Bulan Juni
ini bioskop Indonesia sedang dibanjiri film-film berkualitas. Paling tidak itu menurut
pendapat saya. Salah satunya adalah film Wonder Woman. Sebuah film yang sudah
saya tunggu sejak lama. Kenapa? Karena ada sosok Gal Gadot disana. Satu dari
sekian wanita yang mampu membuat saya terpesona. Harus saya akui itu. Wanita
kuat tapi tidak kehilangan sisi feminimnya, selalu membuat saya kagum. Jadi
kalau pemeran utamanya bukan Gal Gadot saya tidak akan nonton gitu? Mungkin
saja sih.
Kita tahulah
kalau film super hero dunia saat ini terbagi
menjadi dua kubu. Kubu Marvel dan kubu Warner Bros (DC). Keduanya bergiliran
mengeluarkan jagoan mereka ke layar lebar. Jujur selama ini saya lebih suka super hero keluaran Marvel. Baik itu dari
alur cerita maupun kualitas gambar. Bagi saya film-film DC selama ini terlalu
terkesan ‘suram’. Alur ceritanya pun mengalir terlalu serius, tanpa ada selipan
unsur jenaka. Entah apa yang menyebabkan seperti itu. Kurang piknik mungkin?
Hanya satu
film DC yang masuk ke daftar favorit saya. Film itu adalah trilogi Batman (Batman
Begins, The Dark Knight dan The Dark Knight Rises), yang disutradai oleh Christoper
Nolan. Menurut saya film ini sangat fenomenal. Tidak pernah saya bosan menontonnya,
berulang-ulang.
Ditengah rasa
pesimistis saya pada film DC, tiba-tiba dari antah berantah muncullah sosok Gal
Gadot. Dia pertama kali muncul di film Batman
v Superman: Dawn of Justice. Sebuah film yang saya nilai sangat aneh. Anda
mau mengadu manusia dengan alien? Berfantasi sih boleh-boleh saja, tapi ya
tolong yang masuk akal sedikit dong. Lihat sendirikan hasilnya? Batman
sampai-sampai harus pakai kostum besi nggak
jelas. Kasihan si Batman jadi kelihatan seperti kelelawar gigantisme. Adanya Gal Gadot jelas menyelamatkan film ini. Paling
tidak ada sosok indah yang bisa dilihat, ditengah kesuraman yang ada.
Selesai menonton, saya sampai googling sosok cantik satu ini. Beneran,
sumpah. Iyah sebegitu penasarannya
saya. Dari hasil browsing saya temukan
beberapa fakta tentang Gal Gadot.
Pertama, saya
jadi tahu kalau Gal Gadot itu cewek Taurus. Halah, apaan coba? Hahaha.
Kedua,
film Dawn of Justice bukan film
pertama dia. Gal Gadot juga pernah main di Fast
Five dan Fast & Furious 6.
Kaget dong. Saya sampai menonton ulang kedua film itu, dan beneran dia ada disana. Maaf loh ya Mba Gal, saya rada telat
nyadarnya. Maklum cowok nggak peka.
Ketiga, lahir
di Israel, Gal Gadot pernah mewakili Israel di ajang Miss Universe. Wow banget
kan? Brain, beauty, and behavior
Wonder Woman kita ini sudah terbukti, sudah teruji. Semakin wow saat tahu kalau dia juga pernah ditempa
di kamp militer, dua tahun lamanya. Nggak
heran itu badan kok bisa lentur gitu.
Keempat,
Gal Gador rupanya seorang mama muda beranak dua. Dan sampai sini saya langsung
berhenti browsing. Mendadak patah
hati.
Oke, cukup sekian
bicarain istri orangnya, kita balik ke review
film Wonder Woman. Hahaha.
Sebagai
sebuah film perdana, bisa ditebak dong bagaimana jalan ceritanya? Yoi, kita diajak ber-flash back. Dimulai dari kehidupan masa
kecil Diana, sang Wonder Woman. Masa kecil Diana dihabiskan di Themyscira, sebuah pulau dimana kerajaan
Amazon berada. Ibunda Diana sendiri adalah ratu dari kerajaan Amazon. Diana
muda dilatih dan dibesarkan oleh para wanita Amazon. Hal ini membuat Diana
tumbuh menjadi wanita yang cantik nan tangguh. Selain itu, Diana muda juga
tumbuh ditengah mitos peperangan para Dewa Yunani, Zeus dan Ares. Saking
percayanya Diana akan mitos ini, sampai-sampai dia yakin betul kalau dirinya
dilahirkan untuk membunuh Ares. Dengan terbunuhnya Ares, maka perang di muka
bumi akan bisa dihentikan. Yaelah, kok
lugu amat sih ini anak, pikir saya
waktu itu. Namun ternyata, mitos inilah yang nantinya menjadi bagian paling
inti dari film Wonder Woman.
Bagaimana
Patty Jenkins, sang sutradara, menggambarkan keindahan Themyscira sangatlah luar biasa. Begitu terang dan penuh warna. Film
DC yang satu ini, ibarat keluar dari pakem
film DC yang selama ini ada. Belum lagi, gambaran adegan proses latihan dan
pertempuran para wanita Amazon. Ditambah adegan slow motion-nya. Lima jempol untuk kualitas gambarnya. Ternyata
yang diperlukan film-film DC adalah sentuhan seorang wanita.
Ketenangan
Themyscira terusik, saat sebuah
pesawat jatuh di dekat pantai. Diana terjun ke laut untuk menyelamatkan sang
pilot. Suasana jadi makin ricuh, ketika ada sejumlah tentara datang mengejar
sang pilot. Pertempuran tidak bisa dihindari. Bukan wanita Amazon namanya kalau
akhirnya tidak bisa keluar sebagai pemenang. Menjadi satu-satu lelaki yang
tersisa, sang pilot harus menerima nasib diinstrogasi seisi pulau. Terungkaplah
identitas sang pilot. Dia bernama Steve Trevor (Chris Pine), seorang mata-mata
Amerika-Inggris. Dia mengaku, saat pesawatnya terjatuh dia sedang berlari dari
kejaran tentara Jerman. Dia dikejar karena mencuri sebuah buku berisi rahasia senjata
musuh. Steve lanjut menjelaskan kalau diluar sana sedang terjadi perang.
Mendengar
penjelasan Steve, Diana langsung tergugah. Sang putri percaya kalau perang ini
pasti disebabkan oleh ulah Ares, sang Dewa Perang. Kalau Ares bisa dibunuh maka
perang akan usai. Anda harus melihat ekspresi wajah Steve mendengar kata-kata
Diana itu. Kaget-kaget bercampur heran gitu deh. Dalam hati si Steve mungkin mikir,
“Ini cewek cantik-cantik kok rada kelainan mental ya?” Bikin ngakak, sumpah.
Disinilah
berbedanya film Wonder Woman, dengan film DC lainnya. Kepolosan Diana membuat
film ini sukses menyisipkan humor-humor menarik. Diana memang akhirnya pergi
dari pulau bersama Steve, menuju Inggris. Harus saya akui Steve sangat sabar
menghadapi Diana, seorang wanita lugu tapi keras kepala. Entah berapa kali
Steve bilang, “Tunggu disini, jangan kemana-mana.” Dan bisa ditebak dong apa
yang terjadi? Iya, Diana mana mau peduli. Cewek cantik mah bebas! Hahaha. Pokoknya interaksi Diana di
tengah kota benar-benar mengundang tawa. Silakan anda tonton sendiri. Saya
nilai akting Gal Gadot disini layak dapat jempol.
Namanya
film super hero, kalau nggak ada penjahatnya nggak seru dong. Penjahat di film ini
adalah seorang Jenderal Jerman, bernama Ludendorff. Sang Jenderal tidak
sendirian, dia dibantu sang asisten yang bernama Doctor Poison. Seorang wanita
yang terobsesi terhadap gas beracun. Gaya-gaya Nazi Jerman di film ini,
mengingkatkan pada film Captain America-nya Marvel. Saya jadi curiga kalau Diana
Prince dan Steve Rogers seumuran. Sama-sama tua tapi ‘awet muda’.
Singkat
cerita, bersama beberapa teman, Steve mengantar Diana ke medan perang. Teman-teman
yang diajak unik-unik loh. Ada penembak jitu tapi tidak bisa nembak, ada aktor
yang kepepet jadi tentara. Tingkah mereka juga cukup mengundang tawa. Nah, keseruan pun dimulai di medan peperangan
ini. Disinilah kekuatan Wonder Woman benar-benar dieksploitasi total oleh sang
sutradara. Bisa dilihat juga bagaimana luwesnya tubuh Gal Gadot bergerak. Harus
saya acungkan jempol. Walau film ini tokoh utamanya wanita, namun para lelaki
diberi porsi yang seimbang. Mereka juga terlibat secara nyata dalam peperangan.
Lagi-lagi patut diberi acungan jempol.
Pokoknya
film Wonder Woman ini layak ditonton. Datang bersama anak-anak anda? Sepertinya
tidak apa-apa. Sama sekali tidak ada adegan dewasa di film ini, kecuali satu
kali ciuman. Kalau anda menonton bareng pacar, saya sarankan anteng saja di kursi anda. Jangan
komentar macem-macem deh. Apalagi sampai keceplosan bilang Gal Gadot cantik,
seksi, dan lain-lain. Nggak mau dong
perang di layar jadi pindah ke kursi anda?
Secara
keseluruhan film ini saya beri nilai 8 dari 10. Untuk Gal Gadot-nya? 9,5 dari
10. Sekedar kagum doang boleh dong? Biar kata dia istri orang. Hahaha.
Selamat
menonton, dengan siapapun nanti anda akan menontonnya.
NB. Saat anda nonton nanti coba dihitung deh, berapa kali kata ‘Wonder
Woman’ disebut dalam film ini, baik lisan maupun tulisan. Dan saat Jenderal Ludendorff
tewas, jangan beranjak dulu dari kursi anda. Film ini masih belum selesai...
jauh dari selesai...
Denpasar, 7 Juni 2017
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar