Mumpung
kita lagi ada di bulan (yang katanya) penuh cinta, saya akan menulis tentang
cinta. Tentang pendamping hidup (jodoh) sih tepatnya. Sebuah tulisan singkat. Ide tulisan ini muncul
dari hasil menonton tiga buah film, yaitu A Beautiful Mind, A Beautiful Life
dan The Theory of Everything. Ketiga film ini menampilkan tiga orang sosok
wanita yang luar biasa. Wanita luar biasa yang mendampingi si tokoh utama pria,
dengan segala kekurangannya.
Film A
Beautiful Mind dibintangi oleh Russell Crowe dan Jennifer Connelly. Mengisahkan
tentang seorang matematikawan John Nash, peraih nobel dalam bidang ilmu ekonomi
pada tahun 1994. Dia adalah seorang matematikawan jenius tetapi tak simpatik
dan agak apatis. Dimulai ketika dia bersekolah di Princeton dengan mendapat
beasiswa Carniege. John Nash merupakan mahasiswa yang unik, tidak menyukai
perkuliahan dan suka membolos. Menurutnya berkuliah hanya membuang waktu, mengekang
kreativitas seseorang, dan membuat otak menjadi tumpul. Nash lebih suka berada
di luar kelas demi mendapatkan ide orisinil untuk gelar doktornya. Di lain sisi
Nash mengidap penyakit gangguan jiwa skizofrenia,
yaitu suatu gangguan jiwa yang penderitanya tidak bisa membedakan antara
halusinasi dan kenyataan. Penyakit ini terus saja membayangi kehidupan Nash, sampai
dia bertemu dengan Alicia Larde, mahasiswinya, dan kemudian menikah. Bukannya
sembuh, penyakit Nash ini justru semakin memburuk. Disinilah peran Alicia Larde,
sebagai pendamping hidup Nash diuji. Benar-benar diuji.
Film A
Beautiful Life adalah sebuah film Mandarin, yang dibintangi oleh Shu Qi dan Liu
Ye. Disutradarai oleh Andrew Lau, film berkisah seputar tokoh Fang Zhendong, seorang
polisi yang bertemu dengan seorang agent real estate yang cantik bernama Li
Peiru. Pasca pertemuan ini keduanya menjadi akrab dan saling jatuh cinta. Kisah
cinta mereka diliputi banyak masalah. Dari Li yang kehilangan pekerjaannya,
sampai Fang yang dipecat dari kepolisian. Namun, semua masalah tersebut tidak
menghalangi mereka untuk menikah. Setelah menikah masalah hidup justru semakin
menjadi-jadi mendera mereka. Tuhan seakan-akan tidak henti-hentinya menguji
mereka. Ditambah lagi Fang yang dikisahkan menderita penyakit cerebrovascular dementia. Penyakit ini
membuat Fang menjadi seorang yang pelupa, atau lebih tepatnya mengalami short time memory lost. Semuanya seakan menjadi buruk, dan terus memburuk. Disinilah
peran Li Peiru, sebagai pendamping hidup Fang diuji. Benar-benar diuji.
Sedangkan
film The Theory of Everything dibintangi oleh Eddie Redmayne dan Felicity
Jones. Film ini adalah sebuah film drama biografi Inggris yang disutradarai
oleh James Marsh, dan diadaptasi oleh Anthony McCarten dari memoir Travelling
to Infinity: My Life with Stephen karya Jane Wilde Hawking. mengisahkan tentang
hubungannya dengan mantan suaminya, fisikawan teoretikal Stephen Hawking.
Tentang Stephen yang didiagnosisnya penyakit neuron motornya, dan kesuksesannya
dalam bidang fisika. Kisah film ini dimulai dari perkenalan Jane dan Stephen
semasa muda, dimana saat itu sang suami masih sehat secara fisik. Perlahan
pasca pernikahan mereka, kondisi fisik Stephen terus menurun sampai akhirnya
berujung di kursi roda. Namun, hal ini tidak menyurutkan niat dirinya untuk
terus berkarya di bidang ilmu fisika. Disinilah peran Jane Wilde, sebagai
pendamping hidup Stephen diuji. Benar-benar diuji.
Seperti
telah saya tuliskan diawal, ketiga film ini mengisahkan tentang tiga wanita,
pendamping hidup yang luar biasa. Silakan lebih lengkapnya anda tonton sendiri
filmnya, anda tidak akan kecewa. Ditengah segala persoalan hidup yang datang
mendera, silih berganti, ketiga wanita ini tetap setia mendampingi sang suami
melawan semua masalah hidup. Hebatnya lagi dua dari film ini, yaitu A Beautiful
Mind dan The Theory of Everything merupakan kisah nyata (biografi). Artinya wanita-wanita
yang dikisahkan ini benar-benar ada dan nyata, bukan hanya fantasi semata. Oke,
mungkin tokoh Jane Wilde akhirnya berpisah dari suaminya, namun itu tidak
menyurutkan kisah cinta mereka sampai akhir hayat Stephen menjelang. Kisah
ketiga wanita ini membuat saya bertanya-tanya, apakah selain mereka masih ada
tokoh wanita hebat lain di luar sana? Apakah pendamping hidup saya, kalau
saatnya tiba, akan seperti mereka?
Kita
lahir ke dunia sendiri dan mati pun akan sendirian. Suka tidak suka, mau tidak
mau, anda pasti mengakui kebenaran dari konsep ini. Itulah proses lahir dan
mati. Namun, hidup ini tidak hanya soal lahir dan mati. Diantara tahapan lahir
dan mati adalah hidup yang sesungguhnya. Setiap manusia memiliki durasi hidup
mereka masing-masing. Ada yang singkat, ada pula yang panjang. Setiap manusia
juga memiliki beban hidup mereka masing-masing. Memiliki masalah mereka
masing-masing. Kemudian diluar konsep tadi ada konsep lain, dimana kita lahir
tidaklah sepenuhnya sendirian. Menurut ‘mitos’ sih katanya (iya katanya nih), setiap
manusia itu lahir berpasang-pasangan. Tuhan telah memberi kita pasangan yang
akan menemani kita sepanjang hidup kita. Belahan jiwa kita, jodoh kita. Saya sendiri
sih belum percaya. Paling tidak, mungkin sampai saya menemukan ‘belahan jiwa’
saya sendiri. Kalau boleh berharap (iya kalau boleh sih), saya ingin sekali
memiliki pasangan hidup seperti ketiga tokoh wanita dalam film tersebut diatas.
Tokoh wanita yang luar biasa. Tokoh wanita yang mampu tegar, bersama saya menghadapi
kisah hidup saya yang pasti tidaklah mudah.
Yah,
namanya berharap boleh saja kan? Saya belum sih bisa menuliskan pasangan hidup seperti
apa yang nantinya akan saya dapatkan. Sampai nanti saya bertemu dengan dirinya,
saya tutup sementara tulisan ini. Untuk nantinya saya lanjutkan di lain
kesempatan. Wish me luck for my future
wife, in the future. To be continued, and Happy Valentine Day...
.
Tanjung Bungkak, 14 Februari
2017
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar