Minggu, 25 Juni 2017

39 Tahun PKB: Makin Tua, Makin (Tidak) Istimewa


Pesta Kesenian Bali (PKB) kini sudah berumur 39 tahun. Sebuah usia yang cukup stabil, untuk sebuah ajang tahunan. Ajang kesenian terbesar di Bali ini, selalu rutin diadakan setiap bulan Juni dan Juli. Sudah menjadi hukum alam, kalau sesuatu yang rutin lama-lama bikin jenuh. Hal ini sepertinya dialami pula oleh PKB. Menurut pendapat saya pribadi sih. Kalau disuruh menulis tentang PKB saya suka bingung. Ini apalagi yang musti ditulis? Apalagi yang unik buat di kulik?
Tahun ini PKB ke-39 mengangkat tema Ulun Danu: Melestarikan Air Sumber Kehidupan. Saya suka banget nih temanya. Soalnya saya suka main air, suka basah-basahan. Wajar saya antusias menunggu ajang PKB tahun ini. Sayangnya, hampir dua minggu pelaksanaan PKB, tidak ada nuansa air yang tersaji. Mungkin ada beberapa pementasan yang mengangkat tentang air, namun itu tidak terlalu signifikan. Keluar dari tema? Silakan anda menilainya sendiri.
Kembali ke soal kejenuhan. Ajang PKB ini ibarat orang pacaran selama 10 tahunan. Sudah tahu luar dalem, sampai ke dalem-dalemnya. Sudah tahu bapak-ibu dia, paman-bibi dia, nenek-kakek dia, sampai ke tetangga-tetangga dia. Mau menikah, tapi kok belum siap. Mau terus pacaran, tapi kok bosen. Mau putus, tapi kok masih sayang. Kebayang kan rasanya?
Mari kita analogikan ke ajang PKB. Kita sudah ‘pacaran’ dengan PKB selama 39 tahun. Sudah kenal sama Art Centre luar dalem, sampai ke dalem-dalemnya. Sudah tahu panggung dia, ruang pameran dia, tempat parkir dia, sampai ke toilet-toilet dia. Mau dipindahin ke Daerah lain, tapi kok belum siap. Mau terus diadain di Art Centre, tapi kok bosen. Mau tidak diselenggarain lagi, tapi kok masih sayang. Ya begitulah rasa yang timbul terhadap ajang PKB ini.
Menurut saya pribadi sih, ini kalau boleh ngasih saran yah. Ajang PKB ini butuh sentuhan jiwa muda. Butuh kreatifitas dan ide-ide segar. Coba misalnya, pada satu kesempatan sebagai pilot project, penyelanggaraan ajang PKB dilelang. Pihak di luar Pemerintahan diberikan kesempatan untuk mengajukan proposal, tentang konsep PKB baru yang mereka miliki. Nantinya pemenang akan menjadi event organizer, yang bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan. Lelang dilakukan secara terbuka untuk umum. Dijamin ide dan konsep baru akan bermunculan. Yah, namanya juga ide kan? Boleh diterima, boleh dibuang di tempat sampah.
Ada lagi nih ide iseng, agar ajang PKB lebih menarik. Yaitu membuat ajang-ajang kecil yang terkoneksi dengan ajang besar PKB. Ajang PKB tetap terpusat di Art Centre, dengan ajang-ajang kecil ini diadakan di luar Art Centre sebagai pendukung. Konsepnya tetap seni budaya Bali, dan masuk ke dalam jadwal ajang PKB. Misalnya: belajar menari Bali, sekali seminggu, diadakan di Kampus ISI Denpasar. Belajar megeguritan, seminggu sekali, diadakan di Museum Bali. Belajar melukis, seminggu sekali, diadakan di Bajra Sandhi Renon. Dan kegiatan-kegiatan berbau seni lainnya. Semuanya tetap diselenggarakan gratis. Lumayan kan buat menumbuhkan ketertarikan generasi muda pada seni budaya Bali. Tidak hanya anak muda Bali, mungkin warga ekspatriat juga akan tertarik. Mumpung mereka libur kan? Sekali lagi, ini cuma sekedar ide iseng.
Menurut saya sih, kunci mengembalikan lagi pamor PKB adalah: kreatifitas, ide-ide segar dan partisipasi masyarakat. Selain peningkatan kesejahteraan pekerja seni, pastinya. Karena pekerja seni adalah kunci sebenarnya dari keberlangsungan seni budaya Bali.
Saran saya sih, tetaplah datang berkunjung ke PKB. Bagaimana pun ajang PKB adalah milik kita bersama. Nikmatilah segala kelebihan dan kekurangannya. Kalau bukan kita yang mencintainya, lalu siapa lagi?
Kok tulisannya sedikit? Yah seperti saya bilang tadi diawal. Disuruh nulis tentang PKB itu bikin bingung. Ada saran saya musti nulis apa lagi tentang PKB ini? Saya terbuka kok menerima saran dan pendapat. Menerima kritik dan kripik pedas juga, asal nggak pedas-pedas amat. Takut sakit perut hehehe...


NB. Pernah sebelumnya 2016 saya menulis keluh kesan tentang PKB, silahkan baca disini.

Denpasar, 25 Juni 2017

#NulisRandom2017 #NulisBuku
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar