Rabu, 21 Maret 2018

Kisah Cinta Bisma Dan Amba


Hari ini, saya duduk di ruang tunggu RSUP Sanglah Denpasar. Di Instalasi Bedah Sentral (IBS), tepatnya. Kesana saya mengantar ibu yang menjalani operasi ringan. Seperti biasanya, tidak ada istilah sebentar mengantre di Sanglah. Pasti lama, kalau tidak boleh disebut seharian. Sambil menunggu, di televisi ditayangkan channel MNCTV. Dimulai dari Ipin Upin, Shaun the Sheep, dan berakhir dengan Mahabharata. Tayangan terakhir inilah yang menarik perhatian saya.
Siapa sih yang tidak suka cerita Mahabharata? Berapa kali pun ditayang ulang, serial ini pasti tetap saja menarik. Baik dari segi alurnya, ataupun artis-artis pemerannya. Hari itu kebetulan seri yang ditayangkan adalah kisah cinta Pangeran Bisma dan Putri Amba. Mengikuti alurnya, baru saya sadar kalau kisah cinta dua insan ini sangatlah menarik. Istilah cinta dan benci itu beda tipis, sangat diartikan secara harfiah oleh keduanya.
Tayangan hari itu diawali oleh Bisma yang datang ke kerajaan Kasi. Tujuannya adalah untuk mempertanyakan sayembara yang diadakan di sana. Sudah tradisi putri kerajaan Kasi dinikahkan dengan pangeran keturunan Kuru. Lah, ini sang raja kok malah bikin sayembara untuk ketiga putrinya. Mereka adalah Amba, Ambika, dan Ambalika. Marah dong Bisma mendengarnya.
“Aku akan membawa semua putrimu ke Hastinapura!” Begitu Bisma bersabda. “Barang siapa yang tidak setuju silakan maju untuk melawanku!”
Satu persatu peserta sayembara maju melawan Bisma. Ada cewek-cewek cantik, mana rela sih diserahkan begitu saja. Singkat cerita, tidak ada satu pun ksatria yang berhasil mengalahkan Bisma. Jagoan sih! Termasuk Raja Salwa, yang ceritanya lagi ‘backsreet’ sama Putri Amba.
Sadar dengan kekuatan Bisma, raja kerajaan Kasi akhirnya menyerah. Begitu pun dengan Raja Salwa, yang harus merelakan gebetan-nya dibawa pergi. Ketiga putri cantik itu pun dibawa Bisma pulang. Ketiga-tiganya loh, gileee bener…
Sampai di Hastinapura, Bisma mempersiapkan pernikahan ketiga putri tersebut dengan Pangeran Wicitrawirya, sang adik tiri. Enak bener nih Wicitrawirya, nggak perlu capek, eh dapet cewek-cewek cantik. Kenapa nikah model gini nggak ada di jaman sekarang sih? Kalau ada mungkin saya nggak akan jomblo selama ini. Curcol mode on.
“Maaf Yang Mulia, tetapi hati hamba sudah menjadi milik Raja Salwa.” Akhirnya Putri Amba mengaku kepada Wicitrawirya.
Duh, sang pangeran pun merasa iba. Dia merasa tidak enak telah merebut pacar orang. Lagian tidak ada Amba, kan masih ada dua adiknya. Masih nggak rugi-rugi amat, pikirnya. Dipersilakan kemudian Amba pulang menemui Raja Salwa.
Sial punya sial, ternyata Putri Amba ditolak oleh Raja Salwa. Dulu sih sikap ksatria masih dijaga dengan teguh. Sekali kalah, ya kalah aja. Nggak seperti jaman sekarang. Pacar orang, malah istri orang juga disikat kalau ada kesempatan. Cantik gini kok dikasih orang, begitu pikiran cowok-cowok jaman sekarang. Paling nggak dicobain dululah, sebelum dikembaliin. Ya, sudah sebegitu rusaknya jaman (yang katanya) milenia ini.
Merasa patah hati, Putri Amba kembali ke Hastinapura. Bukannya menuntut untuk dinikahi oleh Pangeran Wicitrawirya, Amba malah minta Bisma menikahinya. Kata Amba gini, “Anda yang memenangi saya, maka anda yang harus menikahi saya.” Nah loh, kaget dong Bisma. Dia sendiri kan sudah terikat sumpah untuk single seumur hidup. Sumpah yang musti terucap, akibat sang ayah tidak kuat menahan birahinya, untuk beristri dua.
Sudah dijelasin baik-baik, Amba tetap tidak bergeming. “POKOKNYA NIKAHIN GUE !!!”
Cewek sudah bilang seperti itu, cinta mana lagi yang mau kau dustai, wahai Bisma. Hari demi hari berlalu, Putri Amba tetap keras kepala. Sudah diminta untuk mencari cowok lain, tapi Amba tidak mau. Amba tetep keukeh. Di sisi lain, Bisma pun tetap keukeh dengan sumpahnya.
Sampai disini, bisa ditarik sebuah pelajaran: JODOH KADANG BERTEMU TETAPI TIDAK BISA BERSATU.
Terus ditolak oleh Bisma, cinta Amba berubah jadi benci. Tidak benci-benci banget sih. Soalnya Amba minta bantuan ke Resi Hotrawahana, sang kakek, untuk jadi comblang. Sang kakek minta bantuan ke Parasurama, guru Bisma, untuk membujuk sang murid. Bisma tetap tidak bergeming. Kalau jaman sekarang pasti Bisma ini sudah disangka homo. Biasalah komentar-komentar mulut yang kurang kerjaan. Yang merasa hidupnya sempurna, sehingga berhak mengurusi hidup orang lain. Bisa dijamin Bisma ini cowok normal, hanya begitu setia dengan sumpahnya. Seandainya saja sumpah itu tidak terucap, saya yakin Bisma akan menikahi Amba. Setelah melihat sebegitu gigihnya perjuangan Amba. Wong saya saja terharu dengan keteguhan hati Putri Amba.
Andai saya bertemu sama cewek cantik seteguh Putri Amba, di jaman ini, mungkin saya sudah tidak jomblo lagi. Curcol mode on, again...
Hari berganti, kebencian hati Amba kian memuncak. Pelajaran berikutnya dari cerita ini adalah: DON’T HURT WOMAN HEART. BECAUSE SHE CAN DO ANYTHING, AND IT MEANS ANYTHING!
Cinta kandas, Amba jadi beringas. Putri Amba pun ingin melihat Bisma mati. Iya, MATI.
Bertapa kemudian Amba untuk memohon bantuan Dewa. Ini maksudnya bukan Dewa saya ya, tapi Dewa beneran yang ada di khayangan. Turunlah kemudian Dewa Sangkala (bukan Dewa Darmayana - red), memberi sebuah kalung bunga. Kata Beliau, siapapun yang memakainya akan jadi pembunuh Bisma. Lagi, lagi, lagi dilanda kesialan. Capek berkeliling tidak ada seorang pun mau memakai kalung bunga itu.
Kembali Putri Amba bertapa, dan Dewa Sangkala muncul lagi. Kali ini Beliau bersabda, “Wahai Putri, engkau akan bereinkarnasi dan menjadi pembunuh Bisma.”
Terjun kemudian Amba ke bara api, dan meninggal. Tragedi, tragedi banget.
Di versi Jawa diceritakan kalau Bisma-lah yang membunuh Amba. Dengan panah yang tidak sengaja terlepas. Entah mana yang benar. Nanti kalau saya kebetulan bertemu Pangeran Bisma, atau Putri Amba, akan saya tanyakan deh.
Singkat cerita, waktu terus berlalu, diceritakan Putri Amba lahir kembali. Lahir sebagai Srikandi, putri Raja Drupada dari kerajaan Panchala. Iya semula Srikandi terlahir sebagai wanita, namun dengan bantuan seorang Yaksa, dia berganti kelamin menjadi laki-laki. Di jaman Mahabharata sudah ada transgender? Entahlah, silakan dinilai sendiri. Hal ini terlalu sensitif buat dibicarakan di Indonesia.
Tibalah kemudian Bharatayudha. Perang saudara keturunan Bharata. Ketika berhadap-hadapan dengan Srikandi, Bisma sadar kalau dihadapan dia adalah reinkarnasi dari Putri Amba. Bisma pun meletakkan busur, dan membiarkan Srikandi menghujaninya dengan panah. Tragedi lagi.
Kisah cinta Pangeran Bisma dan Putri Amba (a.k.a Srikandi), memang berujung tragedi. Namun dari ‘rumor’ yang beredar, Amba membunuh Bisma, justru untuk membebaskan sang pujaan hati. Kalau Bisma tidak terlepas dari tubuh kasarnya, maka selama itu pula cinta mereka tak akan pernah bersatu. Bisma akan tetap terikat dengan sumpahnya. Dari sudut pandang ini, tragedi bisa berubah menjadi romantisme. Selama ini yang kita ketahui, mereka berdua memang tidak bisa bersatu di jaman Mahabharata, tetapi bagaimana dengan di kehidupan lainnya? Bisa saja kisah cinta anda adalah reinkarnasi dari Bisma dan Amba.
Pertanyaan itu, hanya sang waktu yang bisa menjawabnya...
.
Sanglah, 19 Maret 2018
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar