Sabtu, 19 Mei 2018

Deadpool 2 – Sekuel Yang Biasa Saja


Deadpool 2
Sesuai judul yang saya pilih, itulah rasa yang muncul usai nonton Deadpool 2. Biasa saja, tidak ada yang spesial (telornya dua). Mungkin karena harga telor lagi mahal? Atau mungkin karena film pertama Deadpool ninggalin kesan terlalu dalam. Padahal saya sudah bela-belain melanggar aturan, yang dibikin sendiri. Satu bulan cuma boleh nonton satu film di bioskop. Sebelumnya kan sudah nonton Infinity War tuh. Iya, sebegitu penasarannya saya pada sekuel film ini. Kalau anda punya pendapat yang beda? Silakan saja, kan kita hidup di negara demokrasi.
Mari kita mulai bedah film ini. Pertama, dari ‘joke-joke’ film perdananya yang bikin saya ngakak parah. Deadpool 2 terkesan hanya ‘mengulang’ ‘joke-joke’ tersebut, dengan minor perubahan. Misalnya saja: joke pindah dari jok belakang taxi ke depan, superhero landing, tangan ‘mini’ yang kini pindah ke kaki, dan beberapa lainnya. Kalau anda menonton film pertama, akan sangat bisa menebak adegan-adegan ini. Istilah standup comedy, “You can’t ‘kill’ audience with same bullet, twice.” Tawa butuh dipancing dengan joke yang segar. Kreatifitas yang baru dan orisinil.
Memang ada sih beberapa ‘joke-joke’ baru di film ini. Cuma ya gitu, ‘joke-joke’ baru ini kurang begitu mengena. Malah terkesan dipaksakan, kalau tidak boleh dibilang garing. Sedikit sekali yang bisa memancing tawa. Sedikit sekali. Mungkin karena ‘joke-joke’ itu terlalu segmented?
Kedua, tidak ada ikatan yang terjalin antar tokoh. Di film pertama, sangat jelas tergambar ikatan antar tokoh. Ikatan antara si Wade Wilson dengan Weasel, Althea, Vanessa, Negasonic Teenage Warhead, bahkan sang penjahat Ajax sekalipun, semuanya tergambar dengan rapi. Di sekuelnya, tokoh-tokoh ini seakan hanya jadi tempelan semata. Mungkin karena dianggap penonton sudah tahu dari film pertama. Oke, anggap saja seperti itu. Tetapi, dengan tokoh-tokoh baru pun ikatan ini terkesan hanya tempelan. Muncul, lewat, muncul, lewat, muncul, lewat.
Misalnya saja: anggota X-Force (kecuali Domino) yang gabung, terus mati dalam hitungan detik. Belum lagi tokoh Vanessa yang muncul, lalu mati, kemudian muncul lagi dalam bentuk arwah (scene ini sumpah, nggak banget). Tokoh Cable yang awalnya jahat, di tengah film mendadak jadi baik (pengennya mungkin sebagai twist, tapi nggak begitu kena). Tokoh Russel Collins yang mendadak muncul, eh tahunya jadi kunci cerita (kok bisa?). Dan yang bikin dahi mengernyit, si Negasonic diceritakan menjalin asmara LGBT dengan mutant cewek, Yukio (what the f*ck is this?). Terlalu banyak ‘keanehan’ dalam alur sekuel Deadpool ini. Terlalu banyak.
Kedua hal itulah yang paling terasa di film ini. Mungkin karena penulisan skenario yang kurang fokus. Saya kemudian teringat kembali isu-isu miring terkait film ini. Bagaimana sang sutradara film pertama, Tim Miller, mundur karena bertikai dengan Ryan Reynolds. Dengar-dengar sih, konflik ini terkait konsep skenario. Akhirnya studio berpihak pada Ryan, semata karena dia sang tokoh utama. Kalau saya jadi sutradara, diberikan konsep seperti film yang sedang tayang saat ini, pasti bakal mundur juga. Sebuah skenario yang tidak ‘move on’ dari film pertama. Andai adegan-adegan ‘lucu’ yang tidak perlu dipotong, dan fokus ke koneksi alur cerita, mungkin film ini bisa lebih baik.
Sebegitu ‘parahkah’ film ini? Tidak, masih ada unsur-unsur yang menarik. Adegan action di film Deadpool 2 patut diacungi jempol. Tokoh Cable yang diperankan oleh Josh Brolin, sangat keren. Kalau anda sudah nonton Infinity War, anda pasti tahu siapa Josh Brolin. Dia adalah Thanos di film tersebut. Memang maruk nih orang, bagi-bagi job ke orang lain napaa, hehehe... Tapi, kalau dibanding dengan aktingnya sebagai Cable, Thanos mah nggak ada apa-apanya. Ternyata tanpa infinity stones, Josh Brolin tetaplah dasyat hehehe...
Belum lagi aksi-aksi CGI yang mantap abis di film ini. Adegan pertarungan antara Colossus dan Junggernaut, musti dikasih empat jempol. Adegan Domino yang mengacak-acak penjahat, musti diacungi lima jempol. Colossus pasti anda sudah kenal, itu loh si manusia baja. Sedangkan untuk Junggernaut dan Domino, mungkin anda perlu menonton dulu film Deadpool 2, agar bisa kenal dengan mereka. Kata orang, nggak kenal kan nggak kayang, eh sayang.
Pertanyaan terakhir dari sebuah review film, “apakah film ini layak ditonton?” Film Deadpool 2 lumayanlah sebagai hiburan. Kalau anda punya duit lebih, bolehlah nonton film ini. Tapi kalau lagi cekak, ya bisalah di-skip, nabung dulu buat nonton film lain bertajuk ‘coming soon’. Silakan dicek dompet masing-masing.
NB. Kalau anda menonton, pastikan nonton sampai habis. Film Deadpool kan berafiliasi dengan Marvel, jadi pasti ada post-credit scene. Meski bukan tentang bocoran film ketiganya.

M.H. Thamrin, 18 Mei 2018
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar