Kamis, 10 Mei 2018

Aroma Karsa - Kolaborasi Duniawi dan Imajinasi


Satu lagi novel baru karya Dee Lestari di rilis. Kali ini berjudul ‘Aroma Karsa’. Sebelum bentuk fisiknya dijual secara konvesional, novel ini sempat dirilis secara digital. Dari dulu sebenarnya saya ini membeli novel ini, cuma selalu tertunda. Ah nanti saja, ah nanti saja. Begitu seterusnya, sampai akhirnya ‘Aroma Karsa’ ada di tangan saya dengan sendirinya. Hadir dalam bentuk kado hadiah ulang tahun. Mungkin ini yang dimaksud dengan ‘kalau sudah jodoh, tidak akan lari kemana’. Terima kasih kepada adik saya, Ramayoga, sehingga novel ini bisa saya miliki.
Aroma Karsa
Novel ‘Aroma Karsa’ memiliki 696 halaman. Iya, novel ini tebal sekali. 696 halaman itu sendiri, di luar halaman daftar isi, dari penulis, tentang penulis, dan halaman tambahan lainnya. Novel versinya cetak diterbitkan oleh PT. Bentang Pustaka. Sedangkan versi digitalnya dirilis melalui Bookslife. Novel yang ada di tangan saya adalah terbitan pertama, Maret 2018.
Seperti biasa, sebelum plastik novel dibuka, tentu sampul yang menjadi perhatian kita. Sampul dari novel ini bisa dibilang sederhana, bisa juga tidak. Dari beberapa review, saya tahu kalau ‘Aroma Karsa’ adalah novel tentang tanaman. Sebuah bunga langka, tepatnya. Tema ini jelas tergambar sekali dari sampulnya. Diluar hal tersebut, ada satu hal yang menarik ketika melihat sampul novel ini. Beberapa workshop atau pelatihan menulis yang saya ikuti, menyusun sampul kerap mendapat sorotan khusus. Sampul haruslah dibuat menarik dan judulnya wajib mudah terbaca. Unsur ‘mudah terbaca’ ini sepertinya tidak berlalu bagi novel ‘Aroma Karsa’. Pemilihan font-nya agak (sedikit) ‘rumit’. Andai anda belum pernah mendengar judul novel ini sebelumnya, pasti cukup bingung membaca judulnya. Apalagi ‘Aroma Karsa’ bukanlah sesuatu yang familier dalam obrolan sehari-hari.
Oke, waktunya membedah isi novel ‘Aroma Karsa’. Seperti bisa, saya selalu suka dengan gaya menulis dari Mbak Dee. Ciri khas penulisan tersebut juga tergambar di novel ini. Pada setiap bab selalu saja berisi ‘tanda tanya’, yang membuat kita penasaran untuk membaca bab berikutnya. Selain itu, ‘teka-teki’ dari jalan ceritanya disusun secara sistematis. Petunjuk-petunjuk disebar secara tepat, sehingga kita dibuat terbuai mengikuti kisah ‘Aroma Karsa’. Satu lembar lagi, satu lembar lagi, eh tahu-tahu sudah jam tiga pagi...
Menurut saya, ada empat tokoh utama dalam novel ‘Aroma Karsa’. Raras Prayagung, Jati Wesi, Tanaya Suma, dan Puspa Karsa. Pusara cerita berpusat kepada keempat tokoh ini. Keempatnya punya kisah hidup masing-masing. Punya masa lalu masing-masing. Dimana pada satu titik kisah mereka bertemu. Di sebuah tempat yang bernama Dwarapala. Sebuah tempat yang tak kasat mata, utamanya mata manusia biasa. Pertemuan kisah ini kemudian menciptakan petualangan yang seru. Maka saya pun menggolongkan novel ini sebagai novel bertema petualangan, yang berbalut misteri. Sebuah tema favorit saya, mengingat saya kurang suka dengan novel cinta-cintaan. Artinya di novel ini nggak ada cinta-cintaannya? Ada juga sih, tapi bukan tipikal cinta sok-sok romantis.
Siapakah Raras Prayagung? Siapakah Jati Wesi? Siapakah Tanaya Suma? Siapakah Puspa Karsa? Kenapa mereka bisa terikat dalam satu ikatan yang sama? Pertanyaan itulah yang mampu ‘menjebak’ saya dalam pusaran dimensi ‘Aroma Karsa’.
Ketika membaca “Aroma Karsa’, entah kenapa saya seperti mengalami dejavu novel lain karya Mbak Dee. Saya seperti ada dalam peleburan ‘Partikel’ dan ‘Inteligensi Embun Pagi’. Kebetulan novel ‘Partikel’ juga berkisah tentang tanaman, yaitu Jamur. Sedangkan untuk petualangannya, membawa memori saya kembali ke novel ‘Inteligensi Embun Pagi’.
Dari tadi kok ngawur-ngidul mulu sih. Terus sinopsis ceritanya mana nih?
Mau tahu alur ceritanya kayak apa? Ya novelnya dibaca sendiri dong. Saya takut ‘dikutuk’ sama Ibu Suri Dee, kalau tulisan ini sampai jadi spoiler hehehehe...
Pokoknya tidak akan menyesal membaca novel ‘Aroma Karsa’. Alurnya disusun dengan sangat apik dan tidak terduga. Diselingi sentilan-sentilan kocak dari tokoh-tokoh ‘pelengkap’. Sebuah kolaborasi antara dunia yang kita tinggali, dengan dunia imajinasi yang tercipta lewat imajinasi. Karya terbaru dari Mbak Dee ini sangat layak dinikmati. Kalau bisa dibaca yang yang versi original yah. Saya menikmatinya, semoga begitu pula nantinya dengan anda. Selamat membaca.
.
My Room, 10 Mei 2018
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar