Senin, 18 Maret 2019

Captain Marvel – Jembatan Menuju Pertarungan Pamungkas


Captain Marvel
Bulan Maret ini, Marvel kembali merilis film superhero. Captain Marvel, begitu judulnya. Film solo pertama yang tokoh utamanya seorang wanita. Carol Danvers, seorang pilot pesawat tempur yang secara tak sengaja mendapatkan kekuatan super. Untuk aksi dan kualitas olah gambar, tidak perlu lagi diragukan. Kolaborasi antara Marvel dan Disney memang belum ada tandingannya, khusus untuk film superhero. Cuma sayangnya Captain Marvel tidak menginggalkan kesan apa-apa ketika selesai ditonton. Bagi saya pribadi sebagai penonton awam, film ini hanya sebatas jembatan menuju pertarungan pamungkas - Avengers: End Game. Tidak lebih, tidak kurang. Mereka butuh Captain Marvel untuk melawan Thanos. Nggak mungkin dong sang Kapten muncul begitu saja, iya kan? Maka dari itu film ini dibuat.
Begitu film dimulai, langsung menceritakan Vers, a.k.a Carol Danvers (Brie Larson) sudah jadi anggota dari pasukan elit bangsa Kree. Masih on trainning sih, cuma dinyatakan siap untuk tugas perdananya. Tugas itu adalah untuk menghadapi serangan bangsa Skrull, di daerah perbatasan. Apesnya, baru juga tugas pertama eh Vers malah tertangkap. Skrull kemudian ‘membajak’ isi kepala Vers, guna mencari sebuah informasi rahasia. Di sinilah, muncul kilasan-kilasan ingatan masa lalu. Penonton diajak menyelami sekelumit kisah hidup seorang Carol Danvers.
Di tengah proses tersebut, tiba-tiba Vers tersadar dan melawan. Dia pun berhasil melarikan diri dan terdampar di planet C-53, alias Bumi. Sebuah kebetulan, yang sangat kebetulan hehehe... Di Bumi, Vers bertemu dengan Nick Fury. Satu lagi kebetulan, yang sangat kebetulan. Waktu itu Fury masih berstatus agen lapangan, belum agen S.H.I.E.L.D kelas atas. DUAAAR, DUAAAR, DUAAAR, aksi kejar-kejaran, loncat-loncatan, dan tinju-tinjuan dimulai. Dan singkat cerita, Vers dan Fury pun menjadi ‘sahabat’.
Pokoknya, inti cerita dari film Captain Marvel ini adalah siapa sih Carol Danvers, bagaimana dia dapat kekuatan super, kenapa dia bisa jadi pasukan Kree, sudah itu saja. Demi untuk mengaitkan dirinya dengan Avengers, di sanalah pentingnya sosok Nick Fury. Bahkan, bisa dibilang tokoh-tokoh lain hanya sebagai pelengkap saja, pendukung agar alur cerita mengalir. Termasuk bangsa Kree dan Skrull mereka tidak lebih hanya sebagai pelengkap. Ya, mungkin Dr. Wendy Lawson (Annette Bening), Maria Rambeau (Lashana Lynch), dan Monica Rambeau (Akira Akbar), bisa dikecualikan karena punya peran signifikan dalam hidup Carol. Kalaupun ada pesan moral yang bisa diambil dari film ini, mungkin berapa kalipun kamu terjatuh tetaplah bangkit dan berdiri.
Kembali, ini hanya penilaian pribadi saya sebagai seorang penonton awam. Bila dibandingkan dengan film solo tokoh Marvel lainnya, seperti Iron Man, Captain America, Thor, Ant-Man, dan Black Panther, film Captain Marvel sih jauh banget kualitas skenarionya. Bahkan, untuk joke-joke khas Marvel pun terasa rada garing di film ini. Sebagai tokoh utama, karakter Carol Danvers seperti ada di tengah-tengah. Dibilang serius tidak, dibilang kocak juga tidak. Di tengah-tengah deh pokoknya, bikin karakternya jadi ‘nanggung’. Jadinya, terpaksa deh Fury yang coba mengisi tugas ‘ngelawak’. Dan itupun kurang terasa ‘nendang’, seperti layaknya film-film Marvel lain.
Kalau dilihat dari sisi kostum, mungkin Captain Marvel ini bisa dibilang paling realitis, di antara tokoh superhero wanita lainnya. Bikin nyaman dan bebas dalam bergerak. Tidak seperti Wonder Woman atau Scarlet Witch yang rawan tersingkap kemana-mana. Cuma ya tetep ada kurangnya. Andai kostumnya bisa dibikin lebih ngepas sedikit lagi di tubuh, pasti akan terihat lebih stylish. Kostum yang ini terlihat terlalu longgar, sehingga menimbulkan kesan ‘over size’. Iya, saran saja sih buat penata busananya Marvel. Atau mungkin, mba Black Widow bisa ngasih saran? Hehehe
Dilihat dari sisi kekuatan juga ada sedikit mengganjal di diri saya. Kekuatan super yang dimiliki oleh Captain Marvel ini seolah terlalu kuat. Kurang manusiawi gitu rasanya. Bisa terbang sampai luar angkasa, bisa nembak proton blast tanpa pakai alat. Tahan peluru atau tidak saja yang belum ditampilkan. Semua itu seperti ada jauh di antara kemampuan Avengers yang lain. Apakah ini kenapa Captain Marvel digadang-gadang akan jadi ‘pengganti’ dari Captain America dan Iron Man. ‘Pemimpin’ baru dari Avengers, karena kontrak Chris Evans dan Robert Downey Jr. akan segera berakhir. Sangat menarik ditunggu bagaimana gaya kepemimpinan sang Kapten baru ini. Menarik juga ditunggu, bagaimana cara Marvel ‘memanusiakan’ tokoh Captain Marvel ini.
Sebagai sebuah ‘penghubung’ film Captain Marvel mempunyai peran yang esensial. Khususnya bagi film Avengers: End Games. Namun kalau dilihat secara terpisah, film ini tidak menawarkan sesuatu yang spesial. Mungkin nasibnya akan mirip-mirip seperti film Venom, yang merupakan kolabolari antara Marvel dan Sony. Bagus secara visual, tapi akan sangat mudah terlupakan dari segi cerita. Kalaupun ada yang memorable, mungkin si kucing unik bernama ‘Goose’. Tingkah polahnya memberi warna tersendiri di film ini.
Terakhir, apakah film ini layak ditonton? Tentu saja. Anda tidak akan dibuat menyesal melihat senyuman manisnya mba Brie di layar lebar hehehe... Maka selamat menonton, dengan siapapun nanti anda menonton film ini.

Sunset Road, 16 Maret 2019
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar