Hari ini,
saya duduk di ruang tunggu RSUP Sanglah Denpasar. Di Instalasi Bedah Sentral
(IBS), tepatnya. Kesana saya mengantar ibu yang menjalani operasi ringan. Seperti
biasanya, tidak ada istilah sebentar mengantre di Sanglah. Pasti lama, kalau
tidak boleh disebut seharian. Sambil menunggu, di televisi ditayangkan channel
MNCTV. Dimulai dari Ipin Upin, Shaun the
Sheep, dan berakhir dengan Mahabharata. Tayangan terakhir inilah yang
menarik perhatian saya.
Siapa sih
yang tidak suka cerita Mahabharata? Berapa kali pun ditayang ulang, serial ini pasti
tetap saja menarik. Baik dari segi alurnya, ataupun artis-artis pemerannya. Hari
itu kebetulan seri yang ditayangkan adalah kisah cinta Pangeran Bisma dan Putri
Amba. Mengikuti alurnya, baru saya sadar kalau kisah cinta dua insan ini
sangatlah menarik. Istilah cinta dan benci itu beda tipis, sangat diartikan
secara harfiah oleh keduanya.
Tayangan
hari itu diawali oleh Bisma yang datang ke kerajaan Kasi. Tujuannya adalah
untuk mempertanyakan sayembara yang diadakan di sana. Sudah tradisi putri
kerajaan Kasi dinikahkan dengan pangeran keturunan Kuru. Lah, ini sang raja kok malah bikin sayembara untuk ketiga putrinya.
Mereka adalah Amba, Ambika, dan Ambalika. Marah dong Bisma mendengarnya.
“Aku akan
membawa semua putrimu ke Hastinapura!” Begitu Bisma bersabda. “Barang siapa
yang tidak setuju silakan maju untuk melawanku!”
Satu
persatu peserta sayembara maju melawan Bisma. Ada cewek-cewek cantik, mana rela
sih diserahkan begitu saja. Singkat cerita, tidak ada satu pun ksatria yang
berhasil mengalahkan Bisma. Jagoan sih! Termasuk Raja Salwa, yang ceritanya
lagi ‘backsreet’ sama Putri Amba.
Sadar
dengan kekuatan Bisma, raja kerajaan Kasi akhirnya menyerah. Begitu pun dengan
Raja Salwa, yang harus merelakan gebetan-nya
dibawa pergi. Ketiga putri cantik itu pun dibawa Bisma pulang. Ketiga-tiganya
loh, gileee bener…
Sampai di Hastinapura, Bisma mempersiapkan
pernikahan ketiga putri tersebut dengan Pangeran Wicitrawirya, sang adik tiri. Enak
bener nih Wicitrawirya, nggak perlu capek, eh dapet cewek-cewek cantik. Kenapa nikah
model gini nggak ada di jaman sekarang sih? Kalau ada mungkin saya nggak akan
jomblo selama ini. Curcol mode on.
“Maaf
Yang Mulia, tetapi hati hamba sudah menjadi milik Raja Salwa.” Akhirnya Putri
Amba mengaku kepada Wicitrawirya.
Duh, sang
pangeran pun merasa iba. Dia merasa tidak enak telah merebut pacar orang. Lagian
tidak ada Amba, kan masih ada dua adiknya. Masih nggak rugi-rugi amat,
pikirnya. Dipersilakan kemudian Amba pulang menemui Raja Salwa.
Sial
punya sial, ternyata Putri Amba ditolak oleh Raja Salwa. Dulu sih sikap ksatria
masih dijaga dengan teguh. Sekali kalah, ya kalah aja. Nggak seperti jaman
sekarang. Pacar orang, malah istri orang juga disikat kalau ada kesempatan. Cantik
gini kok dikasih orang, begitu pikiran cowok-cowok jaman sekarang. Paling nggak
dicobain dululah, sebelum dikembaliin. Ya, sudah sebegitu rusaknya jaman (yang
katanya) milenia ini.
Merasa
patah hati, Putri Amba kembali ke Hastinapura. Bukannya menuntut untuk dinikahi
oleh Pangeran Wicitrawirya, Amba malah minta Bisma menikahinya. Kata Amba gini,
“Anda yang memenangi saya, maka anda yang harus menikahi saya.” Nah loh, kaget dong Bisma. Dia sendiri
kan sudah terikat sumpah untuk single
seumur hidup. Sumpah yang musti terucap, akibat sang ayah tidak kuat menahan
birahinya, untuk beristri dua.
Sudah
dijelasin baik-baik, Amba tetap tidak bergeming. “POKOKNYA NIKAHIN GUE !!!”
Cewek
sudah bilang seperti itu, cinta mana lagi yang mau kau dustai, wahai Bisma. Hari
demi hari berlalu, Putri Amba tetap keras kepala. Sudah diminta untuk mencari
cowok lain, tapi Amba tidak mau. Amba tetep keukeh.
Di sisi lain, Bisma pun tetap keukeh
dengan sumpahnya.
Sampai
disini, bisa ditarik sebuah pelajaran: JODOH KADANG BERTEMU TETAPI TIDAK BISA BERSATU.
Terus
ditolak oleh Bisma, cinta Amba berubah jadi benci. Tidak benci-benci banget
sih. Soalnya Amba minta bantuan ke Resi Hotrawahana, sang kakek, untuk jadi
comblang. Sang kakek minta bantuan ke Parasurama, guru Bisma, untuk membujuk
sang murid. Bisma tetap tidak bergeming. Kalau jaman sekarang pasti Bisma ini
sudah disangka homo. Biasalah komentar-komentar mulut yang kurang kerjaan. Yang
merasa hidupnya sempurna, sehingga berhak mengurusi hidup orang lain. Bisa
dijamin Bisma ini cowok normal, hanya begitu setia dengan sumpahnya. Seandainya
saja sumpah itu tidak terucap, saya yakin Bisma akan menikahi Amba. Setelah
melihat sebegitu gigihnya perjuangan Amba. Wong
saya saja terharu dengan keteguhan hati Putri Amba.
Andai saya
bertemu sama cewek cantik seteguh Putri Amba, di jaman ini, mungkin saya sudah tidak
jomblo lagi. Curcol mode on, again...
Hari
berganti, kebencian hati Amba kian memuncak. Pelajaran berikutnya dari cerita
ini adalah: DON’T HURT WOMAN HEART. BECAUSE SHE CAN DO ANYTHING, AND IT MEANS
ANYTHING!
Cinta kandas,
Amba jadi beringas. Putri Amba pun ingin melihat Bisma mati. Iya, MATI.
Bertapa
kemudian Amba untuk memohon bantuan Dewa. Ini maksudnya bukan Dewa saya ya, tapi
Dewa beneran yang ada di khayangan. Turunlah kemudian Dewa Sangkala (bukan Dewa
Darmayana - red), memberi sebuah kalung bunga. Kata Beliau, siapapun yang
memakainya akan jadi pembunuh Bisma. Lagi, lagi, lagi dilanda kesialan. Capek
berkeliling tidak ada seorang pun mau memakai kalung bunga itu.
Kembali
Putri Amba bertapa, dan Dewa Sangkala muncul lagi. Kali ini Beliau bersabda,
“Wahai Putri, engkau akan bereinkarnasi dan menjadi pembunuh Bisma.”
Terjun
kemudian Amba ke bara api, dan meninggal. Tragedi, tragedi banget.
Di versi
Jawa diceritakan kalau Bisma-lah yang membunuh Amba. Dengan panah yang tidak
sengaja terlepas. Entah mana yang benar. Nanti kalau saya kebetulan bertemu
Pangeran Bisma, atau Putri Amba, akan saya tanyakan deh.
Singkat
cerita, waktu terus berlalu, diceritakan Putri Amba lahir kembali. Lahir
sebagai Srikandi, putri Raja Drupada dari kerajaan Panchala. Iya semula
Srikandi terlahir sebagai wanita, namun dengan bantuan seorang Yaksa, dia
berganti kelamin menjadi laki-laki. Di jaman Mahabharata sudah ada transgender? Entahlah, silakan dinilai
sendiri. Hal ini terlalu sensitif buat dibicarakan di Indonesia.
Tibalah
kemudian Bharatayudha. Perang saudara keturunan Bharata. Ketika berhadap-hadapan
dengan Srikandi, Bisma sadar kalau dihadapan dia adalah reinkarnasi dari Putri
Amba. Bisma pun meletakkan busur, dan membiarkan Srikandi menghujaninya dengan
panah. Tragedi lagi.
Kisah
cinta Pangeran Bisma dan Putri Amba (a.k.a Srikandi), memang berujung tragedi. Namun
dari ‘rumor’ yang beredar, Amba membunuh Bisma, justru untuk membebaskan sang
pujaan hati. Kalau Bisma tidak terlepas dari tubuh kasarnya, maka selama itu
pula cinta mereka tak akan pernah bersatu. Bisma akan tetap terikat dengan sumpahnya.
Dari sudut pandang ini, tragedi bisa berubah menjadi romantisme. Selama ini yang
kita ketahui, mereka berdua memang tidak bisa bersatu di jaman Mahabharata,
tetapi bagaimana dengan di kehidupan lainnya? Bisa saja kisah cinta anda adalah
reinkarnasi dari Bisma dan Amba.
Pertanyaan
itu, hanya sang waktu yang bisa menjawabnya...
.
Sanglah, 19 Maret 2018
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar