Captain Marvel |
Begitu
film dimulai, langsung menceritakan Vers, a.k.a Carol Danvers (Brie Larson)
sudah jadi anggota dari pasukan elit bangsa Kree. Masih on trainning sih, cuma dinyatakan siap untuk tugas perdananya.
Tugas itu adalah untuk menghadapi serangan bangsa Skrull, di daerah perbatasan.
Apesnya, baru juga tugas pertama eh Vers
malah tertangkap. Skrull kemudian ‘membajak’ isi kepala Vers, guna mencari sebuah
informasi rahasia. Di sinilah, muncul kilasan-kilasan ingatan masa lalu. Penonton
diajak menyelami sekelumit kisah hidup seorang Carol Danvers.
Di tengah
proses tersebut, tiba-tiba Vers tersadar dan melawan. Dia pun berhasil
melarikan diri dan terdampar di planet C-53, alias Bumi. Sebuah kebetulan, yang
sangat kebetulan hehehe... Di Bumi, Vers bertemu dengan Nick Fury. Satu lagi kebetulan,
yang sangat kebetulan. Waktu itu Fury masih berstatus agen lapangan, belum agen
S.H.I.E.L.D kelas atas. DUAAAR, DUAAAR, DUAAAR, aksi kejar-kejaran, loncat-loncatan, dan tinju-tinjuan dimulai.
Dan singkat cerita, Vers dan Fury pun menjadi ‘sahabat’.
Pokoknya,
inti cerita dari film Captain Marvel ini adalah siapa sih Carol Danvers,
bagaimana dia dapat kekuatan super, kenapa dia bisa jadi pasukan Kree, sudah
itu saja. Demi untuk mengaitkan dirinya dengan Avengers, di sanalah pentingnya
sosok Nick Fury. Bahkan, bisa dibilang tokoh-tokoh lain hanya sebagai pelengkap
saja, pendukung agar alur cerita mengalir. Termasuk bangsa Kree dan Skrull
mereka tidak lebih hanya sebagai pelengkap. Ya, mungkin Dr. Wendy Lawson
(Annette Bening), Maria Rambeau (Lashana Lynch), dan Monica Rambeau (Akira
Akbar), bisa dikecualikan karena punya peran signifikan dalam hidup Carol. Kalaupun
ada pesan moral yang bisa diambil dari film ini, mungkin berapa kalipun kamu
terjatuh tetaplah bangkit dan berdiri.
Kembali,
ini hanya penilaian pribadi saya sebagai seorang penonton awam. Bila dibandingkan
dengan film solo tokoh Marvel lainnya, seperti Iron Man, Captain America, Thor,
Ant-Man, dan Black Panther, film Captain Marvel sih jauh banget kualitas skenarionya.
Bahkan, untuk joke-joke khas Marvel
pun terasa rada garing di film ini. Sebagai tokoh utama, karakter Carol Danvers
seperti ada di tengah-tengah. Dibilang serius tidak, dibilang kocak juga tidak.
Di tengah-tengah deh pokoknya, bikin karakternya jadi ‘nanggung’. Jadinya,
terpaksa deh Fury yang coba mengisi tugas ‘ngelawak’. Dan itupun kurang terasa ‘nendang’,
seperti layaknya film-film Marvel lain.
Kalau
dilihat dari sisi kostum, mungkin Captain Marvel ini bisa dibilang paling
realitis, di antara tokoh superhero wanita lainnya. Bikin nyaman dan bebas dalam
bergerak. Tidak seperti Wonder Woman atau Scarlet Witch yang rawan tersingkap
kemana-mana. Cuma ya tetep ada kurangnya. Andai kostumnya bisa dibikin lebih ngepas sedikit lagi di tubuh, pasti akan
terihat lebih stylish. Kostum yang
ini terlihat terlalu longgar, sehingga menimbulkan kesan ‘over size’. Iya, saran saja sih buat penata busananya Marvel. Atau mungkin,
mba Black Widow bisa ngasih saran? Hehehe
Dilihat
dari sisi kekuatan juga ada sedikit mengganjal di diri saya. Kekuatan super
yang dimiliki oleh Captain Marvel ini seolah terlalu kuat. Kurang manusiawi
gitu rasanya. Bisa terbang sampai luar angkasa, bisa nembak proton blast tanpa pakai alat. Tahan peluru
atau tidak saja yang belum ditampilkan. Semua itu seperti ada jauh di antara
kemampuan Avengers yang lain. Apakah ini kenapa Captain Marvel digadang-gadang
akan jadi ‘pengganti’ dari Captain America dan Iron Man. ‘Pemimpin’ baru dari
Avengers, karena kontrak Chris Evans dan Robert Downey Jr. akan segera berakhir.
Sangat menarik ditunggu bagaimana gaya kepemimpinan sang Kapten baru ini.
Menarik juga ditunggu, bagaimana cara Marvel ‘memanusiakan’ tokoh Captain
Marvel ini.
Sebagai
sebuah ‘penghubung’ film Captain Marvel mempunyai peran yang esensial. Khususnya
bagi film Avengers: End Games. Namun kalau dilihat secara terpisah, film ini tidak
menawarkan sesuatu yang spesial. Mungkin nasibnya akan mirip-mirip seperti film
Venom, yang merupakan kolabolari antara Marvel dan Sony. Bagus secara visual, tapi akan sangat mudah terlupakan
dari segi cerita. Kalaupun ada yang memorable, mungkin si kucing unik bernama ‘Goose’. Tingkah polahnya memberi warna
tersendiri di film ini.
Terakhir,
apakah film ini layak ditonton? Tentu saja. Anda tidak akan dibuat menyesal
melihat senyuman manisnya mba Brie di layar lebar hehehe... Maka selamat
menonton, dengan siapapun nanti anda menonton film ini.
Sunset Road, 16 Maret 2019
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar