Deadpool 2 |
Sesuai
judul yang saya pilih, itulah rasa yang muncul usai nonton Deadpool 2. Biasa
saja, tidak ada yang spesial (telornya dua). Mungkin karena harga telor lagi mahal?
Atau mungkin karena film pertama Deadpool ninggalin
kesan terlalu dalam. Padahal saya sudah bela-belain melanggar aturan, yang dibikin
sendiri. Satu bulan cuma boleh nonton satu film di bioskop. Sebelumnya kan
sudah nonton Infinity War tuh. Iya,
sebegitu penasarannya saya pada sekuel film ini. Kalau anda punya pendapat yang
beda? Silakan saja, kan kita hidup di negara demokrasi.
Mari kita
mulai bedah film ini. Pertama, dari ‘joke-joke’
film perdananya yang bikin saya ngakak parah. Deadpool 2 terkesan hanya ‘mengulang’
‘joke-joke’ tersebut, dengan minor perubahan. Misalnya saja: joke pindah dari jok belakang taxi ke
depan, superhero landing, tangan ‘mini’ yang kini pindah ke kaki, dan
beberapa lainnya. Kalau anda menonton film pertama, akan sangat bisa menebak
adegan-adegan ini. Istilah standup comedy,
“You can’t ‘kill’ audience with same bullet,
twice.” Tawa butuh dipancing dengan joke
yang segar. Kreatifitas yang baru dan orisinil.
Memang
ada sih beberapa ‘joke-joke’ baru di
film ini. Cuma ya gitu, ‘joke-joke’ baru
ini kurang begitu mengena. Malah terkesan dipaksakan, kalau tidak boleh
dibilang garing. Sedikit sekali yang
bisa memancing tawa. Sedikit sekali. Mungkin karena ‘joke-joke’ itu terlalu segmented?
Kedua, tidak ada ikatan yang
terjalin antar tokoh. Di film pertama, sangat jelas tergambar ikatan antar
tokoh. Ikatan antara si Wade Wilson dengan Weasel, Althea, Vanessa, Negasonic
Teenage Warhead, bahkan sang penjahat Ajax sekalipun, semuanya tergambar dengan
rapi. Di sekuelnya, tokoh-tokoh ini seakan hanya jadi tempelan semata. Mungkin
karena dianggap penonton sudah tahu dari film pertama. Oke, anggap saja seperti
itu. Tetapi, dengan tokoh-tokoh baru pun ikatan ini terkesan hanya tempelan. Muncul,
lewat, muncul, lewat, muncul, lewat.
Misalnya
saja: anggota X-Force (kecuali Domino) yang gabung, terus mati dalam hitungan
detik. Belum lagi tokoh Vanessa yang muncul, lalu mati, kemudian muncul lagi
dalam bentuk arwah (scene ini sumpah,
nggak banget). Tokoh Cable yang awalnya
jahat, di tengah film mendadak jadi baik (pengennya mungkin sebagai twist, tapi nggak begitu kena). Tokoh Russel Collins yang mendadak muncul, eh tahunya jadi kunci cerita (kok bisa?).
Dan yang bikin dahi mengernyit, si Negasonic diceritakan menjalin asmara LGBT
dengan mutant cewek, Yukio (what the f*ck is this?). Terlalu banyak ‘keanehan’
dalam alur sekuel Deadpool ini. Terlalu banyak.
Kedua hal
itulah yang paling terasa di film ini. Mungkin karena penulisan skenario yang
kurang fokus. Saya kemudian teringat kembali isu-isu miring terkait film ini.
Bagaimana sang sutradara film pertama, Tim Miller, mundur karena bertikai
dengan Ryan Reynolds. Dengar-dengar sih, konflik ini terkait konsep skenario. Akhirnya
studio berpihak pada Ryan, semata karena dia sang tokoh utama. Kalau saya jadi
sutradara, diberikan konsep seperti film yang sedang tayang saat ini, pasti bakal
mundur juga. Sebuah skenario yang tidak ‘move
on’ dari film pertama. Andai adegan-adegan ‘lucu’ yang tidak perlu
dipotong, dan fokus ke koneksi alur cerita, mungkin film ini bisa lebih baik.
Sebegitu ‘parahkah’
film ini? Tidak, masih ada unsur-unsur yang menarik. Adegan action di film Deadpool 2 patut diacungi
jempol. Tokoh Cable yang diperankan
oleh Josh Brolin, sangat keren. Kalau anda sudah nonton Infinity War, anda
pasti tahu siapa Josh Brolin. Dia adalah Thanos di film tersebut. Memang maruk nih orang, bagi-bagi job ke orang lain napaa, hehehe... Tapi, kalau dibanding dengan aktingnya sebagai
Cable, Thanos mah nggak ada
apa-apanya. Ternyata tanpa infinity
stones, Josh Brolin tetaplah dasyat hehehe...
Belum
lagi aksi-aksi CGI yang mantap abis di
film ini. Adegan pertarungan antara Colossus dan Junggernaut, musti dikasih
empat jempol. Adegan Domino yang mengacak-acak penjahat, musti diacungi lima
jempol. Colossus pasti anda sudah kenal, itu loh si manusia baja. Sedangkan
untuk Junggernaut dan Domino, mungkin anda perlu menonton dulu film Deadpool 2,
agar bisa kenal dengan mereka. Kata orang, nggak kenal kan nggak kayang, eh sayang.
Pertanyaan
terakhir dari sebuah review film, “apakah
film ini layak ditonton?” Film Deadpool 2 lumayanlah sebagai hiburan. Kalau
anda punya duit lebih, bolehlah nonton film ini. Tapi kalau lagi cekak, ya bisalah di-skip, nabung dulu buat nonton film lain bertajuk
‘coming soon’. Silakan dicek dompet
masing-masing.
NB. Kalau
anda menonton, pastikan nonton sampai habis. Film Deadpool kan berafiliasi
dengan Marvel, jadi pasti ada post-credit
scene. Meski bukan tentang bocoran film ketiganya.
M.H. Thamrin, 18 Mei 2018
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar