Satu lagi
novel baru karya Dee Lestari di rilis. Kali ini berjudul ‘Aroma Karsa’. Sebelum
bentuk fisiknya dijual secara konvesional, novel ini sempat dirilis secara digital.
Dari dulu sebenarnya saya ini membeli novel ini, cuma selalu tertunda. Ah nanti saja, ah nanti saja. Begitu seterusnya, sampai akhirnya ‘Aroma Karsa’ ada
di tangan saya dengan sendirinya. Hadir dalam bentuk kado hadiah ulang tahun. Mungkin
ini yang dimaksud dengan ‘kalau sudah jodoh, tidak akan lari kemana’. Terima
kasih kepada adik saya, Ramayoga, sehingga novel ini bisa saya miliki.
Aroma Karsa |
Novel
‘Aroma Karsa’ memiliki 696 halaman. Iya, novel ini tebal sekali. 696 halaman
itu sendiri, di luar halaman daftar isi, dari penulis, tentang penulis, dan
halaman tambahan lainnya. Novel versinya cetak diterbitkan oleh PT. Bentang
Pustaka. Sedangkan versi digitalnya dirilis melalui Bookslife. Novel yang ada
di tangan saya adalah terbitan pertama, Maret 2018.
Seperti
biasa, sebelum plastik novel dibuka, tentu sampul yang menjadi perhatian kita. Sampul
dari novel ini bisa dibilang sederhana, bisa juga tidak. Dari beberapa review, saya tahu kalau ‘Aroma Karsa’
adalah novel tentang tanaman. Sebuah bunga langka, tepatnya. Tema ini jelas
tergambar sekali dari sampulnya. Diluar hal tersebut, ada satu hal yang menarik
ketika melihat sampul novel ini. Beberapa workshop
atau pelatihan menulis yang saya ikuti, menyusun sampul kerap mendapat
sorotan khusus. Sampul haruslah dibuat menarik dan judulnya wajib mudah terbaca.
Unsur ‘mudah terbaca’ ini sepertinya tidak berlalu bagi novel ‘Aroma Karsa’. Pemilihan
font-nya agak (sedikit) ‘rumit’. Andai
anda belum pernah mendengar judul novel ini sebelumnya, pasti cukup bingung
membaca judulnya. Apalagi ‘Aroma Karsa’ bukanlah sesuatu yang familier dalam obrolan sehari-hari.
Oke, waktunya
membedah isi novel ‘Aroma Karsa’. Seperti bisa, saya selalu suka dengan gaya
menulis dari Mbak Dee. Ciri khas penulisan tersebut juga tergambar di novel
ini. Pada setiap bab selalu saja berisi ‘tanda tanya’, yang membuat kita
penasaran untuk membaca bab berikutnya. Selain itu, ‘teka-teki’ dari jalan ceritanya
disusun secara sistematis. Petunjuk-petunjuk disebar secara tepat, sehingga kita
dibuat terbuai mengikuti kisah ‘Aroma Karsa’. Satu lembar lagi, satu lembar
lagi, eh tahu-tahu sudah jam tiga
pagi...
Menurut
saya, ada empat tokoh utama dalam novel ‘Aroma Karsa’. Raras Prayagung, Jati
Wesi, Tanaya Suma, dan Puspa Karsa. Pusara cerita berpusat kepada keempat tokoh
ini. Keempatnya punya kisah hidup masing-masing. Punya masa lalu masing-masing.
Dimana pada satu titik kisah mereka bertemu. Di sebuah tempat yang bernama
Dwarapala. Sebuah tempat yang tak kasat mata, utamanya mata manusia biasa. Pertemuan
kisah ini kemudian menciptakan petualangan yang seru. Maka saya pun
menggolongkan novel ini sebagai novel bertema petualangan, yang berbalut
misteri. Sebuah tema favorit saya, mengingat saya kurang suka dengan novel
cinta-cintaan. Artinya di novel ini nggak
ada cinta-cintaannya? Ada juga sih, tapi bukan tipikal cinta sok-sok romantis.
Siapakah Raras
Prayagung? Siapakah Jati Wesi? Siapakah Tanaya Suma? Siapakah Puspa Karsa? Kenapa
mereka bisa terikat dalam satu ikatan yang sama? Pertanyaan itulah yang mampu
‘menjebak’ saya dalam pusaran dimensi ‘Aroma Karsa’.
Ketika
membaca “Aroma Karsa’, entah kenapa saya seperti mengalami dejavu novel lain karya Mbak Dee. Saya seperti ada dalam peleburan ‘Partikel’
dan ‘Inteligensi Embun Pagi’. Kebetulan novel ‘Partikel’ juga berkisah tentang tanaman,
yaitu Jamur. Sedangkan untuk petualangannya, membawa memori saya kembali ke
novel ‘Inteligensi Embun Pagi’.
Dari tadi
kok ngawur-ngidul mulu sih. Terus
sinopsis ceritanya mana nih?
Mau tahu
alur ceritanya kayak apa? Ya novelnya dibaca sendiri dong. Saya takut ‘dikutuk’
sama Ibu Suri Dee, kalau tulisan ini sampai jadi spoiler hehehehe...
Pokoknya
tidak akan menyesal membaca novel ‘Aroma Karsa’. Alurnya disusun dengan sangat
apik dan tidak terduga. Diselingi sentilan-sentilan kocak dari tokoh-tokoh
‘pelengkap’. Sebuah kolaborasi antara dunia yang kita tinggali, dengan dunia
imajinasi yang tercipta lewat imajinasi. Karya terbaru dari Mbak Dee ini sangat
layak dinikmati. Kalau bisa dibaca yang yang versi original yah. Saya menikmatinya, semoga begitu
pula nantinya dengan anda. Selamat membaca.
.
My Room, 10 Mei 2018
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar