I love you? |
Selama
janur kuning belum melengkung masih ada peluang buat nikung. Selama bendera
kuning belum berkibar masih ada peluang buat bubar.
Pernahkah
anda mendapat nasehat “kampret” macam gini? Saya pernah, bahkan sering. Saya
kadang jadi berpikir kalau dewasa ini manusia sudah tidak lagi menghormati
sebuah hubungan. Pacaran bukan lagi sebuah status yang sakral, bahkan demikian
pun pernikahan. Mendekati pacar atau istri orang sudah tidak lagi tabu
dilakukan. Kalau sudah suka sama suka, mau bilang apa. Itu alasan yang paling
sering dipakai sebagai alasan pembenar, selain kalau sekarang adalah jaman
modern. Modern nenek loh!
Untuk
masalah yang satu ini, saya bisa digolongkan sebagai orang kuno. Saya tidak
suka mengganggu hubungan orang lain. Baik itu pacaran maupun pernikahan.
Seberapa cantik dan menariknya wanita itu, saya akan berusaha menjaga jarak bila
dia sudah memiliki pasangan. Menjaga jarak bukan berarti tidak berinteraksi
sama sekali, bukan sama sekali. Menjaga hati mungkin bisa disebut lebih tepatnya.
Hati dia dan hati saya sendiri tentunya. Entah sudah berapa kali saya naksir
wanita yang memiliki pasangan. Beberapa malah saya tahu kalau dia pun memiliki
perasaan yang sama. Namun, sekali lagi prinsip adalah prinsip. Saya pun ingin bila
nanti mendapat pasangan akan memiliki prinsip yang sama. Bila dia sudah
berkomitmen dengan saya, maka saya meminta dia untuk menghormati komitmen itu.
Bila pun nanti tidak mendapati kecocokan sepanjang perjalanan, maka itu
persoalan lain.
Putus
atau bercerai bukanlah hal yang tabu dilakukan menurut saya, asalkan bukan
dikarenakan orang ketiga. Menurut saya, dalam sebuah hubungan hanya ada “AKU”
dan “KAMU”, tidak pernah ada “DIA”. Demikian pun dengan saya. Tidak akan pernah
saya menjadi “DIA” dalam sebuah hubungan dua manusia. Tidak akan pernah saya
menjadi ketiga.
Lalu
apakah itu berarti saya menyerah begitu saja? Tidak, karena saya akan
memposisikan diri dalam posisi “wait and
see”. Disinilah konsep “janur kuning” dan “bendera kuning” itu tepat
diterapkan. Tentu sebuah hubungan tidak selamanya abadi. Tentu ada kemungkinan
itu berakhir putus ataupun kandas. Maka saat itu status saya tidak lagi menjadi
“DIA”. Kemungkinan untuk menjadi “KAMU” kembali terbuka.
Menjadi
ketiga itu sakit kawan, sungguh. Pengalaman pribadi? Bisa dibilang demikian. Sulit
memang melepaskan wanita yang kita cintai, namun itulah hidup kawan. Yang kita
butuhkan hanya waktu. Waktu yang akan mengikis segala kenangan yang pernah ada.
Dari sekian lama saya hidup di dunia ini, satu hal penting yang saya pelajari.
Wanita cantik itu ada dimana-mana. Terlalu sempit kalau anda berpikir tidak
bisa hidup tanpa satu wanita. Dunia ini sangatlah luas, dengan hampir 7 milyar
populasi manusia, yang sebagian besar adalah wanita. Kenapa harus menghentikan
langkah anda pada satu wanita yang sudah berkomitmen? Sedangkan diluar sana masih
banyak wanita yang mungkin lebih layak mendapat komitmen anda. Yang anda
perlukan hanyalah terus melangkah, dan terus melangkah. Seperti kata Dori dalam
film “Finding Dori” – When life gets you
down, you know what you gotta do? Just keep swimming, keep swimming…
Maka “berenang”-lah
dan selamat mencari wanita anda. Kemudian berkomitmen-lah dengan dia, selamanya…
Pandu Dua, November 2016
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar