alias bed time story. Namun, dengan satu syarat. Semua tokoh di cerita tersebut akan dia ganti nama-namanya. Maya sendiri yang harus menebak, siapa diantara wanita-wanita itu adalah ibunya. Semacam ‘mistery love story’, kalau memakai istilah Maya. Syarat itu disanggupi Maya dengan antusisas.
Dan will pun mulai bercerita... Flash back kehidupan cinta Will inilah yang kemudian menjadi inti cerita, dari film Definitely, Maybe.
Saya sampai senyum-senyum sendiri menonton film ini. Seandainya anak saya nanti seanalisis dan sekritis Maya ini, bisa bahaya. Suatu hari anak saya bertanya, “Yah, selain ibu, siapa aja sih cewek-cewek yang pernah ada di hidup Ayah?” Betapa mengenaskannya kalau itu terjadi. Anak saya akan tahu, betapa ‘nggak laku’-nya ayahnya dulu hahaha...
Oke skip, balik ke alur cerita. Dalam kehidupan Will Hayes, diceritakan ada tiga wanita cantik yang pernah mengisi hidupnya. Mereka adalah Emily Jones (Elizabeth Banks), Summer Hartley (Rachel Weisz), dan April Hoffman (Isla Fisher). Sungguh bukan nama aktris sembarangan di dunia perfilman kan?
Emily Jones adalah pacar pertama Will, yang dia kenal sejak kuliah. Demi mengejar karier di bidang politik, Will harus meninggalkan Emily ke New York. Mereka harus rela menjalani hubungan jarak jauh, atau istilah kerennya LDR (long distance relationsh*t). Selama Will merantau, Emily mengalami gejolak batin dalam dirinya. Antara harus setia, atau memutuskan hubungannya bersama Will. Putus, nggak, putus, nggak, putus?
Summer Hartley adalah sabahat lama Emily. Will dan Summer akhirnya bisa bertemu, karena Emily menitipkan sebuah paket untuk diserahkan ke sahabatnya itu. Summer sendiri adalah seorang penulis artikel di sebuah majalah. Dia juga dikisahkan sedang menjalani affair dengan sang dosen pembimbing thesis-nya. Lama-lama eh Will dan Summer malah saling jatuh cinta. Sebuah cinta yang menarik, tetapi agak rumit.
April Hoffman adalah anak magang di kantor Will bekerja. Tugasnya mem-fotocopy dokumen. Pertemuan April dan Will diawali dengan sebuah perdebatan. Berdebat tentang calon Presiden, Bill Clinton, yang kampanyenya sedang digarap Will. April sendiri tidak terlalu hobby dengan politik. Bagi dia dunia politik itu kotor dan penuh tipu muslihat. Berbeda dengan Will, yang memang sejak dulu bercita-cita menjadi seorang Presiden.
Ketiga wanita ini datang dan pergi dari kehidupan Will. Cara penuturan alur ceritanya pun menarik. Membuat kita sebagai penonton ikutan menebak-nebak. Siapa diantara ketiga wanita ini yang akhirnya menjadi ibunya Maya. Istilah ‘mistery love story’, memang cocok disematkan untuk film ini. Saya tidak akan memberitahu anda, siapakan ibunya Maya sebenarnya. Anda harus menonton film ini sendiri, dan larut sendiri dalam kisah cinta seorang Will Hayes. Bagus banget kok, sangat direkomendasikan, sebagai sebuah hiburan.
Dari film ini ada satu dialog yang menurut saya sangat keren. Dialog antara Will dan April di sebuah cafe. Begini dialognya:
Will     : “I want a real deal.”
April    : “Forget about the real deal. You don’t find it, it finds you.”
Will     : “What does that mean? I don’t know what that means.”
April    : “It means that you get to a certain age and then you’re ready. You know, you’re ready for kids or a commitment or, you know... You know what I mean? And the person that you’re with then, they become the one.”
Will     : “So you’re saying it’s not who, but it’s when.”
April    : “Exactly.
Dialog ini menurut saya dalem banget. Serius. Ngerti nggak sih maksud dialognya? Kalau nggak ngerti ditonton sendiri deh filmnya. Saya males menterjemahkannya. Pokoknya dialog tersebut dalem banget menurut saya. Perihal mencari siapa ‘the one’ di dalam hidup anda...
Ada satu lagi dialog yang berkesan menurut saya. Saat Will, Maya dan sang istri ada di sebuah kebun binatang. Di depan kandang penguin, tepatnya. Begini dialognya:
Maya   : “I love penguins.”
Ibu       : “Me, too.”
Will     : “Me, three.”
Maya   : “Did you know that penguins mate for life? Although, Mr. Monell told us that sometimes the husband and wife penguins get separated, ‘cause of their migraine patterns...”
Ibu       : “Migratory...” (berbarengan dengan Will)
Maya   : “Well, sometimes they’re apart for years, but the almost always find each other. Do you know what the husband dan wife do after they find each other all that time? Throw back their heads, flap their flippers, and sing as loud as they can! Wak, wak, wak, wak...”
Sebuah dialog yang penuh nilai filosofis, untuk mereka yang sudah berpasangan. Menggelitik, karena pesan ini disampaikan oleh anak berusia 10 tahun, yang orang tuanya akan bercerai.
Pokoknya film ini bagus deh. Bikin anda senyum-senyum melihat tingkah Maya. Lucu banget. Cerewet, tapi bikin gemes. Mau dong bikin anak kayak Maya ini, caranya gimana ya? Hahaha...
Siapakah sebenarnya ibu dari Maya? Bagaimana kelanjutan kisah cinta Will? Cari tahu sendiri dengan menonton filmnya. Kalau sudah menonton, mari kita bahas film ini bersama-sama. Saya akan dengan senang hati melakukannya.
Jarang-jarang loh saya nonton film drama kayak gini. Apalagi film-film bernuansa cinta-cintaan menye-menye, sok romantis. Nggak banget, bikin muntah. Namun, film ‘Definitely, Maybe’ ini berbeda dari film drama lainnya. Kisah cintanya pun sangat terasa realitanya. Alurnya sederhana, namun kesannya mengena. Paling nggak, mengena di hati saya. Selamat menonton...

Denpasar, 29 Juni 2017

#NulisRandom2017 #NulisBuku
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar